Chapter 3

82 15 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Faesya sudah menyiapkan sarapan untuk Galvin. Faesya melihat Galvin menuruni tangga dengan terburu-buru.

"Mas, kamu gak sarapan dulu?" Ucap Faesya dengan nada tinggi. Faesya sedikit berteriak memanggil Galvin supaya Galvin mendengarnya.

Galvin menghentikan langkahnya dan menghampiri Faesya. Namun, tiba-tiba Galvin mencengkeram rahang Faesya dengan kuat menggunakan tangan kanannya.

"Denger ya! Sampai kapanpun gue gak bakalan sudi makan masakan lo!" Ucap Galvin dengan nada tinggi tepat dihadapan Faesya. Sedangkan Faesya meringis kesakitan karena rahangnya dicengram kuat oleh Galvin. Tangannya yang kecil, berusaha melepaskan cengkraman Galvin.

"Lebih. Baik. Lo. Buang. Makanan. SAMPAH!! LO ITU!! NGERTI!!" Bentak Galvin dengan menekankan setiap kata yang dia ucapkan. Galvin langsung melepaskan cengkeramannya dengan sangat kasar sampai Faesya hampir terjatuh.

Galvin langsung melenggang pergi tanpa memperdulikan Faesya. Faesya menatap punggung Galvin hingga melinghilang di balik tembok. Faesya berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi. Sorot matanya tertuju pada makanan yang telah dia hidangkan di atas meja makan. Selesai sarapan dia langsung pergi ke kampus karena dia ada kelas pagi hari ini.

Setelah selesai, Faesya bertanya kepada teman sekelasnya Galvin. Dia bertanya apakah suaminya masuk kelas, ternyata Galvin hari ini tidak hadir. Mungkin dia sedang menjaga Prisly.

Saat ini Faesya sedang berkumpul dengan teman-temannya di sebuah cafe yang tak jauh dari lokasi kampus. Mereka berada di lantai tiga, melihat pemandangan jalan raya dari atas sana. Mereka berbincang-bincang sambil melahap makanan.

"Guys, gue pengen jengukin Prisly, menurut kalian gimana?" Tanya Faesya. Meminta saran kepada teman-temannya.
Sandy yang sedang minum tiba-tiba tersedak.

"Uhuk.... uhuk...." Sandy terbatuk dengan memukul-mukul dadanya untuk meredakan batuknya.

"Apa!!" Pekik Lucia.

"Anjir melengking banget suara lo gila!!" Teriak Pasha dengan menatap tajam ke arah Lucia.

"Ya maaf...... Kan gue kaget, reflek itu mah. Wajar lah." Tutur Lucia dengan menundukkan kepalanya, merasa bersalah.

"Menurut gue lo gak usah deh jenguk dia Fay. Gini ya, kalau lo jenguk dia otomatis lo bakal ketemu sama Galvin kan? Gue khawatir lo diapa-apain sama dia Fay." Jelas Pasha.

"Iya bener tuh Fay!" Sandy mengangguk setuju.

"Ehh tunggu. Kalau Faesya gak jengukin si penyu ungu malah bikin tambah masalah." Ucap Lucia. Membuat mereka bertiga memasang wajah binggung.

"Maksud?" Tanya Pasha. Keningnya berkerut seakan meminta penjelasan.

"Gini ya.... Pasti tuh penyu ungu udah jelek-jelekin Faesya depan Galvin. Percaya deh, pasti dia nuduh lo yang enggak-enggak. Jadi, kalau Faesya gak jengguk Penyu ungu si Galvin bakal ngira lo udah bersalah tapi gak mau minta maaf padahal kenyataannya gak kaya gitu. Ngerti gak sih?" Jelas Lucia panjang lebar.

You're My Treasure || GEMINIFOURTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang