"Gimana tadi, bisa gak ngerjainnya?"
"Bisa, dong!"
"Pinter, pacar siapa sih?"
"Pacar Darpha!"
Darpha menggenggam erat tangan Shalun, menyalurkan rasa cinta dan kehangatan. Mengelus lembut punggung tangan itu, "Kamu janji kan bakal sama aku terus?"
Shalun mengernyit heran, mengapa tiba-tiba cowok itu bertanya demikian? Adakah sesuatu yang mengganggu pikirannya?
"Iya, aku janji. Aku sayang banget sama kamu."
Percakapan di antara mereka berubah menjadi lebih intens ketika Darpha mendekatkan wajahnya ke Shalun. "Aku janji sama kamu, nanti kalau aku udah lulus kuliah, aku bakal nikahin kamu."
Wanita mana yang tidak tersipu mendengar sebuah kalimat pernyataan seperti itu? Terdengar meyakinkan dan menenangkan. Meski Shalun sendiri tahu jika orang tuanya akan menentang hubungan mereka.
"Iya, Dar, aku bakal tagih janji kamu."
Satu kecupan mendarat di kening Shalun. Di bangku pojok ruangan kafe mereka berada, jauh dari pandangan pengunjung lain. Ditambah hujan tengah menyirami bumi, setan datang merasuki Darpha. Kecupan itu turun menyentuh bibir Shalun. Gadis delapan belas tahun di hadapannya tak berkutik. Ia diam dan tenggelam dalam nafsu.
🍂🍂🍂
"Shalun! Apa maksud video ini? Siapa cowok itu?"
Dari belakang, terlihat ayah berlari mencoba mengejar istrinya, menenangkan dengan mengelus bahu.
"Apa sih, Bun?"
Raut wajah bunda tak terkontrol, merah padam dengan mata melotot menatap anak semata wayangnya. Gadis yang tak tahu apa-apa itu pun hanya diam seraya merebut ponsel dari tangan sang ibu.
"Shalun, Ayah dan Bunda gak pernah mengajarkan kamu melakukan hal itu, apalagi di tempat umum. Di mana rasa malu kamu?"
"Bunda kecewa sama kamu, Lun! Selama ini Bunda dan Ayah selalu melarang kamu pacaran itu untuk apa? Untuk melindungi kamu dari nafsu bejat setan seperti dia!" Nada bicara bunda semakin meninggi dan bergetar.
Shalun menunduk, ia mengaku dirinya salah, tapi ini semua di luar kendali. "Bun, Sha-"
"Kamu mau kebebasan kan? Silakan! Bunda gak akan lagi ngatur kamu."
"Bun-"
"Ayah pun gak akan ngelarang kamu lagi. Silakan kamu permalukan kami lebih dari ini!"
Mereka berdua pergi meninggalkan Shalun dalam diam, pertama kalinya Shalun membuat bunda menangis. Ada sedikit rasa menyesal di hati. Marah, sedih, sakit, semua bercampur menjadi satu.
Hal bodoh yang tak dapat ia tolak dari Darpha, kali pertama yang membuat ia sempat berbunga dan melayang ke angkasa justru jadi satu awal kehancuran. Gadis bodoh tidak tahu malu yang berciuman di kafe. Kenapa ia tak sadar jika dinding kaca tepat di sebelahnya membuat orang luar bisa dengan bebas melihat adegan tak senonoh itu?
Air mata tak bisa lagi dibendung, Shalun berlari ke kamar, membanting pintu dan menguncinya. Menjatuhkan diri di atas ranjang, menenggelamkan wajah di antara cekungan bantal. Membekap mulut dengan erat, menangis meraung seorang duru meratapi kebodohan.
Satu notifikasi membuatnya sadar, mengusap air mata yang tersisa.
Alina Bestari
Lun, di video ini beneran lo?Satu pesan dari Alina, sahabatnya itu mengirimkan sebuah link video. Jemari lentiknya menekan tulisan berwana biru, muncullah sebuah video yang membuat bunda menangis hari ini.
Malu. Satu kata yang Shalun rasakan.
Shalunna
Sumpah, Lin. Gue gak bisa kontrol.
Gue gak tahu kalau semua bakal berakhir kayak gini.Alina Bestari
Gila, sih! Lo tenang aja, ada gue.Hanya Alina, satu-satunya yang memahami Shalun.
Shalunna
Dar, ini gimana? Video kita kesebar.Darpha Wijaya
Kamu tenang aja, Sayang. Aku bakal urus semuanya.Serta Darpha.
🍂🍂🍂
"Pakai baju ini, ikut Bunda!"
Bunda melempar sebuah gaun berwarna putih ke atas ranjang tanpa melirik Shalun sedikitpun. Lantas pergi dan membanting pintu hingga menimbulkan suara yang amat keras. Aura permusuhan masih terpancar jelas dari bunda. Shalun sendiri tak bisa berlama-lama dalam permusuhan ini. Sejak semalam, ia sama sekali tak diajak berbicara.
"Baju apaan ini?" tanyanya seraya mengambil gaun itu. "Mirip gaun pernikahan, mungkin bunda ngajak gue kondangan kali, ya?"
Shalun berpikir, mungkin saja dengan ini hubungan mereka akan membaik secara perlahan. Dengan senang hati, ia segera melakukan ritual. Mandi agar wangi, jangan lupa luluran agar terlihat lebih menawan.
Tak lama, ia keluar dari kamar mandi. Memakai gaun itu yang terlihat sangat pas dengan lekuk tubuhnya. Beberapa kali Shalun menatap kaca, mengagumi tubuhnya sendiri.
Dengan lembut, ia memoleskan sedikit bedak ke wajah, lipstik nude dan merah membuat gradasi yang indah. Sempurna!
"Ayo!" Suara bunda terdengar dari ambang pintu. Beliau terlihat sangat cantik dengan balutan gaun biru muda. Namun, tak ada senyuman di bibir itu.
Shalun mengekor di belakang, mengikuti langkah bunda menuju garasi. Namun, tetap memberi sedikit jarak di antara mereka.
"Kita mau ke mana, Yah? Kondangan, ya?" tanyanya ketika berada di mobil. Ayahnya mengenakan jas senada dengan warna gaun bunda.
"Ikut aja, gak usah banyak tanya!"
Bunda menyahut, jawabannya terdengar sangat ketus dan menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo, Mas Elhan
Teen FictionShalunna, gadis delapan belas tahun itu tak pernah menyangka jika takdir membuatnya terjebak dalam pernikahan tak diinginkan. Segala impian dan kebebasan yang ia dambakan seakan sirna semenjak kehadiran Elhan, laki-laki sok agamis pilihan sang bunda...