Rintik air hujan terus berlanjut dengan deras dipagi hari ini. Udara dinginnya sangat menusuk, bahkan Nolan enggan melepaskan diri dari gumpalan selimutnya.
Walau air conditioner sudah mati, hawa sejuknya masih terasa. Tapi bagi Nolan sudah biasa sepertinya. Hari-hari juga dia melewati hal dingin, namun bukan udara.
"Bosan.. "
Padahal kalau udaranya bagus, kemungkinan Nolan akan bermain di taman, bersama peliharaan Daniel. Tetapi ia sepertinya akan merencanakan hal lain untuk mengusir kebosanannya ini nanti.
Pelayan datang setelah mengetuk pintu. Ia masuk dan mengatakan jika Nolan disuruh menemui Daniel dibawah untuk sarapan.
Malas sih, tapi kalau menolak juga Nolan tidak mau. Daripada kelaparan.
Setelah mandi, membersihkan dirinya, wajahnya nampak lebih segar walau semalam habis melewati masa sulit seperti biasanya.
Nolan melirik Daniel yang sudah berada di meja makan, dengan mata yang terfokus pada ponselnya. Sedang mengurus apa? Entah. Nolan tidak ingin tahu, bukan urusan dia juga.
Duduk disebrang Daniel, Nolan tersenyum manis ketika lelaki itu menatapnya balik.
Daniel menaruh ponselnya, "Tanganmu? " ia berkata dengan pandangan tertuju pada telapak tangan kanan Nolan yang diperban.
Enggan mengganggu suasana, Nolan menurunkan tangannya dari atas meja. "Lebih baik. Terimakasih, "
Meskipun semalam Daniel langsung meninggalkannya, tak lama dokter datang untuk membersihkan lukanya. Dia mengatakan kalau Daniel yang menyuruh, baik sekali.
Tapi memang harus, dong!
Daniel tak mengatakan apapun lagi. Dia diam dengan tatapannya lurus pada Nolan. Seram sih, ketika Nolan melirik piring Daniel, ternyata kosong. Padahal kalau lihat dari jam, sebentar lagi Daniel berangkat.
"Apa kau—"
"Morning, honey! "
Yah, aku lupa ada wanita itu
Nolan langsung memakan sarapannya dengan murung. Kepalanya enggan terangkat untuk melihat dua orang itu tengah saling bercumbu mesra dihadapannya. Mengesalkan sekali memang.
Tapi walau matanya tak terarah, telinganya malah panas sendiri mendengar nada wanita itu yang sedikit dikeraskan agar Nolan mendengarnya. Sungguh, apa dia tidak lihat sendiri kalau Nolan saja ada disebrangnya kini?
"Sayang, kau jadi mengantarku pulang, kan? Dan nanti saat kau sudah kembali kita jadi pergi bersama? "
Padahal Daniel tidak menjawab apapun, tapi wanita itu sudah jingkrak-jingkrak duluan. Namun iris legamnya tertuju pada Nolan yang cemberut. Cermburu?
Lucu sekali, Daniel jadi ingin menggodanya. "Yes, honey. Nanti setelah selesai aku akan menjemputmu lagi, "
Bahkan Nolan tidak pernah dipanggil sedemikian rupa. Tapi bodo sih, Nolan juga tidak ingin. Sudah sering ia dapatkan perlakuan seperti ini, juga akhir dari si wanita itu yang akan terjadi nanti.
Keduanya pergi, seolah tidak mengidahkan keberadaan Nolan. Namun Daniel berhenti sejenak, "Jangan berulah, Nolan. " katanya, hingga suara deru Lamborghini Daniel mulai terdengar menjauh.
Sendok ditangannya ia jatuhkan ke piring. Bunyi nyaringnya sangat terdengar jelas, tentu saja. Sudah sendiri, dirumah besar ini, tidak ada yang menemaninya. Pelayan? Penjaga? Bahkan mereka sudah seperti robot.
Padahal, Nolan berharap salah satu dari mereka bisa menemaninya, namun tetap, tidak ramah sama sekali. Mereka menjauh, enggan berkomunikasi lebih dekat dengan Nolan.
YOU ARE READING
𝐓𝐚𝐫𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧𝐨
ChickLit- ; You know me, i know you, I don't need the whole truth. ; - Disc! Gay/bxb Sungsun au Sunghoon dom - sunoo sub Dark romance, toxic, sadly + Just fiction! + Little bit 🔞