Malam itu di pantai yang gelap, terlihat kilauan lentera dari seorang gadis dengan berpakaian dres berwarna abu-abu. Ia menaruh lenteranya diatas pasir putih tersebut bersamaan dengan sepatunya. Kemudian ia duduk seraya mengeluarkan sebuah foto dan korek gas. Perlahan ia bakar sebuah foto yang terlihat itu adalah sosok dirinya bersama seorang lelaki yang diduga adalah kekasihnya. Setelah hampir seluruhnya terbakar, ia melepaskanya ke air laut. Tanpa suara ia dibanjiri air mata yang begitu penuh dengan kepiluan. Gadis itu meraba bagian dadanya. Seolah mencoba menenangkan dirinya sendiri. Malam itu ia merasakan kedihan yang begitu dasyat. Dalam benaknya ia berkata,
"Aku ikhlas mencintaimu laksana bumi menerima hujan turun. Tidak akan aku menuntutmu walau penyebabnya sampai merusak duniaku. Itulah bentuk pengorbanan dari mencintai. Aku tidak perduli sehancur apapun diriku, jika melihat kamu bahagia meskipun tidak bersamaku aku rela. Tapi, jika aku terjatuh biarkan aku, jika aku berdarah diamkan aku, dan jika mati tinggalkan aku. Biarkan aku hampa tanpa apapun bila tanpamu. Jangan paksa diriku untuk menemukan keindahan yang melebihi indahnya dirimu. Karena sampai kapanpun bagiku indah hanya ada pada dirimu. Sisanya hanya biasa saja bagiku"
_Tiara Dwi Insani
Ia mengambil sepucuk bunga mawar sari pinggir tas nya. Lalu ia buang ke laut itu. Yang ia lakukan saat ini hanyalah mencoba menguatkan apa yang telah terjadi. Helaian rambutnya tersentuh angin bersamaan dengan air matanya. Pandanganya diam menuju kedepan. Tatapan itu begitu melekat seolah membekas. Setelah itu ia palingkan wajahnya kemudian pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa
Короткий рассказMengapa kita bersama di awal waktu jika pada akhirnya kamu bukanlah takdirku. Aku menerima kamu bahagia bersama pilihanmu. Tapi mengapa harus terlibat dengan saudara perempuanku?