Musim dingin datang menghampiri kota Nanyang. Angin malam mengirim serpih-serpih salju yang menari di kaca jendela sebuah flat di ujung Jalan Tianxi. Ini hujan salju pertama di bulan Desember.
Wang Yibo merasa, setengah sadar setengah tidur, mendengar derum mesin mobil yang melaju perlahan-lahan dan sesekali terbatuk-batuk. Dia terbaring lemas di sofa ruang tengah rumahnya, memeluk bantal empuk dan menikmati kehangatan selimut.
Semenit berikutnya Yibo memaksakan diri untuk bangun karena kebutuhan mendesak ke kamar kecil. Dia sempat melirik ke jendelanya yang menghadap jalan, dan beberapa rumah yang berseberangan. Samar-samar dalam keremangan dia melihat seseorang berjalan memasuki halaman rumah salah seorang tetangganya. Yibo tidak bisa langsung mengenalinya, dan sejujurnya ia juga tak terlalu peduli.
Beberapa waktu kemudian Yibo kembali ke sofanya sambil membawa secangkir susu coklat hangat. Menikmatinya dalam kesendirian yang menenangkan. Ada suara gonggongan anjing dari rumah sebelah, bersahutan dengan anjing lain di sepanjang jalan.
Benar-benar berisik, batin Yibo sebal.
Keheningan di ruangannya dipecahkan oleh dering ponsel, menambah kekesalan Yibo.
Siapa yang menelepon tengah malam begini?
Cemberut, dia meraih ponsel dan melihat satu nama kawannya di layar. Awalnya dia enggan menjawab, tapi ia berpikir mungkin ada hal penting. Akhirnya dia menjawab panggilan itu, bahkan terlibat pembicaraan singkat yang cukup penting. Setelah selesai, Yibo menggerutu beberapa saat, kemudian menghabiskan sisa susu coklatnya. Sementara di luar, gonggongan anjing kian berisik.
Dengan malas, Wang Yibo berjalan menuju jendela dan mengintip keluar. Badai salju telah meleleh meninggalkan pemandangan pepohonan kelabu dan tanah gelap yang basah. Sangat cocok dengan suasana hatinya saat ini. Wanita bergaun hitam itu terlihat berjalan gontai meninggalkan rumah seberang. Dalam bayang-bayang gelap, Yibo sama sekali tak bisa melihat wajahnya. Itu pun dalam jarak lebih dari sepuluh meter. Tapi rambut panjang sosok misterius itu terlihat menggeletar dihembus angin.
Sosok itu kemudian berjalan masuk ke dalam satu unit sedan silver yang terparkir di tepi jalan. Perlahan, mobil bergerak memutar arah, melakukan perlahan dan lenyap di kegelapan.
❄❄❄
Jalan Tianxi , 08.00 AM
Sean Xiao melangkah ke dalam rumah. Sunyi senyap. Lantainya marmer putih dan abu-abu yang membentang di bawah pintu dan lorong yang melengkung. Pencahayaan tersembunyi memberikan cahaya keemasan pada dinding. Kata kemewahan terlintas di kepalanya. Seseorang di rumah ini punya banyak uang dan suka memamerkannya.
"Di mana dia?" tanyanya pada petugas lain yang tengah sibuk memeriksa seluruh ruangan.
Petugas yang ditanya tahu bahwa 'dia' yang dimaksud adalah korban yang dilaporkan tidak sadarkan diri.
"Di sana." Dia menunjuk satu pintu di sisi kanan paling depan. Mengingat posisinya, sepertinya itu adalah kamar tidur utama.
Dia melangkah ke ambang pintu. Ruangan itu menyala seperti panggung, lampu di atas menyala penuh. Mengenakan jumpsuit putih dan jaring rambut, pemeriksa medis berlutut di samping tubuh. Di lantai di sebelahnya terdapat tas medis, pinset, pisau bedah, beberapa kantong plastik, beberapa di antaranya berisi helaian rambut, dan serpihan kuku yang bisa membantu polisi melacak pelakunya dengan melakukan uji DNA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Snow (End PDF)
FanfictionDi malam yang bersalju, satu insiden penganiayaan terjadi di rumah tetangga Wang Yibo. Hal itu berujung pada kedatangan seorang detektif tampan bernama Sean ke lingkungannya. Wang Yibo yang membenci polisi berusaha menutupi kebenaran akan insiden it...