CHAPTER O4 : PENASARAN.

10 0 0
                                    

2021

Bel berbunyi, menandakan dimulainya perkuliahan. Farsya beranjak dari kursinya, menuju kelas mata kuliah Fisika Dasar II. Saat ia memasuki ruangan, matanya langsung menangkap sosok Alya yang sudah duduk di bangku paling depan. Senyum tipis terukir di bibir Farsya. Entah kenapa, ia merasa senang melihat Alya di kelas yang sama dengannya.

"Farsya, kamu ngelihat nggak? Kak Alya ada di setiap kelas kita," bisik Fiony, teman sekelas Farsya, dengan suara pelan.

Farsya mengangguk, matanya masih tertuju pada Alya. "Iya, kayaknya kita satu kelas terus deh," jawabnya, sedikit gugup.

"Serem juga sih, Kak Alya," timpal Nara, teman Farsya yang lain. "Tapi, kok, dia selalu duduk deket kamu ya?"

Farsya hanya mengangkat bahu, tak tahu harus menjawab apa. Ia memang merasa aneh dengan kehadiran Alya di setiap kelasnya. Namun, ia juga merasa sedikit senang.

"Mungkin dia lagi ngulang pelajaran," kata Susi, teman Farsya yang paling pendiam. "Kan, dia ketua himpunan, jadi pasti banyak tugas."

Farsya hanya bisa mengangguk setuju. Ia tak ingin membantah, karena memang benar, Alya sebagai ketua himpunan pasti memiliki banyak tugas.

Sejak saat itu, Farsya selalu memperhatikan Alya di setiap kelas. Ia selalu duduk di dekat Alya, meskipun ia merasa sedikit gugup. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Alya, namun ia juga takut untuk mendekatinya.

Rasa penasaran Farsya semakin menjadi-jadi. Ia ingin tahu bagaimana nilai Alya di semester sebelumnya. Beruntung, universitas mereka memiliki sistem informasi online yang menyimpan data nilai mahasiswa. Dengan jantung berdebar kencang, Farsya membuka laman informasi nilai dan memasukkan nama Alya.

Setelah beberapa saat, data nilai Alya muncul di layar. Farsya tercengang. Nilai Alya di semester sebelumnya jauh lebih rendah daripada nilai Farsya di semester ini. Farsya merasa kasihan pada Alya. Ia merasa bahwa kegiatan orientasi yang ia sedang jalani selama ini tidak berguna.

"Kok, nilainya turun ya?" gumam Farsya, sambil menatap layar laptopnya. "Apa karena dia sibuk jadi ketua himpunan?"

Farsya terdiam, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan. Ia merasa khawatir dengan nilai Alya. Ia juga mulai bertanya-tanya, apakah nilainya di penghujung semester 2 akan sama dengan nilai Alya? Apakah ia juga akan mengalami penurunan nilai?

"Farsya, kamu kenapa?" tanya Fiony, melihat Farsya terdiam sambil menatap layar laptopnya.

"Eh, nggak apa-apa," jawab Farsya, buru-buru menutup laman informasi nilai. "Cuma lagi mikirin tugas."

Farsya berusaha untuk tidak memikirkan nilai Alya. Ia berusaha untuk fokus pada kuliahnya. Namun, rasa penasarannya terhadap Alya semakin membesar.

"Farsya, kamu kenapa sih? Kayak lagi ngumpetin sesuatu," tanya Fiony, menatap Farsya dengan curiga.

"Nggak kok, Fi. Aku cuma lagi pusing mikirin tugas," jawab Farsya, berusaha untuk meyakinkan Fiony.

Farsya tahu, ia tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya terhadap Alya. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Alya, namun ia juga takut untuk mendekatinya. Ia takut hal yang sama akan terulang kembali. Hal apa? Ya itu hanya dia dan Tuhannya yang tahu.

-SKIP-

Farsya melangkah cepat menuju Laboratorium Kendali, matanya menangkap sosok Alya yang sedang berbincang dengan seorang pria dengan kacamata dan tinggi yang lebih tinggi darinya. Alya, dengan rambutnya yang terikat rapi dan senyum tipis di bibir, terlihat begitu berbeda dari biasanya.

"Apa dia asisten lab di sini ya?" gumam Farsya, rasa penasaran menggerogoti hatinya.

Ia pun memasuki lab, langkahnya terhenti di depan aula lab. Saat hendak menjalankan kakinya ke arah pintu kelas, Farsya tersandung sesuatu. Tubuhnya terhuyung, dan dengan refleks ia mengulurkan tangan untuk menopang dirinya.

"Aduh!" Pekikan Farsya terhenti di tengah jalan. Karena tidak adanya penopang yang bisa ia pegang, tubuhnya terjatuh, dan ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya.

Farsya membuka matanya perlahan, dan jantungnya berdebar kencang. Alya, dengan mata membulat dan pipi memerah, menatapnya dengan tatapan terkejut. Bibir mereka masih bersentuhan.

Alya terdiam, matanya masih terpaku pada Farsya. Ia merasakan jantungnya berdebar kencang, tubuhnya terasa panas.

"Maaf," Alya akhirnya berucap, suaranya terdengar gemetar. "Aku tidak sengaja."

Farsya hanya bisa mengangguk, matanya masih tertuju pada Alya. Ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya, sebuah getaran yang pernah ia rasakan sebelumnya.

"Aku harus ke kelas," Alya berbisik, lalu bangkit dan berlalu dengan langkah cepat.

Farsya masih terduduk di lantai, pikirannya melayang. Ia tidak bisa melupakan sentuhan lembut bibir Alya di bibirnya.

"Apa yang baru saja terjadi?" Farsya bertanya pada dirinya sendiri, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya. Sekilas ia teringat kejadian yang telah lama ia kubur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisahku #1; Alya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang