Prolog

15 1 0
                                    

"Nun gameumnyeon nega seonmyeonghaeseo
Binnadeon nega deo geuriweojyeoseo
Gin bameul jisaeon neoye jarie
Nan jamshi shwieoga gyeote meomulge....
Jichin mame nunmullo pieonan
Naye noraega haneure daeumyeon
Cheoncheonhi yeongweonnan kkumcheoreom dagawa jweo
Byeori dweeoseo nae gyeote..."

Haechan...lagu yang kamu beritahu kepadaku itu sangat indah, bahkan aku mengulang lagu tersebut jika aku rindu kepadamu. Kamu tahu? Aku bahkan sering menangis jika mendengarkan lagu itu, setiap ku putar, aku langsung teringat wajahmu, suaramu, senyumanmu, bahkan lagu-lagu yang keluar dari mulutmu jika kamu bernyanyi. Aku bahkan masih ingat saat dimana kita berada di bawah hujan bersama, kau bilang kepadaku untuk tetap tersenyum, kau bilang padaku jika aku harus terus merasakan bahagia setiap hari. Tapi bagaimana caranya? Bahagiaku hanya ada padamu Chan, aku tidak tahu harus mencari kebahagiaan dimana lagi. Aku selalu ingat kata-katamu yang keluar dari mulutmu, aku rindu dengan ucapan selamat pagi darimu, aku rindu dengan ocehanmu yang selalu melarangku untuk membantumu, aku bahkan masih menginginkanmu sekali lagi. Tuhan, bisakah engkau membawa semestaku kembali? Aku ingin menjaganya sekali lagi, aku ingin bahagia dengan semestaku, bahkan jika waktu bisa di ulang, aku ingin kembali di mana saat-saat terakhirmu. Tapi sayangnya Tuhan lebih sayang kepadamu, dia membawamu pergi dari dunia yang kejam ini, kamu sudah tidak merasakan sakit lagi kan? Aku harap kamu bahagia di sana.

Aku masih disini, mencintaimu selalu matahariku.

Dear HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang