Jika biasanya di jam istirahat para siswa pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka, beda halnya dengan Rafa. Pemuda itu malah pergi ke rooftop sekolah yang biasa digunakan sebagai tempat membolos para siswa yang sering dicap bermasalah.
Jemari tangannya terulur untuk mengambil sesuatu di sakunya, kemudian mengeluarkan satu bungkus rokok dari sana. Matanya bergulir ke arah tiga orang yang sedang duduk di sofa usang. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia menyerahkan rokok itu ke salah satu dari mereka. Dengan cepat orang tersebut merampasnya dan seketika tatapan yang awalnya biasa kini berubah menjadi nyalang.
"Bukan ini mereknya, goblok!" maki Noah seraya melempar rokok itu dengan keras ke wajah Rafa.
"Lu tuh beban banget ya, disuruh beli rokok aja masih gak bener," hardik Sandi sambil melemparkan gulungan kertas ke pemuda itu.
Mendengar apa yang keluar dari mulut keduanya berhasil membuat kepala Rafa tertunduk. Ia merasa kesal sekaligus sedih, padahal sedari awal Naoh hanya memintanya membeli rokok tanpa menyebut merek, dan salahnya juga ia tidak berani bertanya.
"T-tapi kan kalian gak bilang merek apa ...," bela Rafa dengan suara kecil namun masih bisa didengar oleh ketiganya.
"Ya justru itu, lo punya mulut tapi kenapa gak dipake buat nanya?" Raka yang sedari tadi hanya diam pun akhirnya ikut bersuara.
"Tapi—"
Rafa tidak sempat menyelesaikan ucapannya kerena sebuah pukulan yang amat kencang lebih dulu mendarat tepat di rahangnya. Tinjuan yang dilayangkan Noah sukses membuat Rafa terjatuh menghantam lantai.
Noah menarik kerah seragam Rafa kemudian memaksanya untuk berdiri. Detik selanjutnya pemuda itu kembali mendaratkan pukulan pada wajah lawannya dengan membabi buta.
Dapat Rafa lihat rahang Noah yang mengeras dengan mata yang memerah. Pasti pemuda itu sangat geram padanya kerena hendak melawan, jadinya berakhir dengan melampiaskan rasa kesalnya detik itu juga.
Beberapa saat berlalu tetapi Noah masih saja memukul dan menendang tubuhnya dengan brutal, hingga membuat Rafa merasakan sakit pada kepalanya, serta pandangannya yang mulai menghitam.
Cengkeraman tangan Noah pada kerah Rafa terlepas ketika tubuh itu secara perlahan kehilangan kesadaran dan berakhir tergeletak tak berdaya.
Noah menendang pelan kaki Rafa dan diikuti oleh Raka serta Sandi.
"Berani banget lu ngelawan kita. Inget cowok lemah kayak lu itu pantes buat jadi bahan bully, jadi gak usah sok buat berontak," sarkas Noah.
Itu kata-kata terakhir yang dapat Rafa dengar sebelum akhirnya ia benar-benar kehilangan seluruh kesadarannya.
__
Seorang pemuda terlihat tengah fokus membaca buku di perpustakaan sekolah. Atensinya langsung buyar ketika suara bel berbunyi nyaring, menandakan telah habisnya jam istirahat kedua.
Dengan langkah lebar, ia keluar dari ruangan yang dianggap sebagai surganya para pecinta buku itu. Berjalan menelusuri lorong sekolah hingga sampailah ia di tempat tujuan—kelasnya.
Ezra mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. Netranya mendapati tiga temannya yang sedang duduk di kursi paling belakang.
Alisnya bertaut ketika melihat Raka yang sedang bersandar di bahu Noah sambil memainkan game di ponselnya. Sedangkan Noah tengah menoyor kepala Sandi agar menjauh dari Raka, padahal Sandi hanya ingin melihat game yang sedang Raka mainkan.
"Noah anjing, gue cuma mau liat gamenya doang bangsat," maki Sandi sembari menatap Noah tajam, tapi detik selanjutnya ia langsung cengengesan begitu melihat wajah Noah yang berubah datar.
"Ampun yang mulia, saya tidak akan mengulanginya lagi." Sandi menautkan kedua telapak tangannya lalu menunduk sebagai tanda permintaan maaf.
"Gak usah deket-deket Raka, dia punya gue," ucap Noah yang lebih terdengar seperti sebuah peringatan.
"Apalah dia apalah." Raka hendak menjauh tetapi pinggangnya lebih dulu dicekal hingga menyebabkan dirinya semakin menempel dengan tubuh Noah.
Seringai kecil hadir di wajah Raka ketika Noah melakukan hal itu padanya. Hingga Raka kembali bersandar pada bahu Noah dengan manja.
Ia tahu pemuda itu tidak menerima penolakan apa pun darinya.
"Dih apa banget dah, udah ditolak juga pake maksa," komentar Sandi sembari membuat ekspresi julid yang memancing amarah Noah hingga ingin sekali melemparkan buku tebal yang ada di mejanya tepat ke wajah Sandi. Namun, tangannya lebih dulu tertahan di udara saat melihat Ezra yang sedang berdiri sambil memperhatikan ketiganya dalam diam.
"Zra? Lu kenapa diem aja di situ?" tanya Raka heran.
Ezra menggeleng. "Nggak." Ia berjalan mendekat kemudian duduk di antara ketiganya. "Istirahat tadi kalian ke mana?"
"Tadi kita nyebat di tempat biasa. Emang kenapa?" tanya Noah.
'tempat biasa?' pikirnya.
"Kenapa gak ngajak gue?" Ezra bertanya kepada ketiganya yang mana langsung disambut gelak tawa dari teman-temannya itu.
"Ngajak lu? Serius lu mau diajak nyebat?" tanya Raka tak percaya.
"Anak kecil kayak lu gak boleh nyebat, bahaya tau," timpal Sandi, yang sudah jelas-jelas dia lebih muda dari Ezra, ya walaupun hanya berbeda beberapa bulan saja.
Ezra merotasikan matanya malas. Ia memang tidak pernah merokok walaupun teman-temannya selalu melakukan hal itu di depannya, jadi terkesan aneh jika dirinya ingin diajak merokok. Padahal tanpa mereka sadari ada alasan lain yang Ezra tutupi. Dirinya ingin mengetahui di mana keberadaan orang yang sedari tadi tidak terlihat dan hanya meninggalkan ransel dengan gantungan boneka beruang kecil yang kini sedang ia pandang dengan sorot khawatir yang terpancar jelas dari matanya.
Jika saja ia mengikuti ke mana para temannya itu pergi saat jam istirahat tadi, pasti dirinya bisa tahu di mana keberadaan orang itu. Orang yang ia sukai sekaligus korban perisakan dari ketiga temannya.
TBC
_
_
_

KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Kembar Buta [END]
General Fiction⚠️BxB Rafael Melviano, seorang pemuda biasa yang selalu mendapat perundungan dari teman sekelasnya. Entah dosa apa yang telah ia perbuat hingga pantas mendapat luka berupa umpatan yang menyayat jiwa dan kekerasan fisik yang menghunus raga. Meski bat...