14

476 56 11
                                    

Sore hari yang terik ini, Hanbin duduk termenung dimeja kerjanya, tak lagi memfokuskan matanya pada dokumen dimejanya. Pikirannya melayang, hatinya tak tenang.

Sejujurnya Hanbin benar-benar merasa bersalah dan menyesal akan tindakannya dikala amarah 2 hari lalu saat bersama Hao. Hatinya tiba-tiba terasa sakit saat mengingat kejadian 2 hari lalu dimana pertengkaran antara dirinya dan Hao terjadi. Dimana saat itu Hanbin malah mengambil keputusan sepihak atas pembatalan pernikahan mereka yang memang akan diselenggarakan sebentar lagi.

Tok! Tok!

Pintu ruang kerja Hanbin berbunyi tanda ada yang mengetuk, tapi karena Hanbin masih dalam pikiran menyesalnya, jadilah Hanbin tak menyadari akan ada seseorang yang memasuki ruangannya setelah pintu diketuk tadi.

"Kak?"

Belum dijawab.

"Kakk!"

Hanbin masih diam ditempatnya.

"Kak Hanbin!"

Kali ini seseorang itu sedikit meninggikan nada bicaranya disertai tepukan dipundak Hanbin yang membuat Hanbin yang tadinya melamun sontak tersentak terkejut karena baru menyadari seseorang sedari tadi sudah berada didalam ruangannya ini.

"Kak Hanbin kenapa? Dari tadi aku memanggil, tak kamu dengar. Apa ada masalah? Wajah mu terlihat jauh lebih lelah hari ini" cerocos seorang perempuan yang ada dihadapan Hanbin.

"Ahrin? Sejak kapan ada disini?" Bukannya menjawab pertanyaan Ahrin, Hanbin malah bertanya kembali pada Ahrin atau lebih tepatnya Sung Ahrin adik perempuan Hanbin.

"Sudah dari tadi, aku kesini karena kakak berjanji membawa ku bertemu dengan kakak ipar ku!" Semangat Ahrin mengingat janji sang kakak beberapa hari lalu.

"Jadi? Tunggu apa lagi kak? Bukankah kita harus berangkat ke lokasi syuting kak Hao? Aku tak sabar mau berkenalan dengan kakak ipar ku yang cantik itu!" Ahrin sudah akan menarik Hanbin untuk segera berdiri dari tempat duduknya.

"Ahrin sebentar-"

"Apa lagi kak? Ayo! Aku sudah pesan kue dan buah strawberry kesukaan kak Hao! Kita harus berangkat sekarang dan beri kak Hao kejutan" ucapan Hanbin dipotong cepat oleh Ahrin yang berucap penuh semangat.

Kepala Hanbin rasanya pusing dan seketika merasa menyesal yang mendalam, mendengar sang adik yang sangat bersemangat ingin bertemu Hao membuat hatinya terasa dihantam sesuatu dengan keras.

Sedikit mengambil nafas sejenak, Hanbin menatap adiknya yang masih berdiri di depan meja kerjanya. "Ahrin, sebenarnya kakak dan kak Hao 2 hari lalu bertengkar dan kakak tak sengaja-" Hanbin menjeda kalimatnya, tak sanggup mengucapkan kenyataan yang diperbuat oleh dirinya sendiri.

Ahrin terdiam ditempatnya, senyumnya yang tadinya menggembang tiba-tiba saja memudar, Ahrin jadi menatap tak percaya pada Hanbin.

"Kak? Jangan bilang kakak.." Ahrin mencoba menebak kalimat yang tergantung oleh Hanbin.

"Kakak tak sengaja meminta membatalkan pernikahan kakak dan kak Hao" sambung Hanbin yang membuat adiknya melebarkan bola matanya karena terkejut akan perkataan sang kakak.

"Kakak! Ya tuhan, apa yang kakak pikirkan hari itu!? Kenapa bisa-bisanya kakak malah seenaknya membatalkan pernikahan kalian yang sudah lama direncanakan?" Ahrin lagi-lagi sudah tak habis pikir, merasa kecewa pada sang kakak tersayangnya.

"Apa ayah dan ibu tahu masalah ini? Lalu bagaimana dengan orangtuanya kak Hao?" Ahrin kembali bertanya setelah tak berselang lama ada keheningan diantara mereka.

Hanbin menggeleng pelan, "Ayah dan ibu belum tahu, orangtua Hao juga sepertinya belum tahu soal ini" kata Hanbin.

Ahrin menghela nafas panjang, lalu mengistirahatkan tubuhnya untuk duduk di kursi hadapan meja kerja Hanbin, membuat kakak beradik ini duduk berhadapan.

With you BETTER. | BINHAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang