03; An Explanation.

2.6K 178 4
                                    


Life After Married
; Bab, 03.











Perlahan ciuman Fahlada turun, Earn hanya bisa menutup matanya. Perlahan juga tangan Fahlada menjelajahi tubuh Earn, menangkup payudara Earn yang masih di balik kain. "Uhh.. Dokter.." Fahlada meremas dengan lembut.

Fahlada memundurkan tubuhnya, menatap sang istri dengan tatapan sendu. "Jangan menahan apapun, sayang." Fahlada menurunkan sebelah tali tanktop yang Earn gunakan, kemudian mencium bahu Earn lembut, Fahlada juga menggigitnya.

"Dokter.."

Fahlada beranjak, menuju bagian bawah Earn. Menurunkan celana pendek yang Earn gunakan. "Kamu keluar dengan pakaian tidak sopan, kamu ingin menggoda orang lain?" Penuturan Fahlada tentu mendapatkan gelengan dari Earn.

Earn hanya menggunakan celana pendek dan juga tanktop saat menjemput Fahlada. Earn tidak mengingat mengenai sopan tidaknya pakaian yang dia kenakan, dia begitu menghawatirkan Fahlada.

"Ahh.. Dokter." Fahlada mencium paha bagian dalam Earn, dan dia juga menjilatnya. Perlahan celana dalam Earn, Fahlada turunkan. Sebuah jilatan pada vagina Earn terasa, lidah Fahlada bermain di area itu.

"Uhh.. Calm down, Ahh.." Earn, sepertinya dia tidak akan bisa menghentikan aksi Fahlada. Earn menekan kepala Fahlada agar lebih dalam melakukan kegiatannya, Earn tidak akan sanggup jika menolak.

"Dokter.. Aku.. Aku akan sampai." Mendengar penuturan Earn, Fahlada mempercepat. "Ahhh.. Dokter.." Earn sampai, nafasnya tidak beraturan.

Fahlada bangkit. Mencium Earn, ciuman yang begitu dalam. Jari-jari Fahlada menjelajah, dari atas hingga perlahan-lahan kebawah, mengelus area paling sensitif bagi seluruh wanita. "Dokter.."

Fahlada mencium Earn, mengalihkan perhatian Earn terhadap aksinya yang akan dirinya lakukan di bawah sana. Perlahan dua jari Fahlada masuk, jari telunjuk dan jari manis, hal itu tentu membuat Earn refleks mendesah. Desahan tertahan akibat Fahlada yang sedang mencium dirinya.

Earn memukul-mukul punggung Fahlada, dia ingin mengeluarkan suara lebih leluasa. "Aku merindukan suara ini, sayang." Ucap Fahlada.

"Ahh.. Fahlada, do it faster." Permintaan sang istri tentu Fahlada kabulkan, dia begitu suka ketika Earn memohon kepadanya. "yes honey, i will do it."

Malam telah usai, begitu juga dengan kegiatan ranjang Fahlada dan Earn. Earn lebih dulu membuka matanya, kemudian Earn langsung pergi untuk mandi. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, tetapi ada Fahlada yang masih setia menutup matanya.

Sepertinya dia begitu kelelahan.

Earn sudah berada di dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Bel Apartemen terdengar. Earn membukakan pintu untuk Sushie. Sushie, dia benar-benar datang. "Earn, bagaimana?" Sepertinya kepastian untuk pekerjaannya, belum Earn putuskan.

"Aku akan membicarakan kembali dengan Dokter." Jawaban Earn membuat Sushie kesal. Pasalnya, seperti yang dirinya ketahui sendiri, bahwa Fahlada pasti akan tetap pada pendiriannya. "Kamu yakin?" Earn mengangguk.

Baiklah, Sushie benar-benar tidak akan bertanya lagi. Biarkan Earn yang memberitahunya, tidak tau kapan hari itu datang.

***

Dr. Tan dan Dr. Bow saling bertatapan, dan juga terkadang memandang Fahlada. "Lada, ada apa denganmu?" Fahlada benar-benar terlihat frustasi sekarang, padahal baru semalam bermain dengan istrinya.

Apa yang sedang dia pikirkan.

Atau, hal apa yang sedang dia sembunyikan?

"Papa ada mengusulkan, supaya aku berkuliah kembali. Mengambil s2, di Paris." Dr. Bow dan Dr. Tan menaikan sebelah alis mereka.

Memangnya apa yang salah mengenai hal itu?

"Tentu saja tidak ada yang salah. Tetapi Earn tidak di perbolehkan untuk ikut, Papa mengatakan agar aku bisa lebih fokus." Mereka berdua terkejut, tidak biasanya Pak Direktur rumah sakit berfikir seperti ini. Bukankan Papa Fahlada yang paling mendukung jika menyangkut Fahlada dan Earn.

"Aku.. Aku juga belum memberitahu Earn." Mereka berdua bertambah terkejut. you're crazy Fahlada.

"Tidak biasanya Pak Direktur berfikir.." Dr. Tan menggantung ucapannya beberapa detik. "berfikir sampai memisahkan kalian." Fahlada mengangguk, membernarkan ucapan temannya.

"Berapa lama?"

"Kurang lebih, 1 tahun." Jawaban Fahlada membuat mereka terkejut untuk kesekian kalinya. Sekarang mereka bertiga frustasi, tidak hanya Fahlada saja.

Earn memiliki kepribadian tidak banyak bicara. Bahkan, lebih memilih memendam saja jika terdengar buruk untuk orang lain.

Apakah kali ini Earn akan tetap diam?

Sekarang Earn sudah menjadi istri Fahlada.

Fahlada sudah sampai di rumah, pekerjaannya sudah selesai untuk hari ini. Walaupun, sepertinya antriannya masih banyak. "Aku bahkan tidak berani untuk memberitahunya." Ucap Fahlada kepada dirinya sendiri.

"Kamu sudah kembali." Earn menghampiri Fahlada, dia memeluk Fahlada. Ada kekhawatiran di mata Fahlada, Earn tau itu. Fahlada tidak akan pernah bisa menyembunyikan perasaannya dari Earn.

Earn melepas pelukan, beralih memandang wajah Fahlada. "Ada apa?" Pertanyaan Earn membuat Fahlada terkejut, istrinya begitu peka. "Beritahu aku sesuatu, kamu bahkan tidak menceritakan apapun padaku." Fahlada memeluk Earn, begitu erat.

"Aku di suruh Papa melanjutkan s2, di Paris." Baiklah, Earn mengerti. Memangnya apa yang perlu di khawatirkan, mereka bisa pergi ke Paris, Earn bisa menemani Fahlada untuk kelanjutan pendidikan. Begitu, isi pikiran Earn.

"Tanpa kamu, kamu tidak di perbolehkan ikut denganku." Earn melepas paksa pelukan Fahlada, mereka saling bertatapan, tatapan yang sungguh tidak dapat di artikan. Earn berjalan pergi menuju kamar tidur mereka, di lantai dua. Meninggalkan Fahlada sendirian.

Fahlada menghampiri istrinya, saat membuka pintu terlihat Earn sedang duduk di tepi kasur dan memandang ke arah luar melalui jendela. "Ikuti kata Papa, aku yakin hal itu baik buat kamu. Kita masih bisa berkomunikasi melalui handphone." Fahlada menghampiri Earn, dan memeluk istrinya dari belakang.

"Maaf Dokter, kamu terus memikirkan hal ini hingga kamu mabuk semalam." Earn melepas pelukan dan berbalik, menangkup pipi Fahlada dengan kedua tangannya.

Earn menampilkan senyumannya. "Aku akan menunggu kamu kembali." Setelah mengatakan hal itu Earn mencium Fahlada begitu dalam, tidak ada nafsu dalam ciuman tersebut, hanya kesedihan dan bagaimana cara menjadi baik-baik saja.

Jika berfikir bahwa hal ini terlalu berlebihan, jawabannya mungkin termasuk berlebihan menurut beberapa orang. Tetapi dapat di pastikan bahwa tidak ada pasangan manapun yang ingin berpisah, bahkan jika hanya sedetik saja.


***

Earn terbangun dari tidurnya, dia sendirian sekarang. Sang ibu sempat menawarkan dirinya untuk menemani Earn, tetapi dia menolak. Setelah perginya Fahlada, beberapa menit kemudian mereka sudah video call, tidak dapat di bohongi bahwa rasa rindu masih ada.

Kamu tidak akan mengerti, jika belum merasakan.

Kamu akan terus berkomentar jika kamu ingin.

Kamu tidak akan berhenti, sampai kamu ingin berhenti.

Masih begitu malam di Paris, dia tidak ingin menggangu tidur Fahlada. Earn sudah berada di dapur sekarang, dan ada Sushie yang sudah berada di Apartemen Earn. Password tidak lagi menjadi rahasia, Sushie bisa masuk kapanpun seperti dulu.

"Earn, hari ini ada pemotretan." Earn, dia kembali lagi menjadi Artis. Sangat lama membujuk Fahlada mengenai hal ini, hingga kedua orang tua mereka harus ikut memberikan pendapat serta solusi.






To Be Continued

Life After Married || LingOrm (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang