"Takdir itu diterima, bukan dibenci."
Happy Reading
Perlahan kelopak mata dengan iris mata hijau itu terbuka, cahaya lampu langsung menerpa penglihatannya, ia berusaha menyesuaikan pencahayaan diruangan itu.
Dengan keadaan yang lemah gadis berambut panjang itu duduk bersandar dikepala ranjang.
Tempat ini terasa asing untuknya, dimana dia? Rumah siapa ini? Dan kemana orang tuanya serta abang kakak dan adeknya.
"Bu, yah." Panggilnya, suaranya sedikit tertahan. Tenggorokannya terasa kering. Ia melihat air didalam teko beserta gelas diatas nakas. Dia menuangkan air dalam teko kedalam gelas dan meminumnya.
"Kak Naya, Raffael, bang Arbian? Kalian dimana?" Panggilnya lagi. Tapi tidak seorangpun yang datang.
Kaki jenjangnya turun menginjak lantai yang cukup dingin akibat AC didalam ruangan.
Cklek
Gadis itu membuka pintu ruangan itu, terlihat jelas sebuah rumah yang sangat besar dan begitu mewah nampak di penglihatannya.
"Ini dimana? Dan rumah siapa?" Gumamnya sambil berjalan keluar.
Gadis itu memegang pembatas depan ruangan itu dan melihat kebawah. Cukup tinggi, kalau melompat dipastikan mati.
"Hallo, ada orang gak?" Teriaknya. Karna sunyi, suaranya menggema keseluruh ruangan.
Gadis itu melihat lihat sekitar, saat akan menuruni tangga terdengar derap kaki yang seperti berlari mendekat.
Saat kakinya menginjak anak tangga kelima, dibawah sana ia melihat seorang wanita yang sepertinya sudah berumur tapi masih kelihatannya cantik. Seperti habis berlari, gadis itu melihat wanita itu mengatur nafasnya.
"Kanaya, kamu sudah bangun?" Ujar wanita itu melangkah mendekati orang yang dipanggilnya Kanaya itu.
Gadis bernama Kanaya itu memiringkan kepalanya bingung, siapa wanita itu? Darimana dia mengenalnya?
Hap
Wanita itu memeluk Kanaya erat seolah tidak mengizinkannya pergi.
"Maaf Tante, Tante siapa ya?" Tanya Kanaya pada wanita itu.
Wanita itu tampak terkejut, terlihat jelas ia langsung melepas pelukan itu.
Plak
Wanita itu menabok bahu Kanaya pelan, "heh kamu cuma ketimpa ember kosong, gak usah belagak lupa ingatan ya." Omelnya, tapi nampak wanita itu khawatir.
Sekelebab ingat menghampiri otak Kanaya membuatnya pusing bukan main.
"Aakhh" erangnya tak tertahan, Kanaya memukul mukul kepalanya berinisiatif menghilangkan sakit yang menyerang.
"Kan kamu kenapa?" Tanya wanita itu.
"Kepala Kanaya pusing." Adunya histeris. Ia juga menjambak rambutnya sendiri, sebelum dirinya jatuh pingsan.
"KANAYA!" teriak wanita itu menggema.
"Alvino, tolong mama!" Teriaknya memanggil seseorang.
Seorang laki-laki tampan datang bersama teman-temannya. Mereka melihat dua wanita sedang berdiri diambang tangga.
"Maaa" teriak salah satu dari mereka.
"Cepetan tolongin ini Ya Allah, adek kamu pingsan." Wanita itu terus memeluk Kanaya yang sudah tak sadarkan diri.
Alvino mengangkat tubuh Kanaya dibantu salah satu temannya, dan membawanya keruangan tadi.
"Aduh Kan, kamu kenapa?" Panik Almira - Mama kandung raga yang ditempati Kanaya sekarang. Dan Alvino - Abang kandung dari raga tersebut.