Tetesan-tetesan hujan yang menderu menghasilkan suara gemercik merdu, menemani dua insan yang sedang dilanda keceriaan walaupun langit tak ikut seceria biasanya.
"I-k-a-n, ikan"
"Ikann!"
"Yayyy, pinter banget dedekk"
"Yeeyy, ikana cantik Ciciii, cukaaaa" Ucapnya dengan girang kepada seseorang yang dipanggilnya dengan sebutan Cici itu.
Tawa seorang anak kecil berusia 3 tahun mengisi ruangan elegan nan megah itu yang hanya berisikan dua orang yang diselimuti kebahagiaan kala suasana yang kadang kala membuat orang-orang merasakan hal yang sebaliknya.
Shani hanya tersenyum gemas memandang adiknya yang sangat senang sekali melihat gambar ikan Cupang yang terpampang pada buku bacaan bergambar. Dipegangnya buku itu dengan tangan mungilnya sambil sesekali tertawa dan mengoceh hal-hal yang sangat diluar prediksi author.
JEDYAARRRR!
Suara petir yang sangat dasyat menyambar langit sore itu, membuat tangisan datang pada sang gadis kecil yang kini sudah menangis ketakutan memeluk Shani.
"Huwaaaaa ci-ciiiii hiks.. huaa"
"Ssssssht ssssht. aduhhh dedek Christy nya Ciciii iniii, atut ama petir iya? cup cuppp" Shani pun berdiri dengan Christy yang berada di gedonganya. di naikanya kupluk hoddie Christy untuk menutupi kepalanya. Di elusnya kepala Christy yang bersandar pada bahunya, sambil menimang Shani mulai bernyanyi untuk menenangkan adiknya.
Tangisanya mulai mereda meninggalkan sesegukan yang perlahan menghilang di ikuti deru nafas teratur Christy.
Naiklah Shani ke lantai dua dengan Christy yang tentunya masih ia gendong dengan amat sayang. Dibukanya pintu kamar bernuansa tenang itu dengan hati-hati.
Dibaringkannya tubuh mungil itu dengan perlahan, lalu menaikan selimut sampai batas dada. Shani pun ikut berbaring di samping kanan Christy, sambil terus bersenandung dengan merdu.
"Hikss mmmh...Cicii hiks.." lirih suaranya, Tangisan kembali datang kala petir kembali menyambar.
Didekapnya tubuh mungil itu, sambil mengusap-usap punggungnya. "Shuu sshuu... Dedek takut ya? hu'um?"
"hu'ummm"
"Yaudah cup cuppp... kacian dedek krispi nya Cici Cani iniii, bobok yaa, nanti petirnya ga akan ganggu dedek kalo dedeknya bobok" ucapnya lembut menenangkan.
"Petirna ndak gang-gu?"Christy mendongak menatap Shani dengan mata belo nya yang berlinang air mata.
iii gumushTerkekehlah Shani merasa gemas sekali kepada Christy
"iyaa ndak ganggu" Senyuman lembut hadir di bibir Shani diikuti sebuah liang kecil di bagian sebelah pipinya membuat senyuman itu bertambahkan manis, semanis coklat dan selembut sutera."nda mauu bo-bobokk hiks.." Tangisan kembali datang, Sepertinya Christy sekarang dalam fase rewel tidak mau tidur, mengingat petir yang sesekali bergemuruh diluar sana.
"Iyaa iya ndak bobokk" dikecupnya kening Christy beberapa kali.
"terus dedek mau apa sayang hmm?"Christy tak menjawab bayi itu hanya mengusel-nguselnkan kepalanya pada dada Shani sambil sesegukan.
Shani akhirnya bagun dari tidurnya tanpa memindahkan Christy dari pelukanya, memposisikan dirinya duduk dan bersandar di herboard kasur dengan Christy dipangkuanya, menghadapkanya ke arah dirinya agar mudah dipeluk.
Didekapnya tubuh mungil itu, menaikan kupluk hoddie-nya lagi dan mengusapnya pelan.
"Dedek mau apaaa? mmm" Diulangnya lagi pertanyaan itu sambil diciumnya lama kepada Christy dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of The Natio
FanfictionCerita ini memuat hari² random antara sang Cici dan dedek dedek kecilnya yang terkadang membuat autor gumush gumushss pengen masuk ke Wattpad aja trus unyel unyel pipinya Cerita ringan, sambil makan makanan ringan, kalo mau berat, tinggal tambahin b...