1

2 0 0
                                    

23 Juni 2020

Seorang perempuan bertubuh besar dan pendek itu berjalan gontai menuju kelas madrasah nya, ia merasa sangat malas karena malam ini adalah pelajaran yang paling ia tidak sukai yaitu "nahwu".
Dia sudah mempelajari ilmu itu dari 2 tahun yang lalu tapi memang masuk telinga kanan keluar telinga kiri, dia mendengarkannya namun segera lupa juga apa yang sudah diajarkan. Buku berisi 200 halaman itu setengahnya sudah diisi, berbagai penjelasan dari Ustadzah-Ustadzah nya namun tak ada yang masuk di otaknya.

Dia terkadang ingin bertanya, apa gunanya ilmu nahwu itu? Bukankah nahwu hanyalah pelajaran yang mempelajari perubahan akhir kalimat saja? Itu pun menggunakan bahasa Arab, sedangkan bahasa yang biasa digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah saja. Dengan terpaksa ia masuk kedalam kelas dan duduk dibarisan tengah, tak berselang lama  Ustadzah Nisa masuk dan mengucapkan salam yang langsung dijawab oleh murid muridnya. Setelah itu ia pun mulai memasuki bab pertama, tentang Kalam.

"Kalam adalah lafadz yang tersusun yang memahamkan dan disengaja menggunakan bahasa Arab lalu Kalam dibagi menjadi 3 yakni isim, fiil dan huruf" jelasnya,

"Isim adalah kalimat yang menunjukkan sesuatu yang dinamai tanpa adanya zaman atau waktu, lalu fiil adalah kalimat yang menunjukkan pekerjaan dan disertai dengan zaman atau waktu. Sedangkan huruf adalah kalimat yang tidak dapat bermakna tanpa adanya isim ataupun fiil dan tidak disertai zaman ataupun waktu" lanjutnya menerangkan.

"Tanda-tandanya isim itu ada 3 yakni dengan jer, tanwin, dan kemasukan Alif dan lam. Lalu huruf hurufnya jer itu ada 9 yakni min, ila, 'an, 'ala, fi, rubba, ba, kaf dan lam. Ditambah dengan huruf qasam atau kita sebut huruf sumpah yakni wawu, ba dan ta."

"Dilanjut tanda-tandanya fiil itu ada 4 yakni dengan qad, sin, saufa, dan ta tanis yang mati"

"Sedangkan huruf tidak dapat menerima tanda nya isim mau pun fiil alias huruf itu tidak mempunyai tanda, yang justru menjadi tanda dari huruf. Berarti kalau gak ada tanda tanda nya isim atau tanda tandanya fiil berarti itu huruf"

Perempuan berkerudung coklat itu mengerutkan keningnya pertanda tidak mengerti,

"Ada yang ingin ditanyakan?" Tanya ustadzah pada murid-muridnya itu. Perempuan berkerudung coklat itu pun mengangkat tangannya.

"Iya Nanda, mana yang tidak jelas?" Tanya ustadzah itu merespon muridnya.

"Ustadzah, maksudnya tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya isim atau fiil bagaimana? Nanda gak ngerti"

"jadi kalau mengikuti terjemah yang ada itu kan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya isim atau fiil kan, maksudnya itu kalau di kehidupan sebenarnya itu begini, contoh ada nenek nenek yang udah tua banget, dia itu udah gak bisa jalan, terus anaknya itu beliin nenek itu kursi roda. Dengan adanya kursi roda nenek itu bisa jalan kan. Tapi kalau gak ada kursi roda otomatis neneknya itu gak bisa jalan kemana mana dan cuma bisa diem ditempatnya"

"sekarang saya mau tanya, guru pertama dalam hidup kalian itu siapa?" Tanya ustadzah itu sembari menatap murid-murid nya. Sekelas sontak menjawab dengan jawaban yang sama.

"Orang tua" ucap mereka serempak. Ustadzah itu mengangguk lalu kembali menjelaskan.

"Kalian tanpa ada orang tua bisa gak berdiri sendiri? Bisa gak kalian baru lahir terus langsung berdiri? Bisa gak masih bayi makan dan minum sendiri?" Ucap ustadzah itu. Murid yang ada didepannya menggeleng-gelengkan kepalanya,

"Sama halnya kalian tanpa adanya orang tua, kalian gak bakal bisa berdiri sendiri. Kalian gak akan bisa makan dan minum sendiri waktu masih bayi. Sekarang paham bagaimana jadi huruf itu? Huruf itu gak bisa berdiri sendiri, sama halnya kayak bayi sedangkan fiil dan isim itu sama halnya kayak orang tua yang bakalan bantu huruf (bayi) buat tumbuh dan bisa bermakna dalam hidupnya, paham?"

Lanjutnya lagi, semua yang ada dikelas menjawab nya dengan anggukan dan seruan "paham". Seorang perempuan berkerudung ungu mengangkat tangannya. Pertanyaan kedua.

"Guna nya kita belajar ilmu nahwu buat apa sih Ustadzah? Kan kita ngomong juga kan pake bahasa Indonesia bukan bahasa Arab?" Tanya perempuan itu yang bernama Hujan, Ustadzah Nisa kemudian tersenyum dan mengangguk paham.

"Kenapa kita harus mempelajarinya? Sebenarnya tujuan nya agar kita mengerti cara untuk berbahasa Arab yang baik dan tujuan yang lain itu nanti juga kalian bakalan paham sendiri, nahwu itu sangat sangat penting."jawabnya, hal itu membuat murid yang ada disana berseru bingung namun sebelum mereka berteriak protes, kata kata pamungkas itu muncul

"Wallahu a'lam bishowab, alfatihah" ucapnya sembari menyengir dan kemudian segera mengucapkan salam dan pergi dari kelas itu. Nanda semakin dibuat bingung, maksud dari Ustadzah Nisa itu. Bukan hanya Nanda tetapi juga teman-temannya yang lain,
"Nahwu bukan hanya sekedar mempelajari bahasa Arab? Maksudnya apa?" Batin Nanda, ia akhirnya semakin penasaran dengan maksud dari ilmu Nahwu itu.

JurmiyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang