#00 'Bunga Tidur'

66 25 4
                                    

𝙼𝚒𝚖𝚙𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝙼𝚎𝚕𝚘𝚍𝚒
.
.
.
𝙾𝚛𝚒𝚐𝚒𝚗𝚊𝚕 𝚜𝚝𝚘𝚛𝚢 𝚋𝚢 𝙻𝚘𝚗𝚌𝚎𝚗𝚐 𝙱𝚒𝚛𝚞

✎ Arc 1; The Unknown Truth

'Bunga Tidur'- 00

Selamat Membaca!

***

Arus bunga mengikuti irama dari sang angin menari dengan riangnya ke kanan lalu ke kiri. Mereka terlalu riang berdansa hingga tak sadar bahwa salah satu dari mereka telah terlepas dari akar hidupnya.

"Bunga-nya harum," ujar seorang lelaki dengan surai berwarna hitam legam serta netra biru-nya yang bersinar terang terkena cahaya surya.

Perlahan ia berjalan mengitari ladang bunga itu. Sesekali angin menerpa lembut wajahnya, membuat bunga yang dia genggam terombang-ambing diterpa-nya.

Lelaki tersebut mencoba berjalan tanpa arah. Namun, yang jelas ia sedang mencari sesuatu yang terletak disekitar ladang.

Ladang bunga itu luas sekali. Bahkan ketika dirinya sudah melangkah jauh dari tempat awal ia menginjakkan kaki di sini, tetap tidak ada tanda-tanda ladang bunga ini akan berakhir.

Yah, setidaknya di dunia ini ia tidak akan pernah merasakan lelah setelah berjalan jauh. Ia juga terlihat menikmati suasana di sana.

Sesekali ia mencabuti beberapa bunga dan saat dia menemukan bunga Randa Tapak, ia akan mengambil lalu meniupnya sehingga kepingan bunga itu akan berpencar mengikuti arah angin.

Ia tersenyum tipis, sebenarnya ia sedikit malu melihat kelakuannya yang seperti anak kecil. Namun, di tempat ini dia hanya seorang diri, tidak akan ada orang yang akan melihat sosoknya yang seperti ini. Mungkin.

Ia kembali berjalan tanpa arah, ini aneh. Biasanya benda yang ia cari sangat mudah ditemukan di mana saja. Tapi sekarang ujung batang dari benda itu sama sekali tak terlihat.

"Bukannya ini harusnya bagus, ya? Kenapa giliran gaada malah ku samperin ..." ujarnya lesu.

Kalau boleh jujur, ia sebenarnya malas mencari benda itu. Benda yang selama ini ia hindari. Namun, saat ini ada sesuatu yang menarik dirinya untuk menemukannya.

Ia mengela nafas pelan, berdiri di tengah ladang bunga tanpa ujung. Angin kembali menerpa kencang tubuhnya, tubuhnya terasa terombang-ambing. Angin seperti sedang berbisik kepadanya.

"Di belakang mu."

Ia tersontak sesaat setelah mendengar desiran suara di sampingnya. Dirinya spontan menoleh ke arah belakang. Matanya melebar, perasaannya campur aduk, lega namun hatinya janggal.

"Dasar piano merepotkan."

Piano usang dengan warna coklat lusuh terletak di tengah ladang lengkap dengan kursinya, di atasnya terdapat sebuah buku aneh yang tergeletak tak terawat. Walaupun begitu, piano itu tetap terlihat layak pakai, seperti biasanya.

Itulah benda yang selama ini anak itu cari sekaligus dihindarinya.

Jarak antara lelaki itu dan piano tidak begitu jauh, namun, dirinya entah mengapa menolak untuk beranjak mendekati benda itu.

Ia mengepalkan tangannya, lalu pelan-pelan mendekati piano itu. Bunga yang sedari tadi ia genggam rusak akibat genggamannya.

Padahal, setiap ia melihat benda ini dia selalu menghindarinya sejauh mungkin. Perasaan aneh dan janggal selalu menusuk dirinya setiap ia mendekati benda itu.

Piano yang selalu asing dalam memorinya, namun entah mengapa ia selalu merasa bahwa ada sesuatu yang tersimpan di dalamnya.

Kini, ia sudah berhadapan dengan piano usang itu. Walau ragu-ragu, ia perlahan menyentuh salah satu not baloknya.

Ia terdiam sejenak, ia segera mengalihkan perhatiannya kepada buku usang yang sedari dulu membuatnya penasaran.

Ia mengambil buku usang itu, terlihat sedikit berdebu, warna buku itu biru tua yang lusuh dengan tulisan yang sudah tidak jelas bentukannya. Ia menepuk bukunya perlahan untuk menghilangkan debunya.

Sesaat sebelum ia sempat membuka buku itu, angin kencang segera menerjang dirinya membuat bunga-bunga serta dirinya terpelanting tak tentu arah.

Suasana tempat itu berubah seketika, langit mulai menggelap, bunga-bunga berterbangan, anak itu berusaha sekeras mungkin agar tidak terbawa arus angin.

Bunga rusak yang ia genggam sudah terbang dan lenyap. Sepertinya, keputusannya dalam mendekati piano itu adalah sebuah kesalahan.

Piano usang itu juga sudah menghilang entah ke mana. Mungkin terbang terbawa angin, walaupun sepertinya mustahil.

Yang ia pikirkan sekarang ialah cara keluar dari tempat ini, keluar dari dimensi menyebalkan ini. Keluar dari bunga tidur yang menjebak jiwanya.

Sang angin tiba-tiba berhenti, keadaannya sudah rusak. Bunga-bunga yang awalnya menari dengan riangnya berakhir dengan tergeletak tak berdaya.

Ia menatap sekitarnya, sebelum sempat bernafas lega, terjadi guncangan yang membuatnya kembali kehilangan keseimbangan.

"... Ada apa lagi–" ucapannya terpotong saat guncangan tersebut membuat retak-kan yang semakin lama semakin melebar.

Hingga pada akhirnya, tanah yang ia pijak terbelah menjadi dua dan melahap dirinya utuh-utuh.

-Bersambung-

✎ Terimakasih Sudah Membaca!

'𝚂𝚎𝚎 𝚢𝚘𝚞 𝚘𝚗 𝚝𝚑𝚎 𝚗𝚎𝚡𝚝 𝚎𝚙𝚒𝚜𝚘𝚍𝚎'

Mimpi dan MelodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang