[iii]

34 5 8
                                    

tidak ingat bulan apa, yang pasti kala cakrawala menampilkan hujan berkeping segi lima atau sebut saja salju, pemuda bersurai coklat legam yang tengah duduk diam di teras belakang itu tak sengaja mendengar ada pecahan dari salah satu barang yang d...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tidak ingat bulan apa, yang pasti kala cakrawala menampilkan hujan berkeping segi lima atau sebut saja salju, pemuda bersurai coklat legam yang tengah duduk diam di teras belakang itu tak sengaja mendengar ada pecahan dari salah satu barang yang dilempar oleh sang kepala keluarga.

papa mabuk, ngamuk lagi. inner nya seraya meniup serpihan putih yang singgah sejenak pada telapak tangan kiri nya. "jouvan!" panggil seorang gadis bersama pemuda tampan namun berpenampilan acak-acakan dibelakang nya.

si surai coklat legam tadi menoleh, lalu tersenyum bak ia membalas ramah panggilan barusan. meskipun semua yang hidup dan mengenal dirinya sangat meyakini bahwa sebenarnya senyuman itu pertanda jikalau ada yang mendekati dan mengusiknya, mereka akan ia habisi sekarang juga.

"jouvan, ayo main-"

BRAK!

DUG!

"jalang kayak kamu mikir apa sih?! saya jadi malu gara-gara kita berpapasan di restoran tadi! "

PRANG!

"mas sendiri mikir gak kalau aku capek ngeliat mas mabuk-mabukkan kayak gini terus, hah?! "

PLAK!

"SAYA YANG MENAFKAHI KAMU DAN ANAK SAKIT JIWA ITU! BERANI SEKALI KAMU NYOLOT?! "

"dia anak kamu, mas! jelas kalau dia mirip dengan mas yang gak punya hati! sakit jiwa! gak waras! "

"brengsek! "

"mas yang nyolot! udah jelas kalau jouvan adalah anak kita, cucu tunggal dari hakim agung kejaksaan dan bukti nyata kalau perselingkuhan aku cuman fitnah! " teriak wanita paruh baya didalam rumah berbahan dasar kayu itu dengan kencang, membuat suasana setelahnya hening.

jouvan yang berada diluar pun mampu mendengar segala-galanya. raut wajah yang tak dapat ditebak meski rasanya nawa dapat memahami bahwa ada kerutan sedih dibalik mata yang dipaksa untuk ditutup rapat seolah sepupu nya itu tak peduli pada apa yang ia dengar sedari tadi.

belum sempat tangan nawa menyentuh bahu jouvan untuk memberikan kata penenang, suara tawa melengking nan menggema dibalik ruangan kayu ukiran jepang itu menghentikan niatnya. "kamu hamil setelah berhubungan sama praja.. ck, bukti nyata apa sih yang kamu maksud, gendhis? kalau hanya sebatas kemiripan sifat, praja lebih bejat." seusai kata mengudara menerpa indra pendengar sang wanita yang berdiri diam didepan mata, yang dominan kembali tertawa.

"mata jouvan, mirip mata praja."

"mas! jangan-"

"rambut coklat nya, gak mirip dengan kita berdua.." suara erangan kesakitan pertanda bahwa sang suami kini menjambak rambut si istri dapat dengan mudah ditebak. "mas, lepasin! sakit! " elaknya sedikit terisak.

ゞ anagata aksataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang