JENGGALA : The First Meet

129 79 116
                                    

Amora berjalan menyusuri gunung yang menjadi kunjungan pendakian nya hari ini. Dirinya menikmati suasana gunung dengan pepohonan yang lebat menambah sejuk nya angin yang berhembus dingin.

Saking terlalu merasakan kenyamanan alam, Amora sampai tidak sadar dengan jalan yang dia lewati sekarang adalah jalan tanpa jalur hanya terdapat jalanan rumput liar. Amora terlihat bingung.

"Loh perasaan tadi gue jalan di jalan setapak, kenapa jadi rumput semua gini?" Tanya nya pada dirinya.

Amora mencoba untuk tenang. Ini bukan pertama kalinya ia mengalami hal ini.

Tiba-tiba suara jangkrik terdengar begitu keras, membuat Amora merinding.

Amora mulai berjalan "Ok, ayo ikutin insting."

Amora memejamkan matanya dengan jari telunjuk yang kesana-kemari, tak lama kemudian membuka matanya "Insting gue mengatakan ... lurus."

Amora memegang tali ranselnya dengan kuat lalu mengangguk pasti dan mulai melangkah mengikuti instingnya tadi, berjalan dan terus berjalan.

Sudah sekitar lima jam Amora berjalan namun jalan keluar tak kunjung dirinya temukan, Amora duduk di sebuah batu besar disana sambil memegangi kakinya yang sepertinya akan patah, kemudian membuka tas besarnya yang ia rasa masih ada sisa air, dan benar saja sisa setengah botol, lalu langsung meminumnya.

"Gue ga bisa ngabisin airnya sekarang."

Amora menunduk lemas. "Gue harus kemana lagi sekarang, lika-liku jalan udah gue lewatin semua tapi jalan keluarnya belum juga ketemu." Amora berkata lemah, kemudian mengadahkan kedua telapak tangannya untuk berdoa.

"Ya tuhan hamba gamau mati disini, berikan hamba petunjuk agar bisa menemukan jalan keluar,  Aamiin." Amora mengusapkan telapak tangannya pada wajahnya yang sedikit kotor karna tercampur keringat.

Amora kembali melanjutkan perjalanan nya, sedikit beruntung karena kemarin malam tidak hujan membuat jalan tidak becek.

*

Hari sudah mulai gelap, namun Amora masih belum menemukan tanda-tanda jalan keluar, dan malah sebaliknya, bukannya menuju jalan keluar Amora malah semakin masuk kedalam hutan dilihat pepohonan yang mulai melebat, dan juga tidak menemukan sungai atau pun yang berhubungan dengan air.

Hampir saja tubuh Amora ambruk, untung dirinya bisa menahan diri berpegangan pada pohon. Kaki nya sudah sangat lemas sekarang karena terus berjalan tanpa arah dan juga beberapa kendala di perjalanan yang membuatnya tambah berasa lelah. Dia butuh istirahat, tenggorokan nya kering membutuhkan air, sebab sisa air tadi sudah habis.

"Gue cape, gue.. kaya nya bakal mati disini.."

Amora memandang langit yang mulai menggelap "Bunda, Ayah, kalo mora ga pulang cari mora ya walaupun pas ketemu, mora mungkin udah ga bernyawa."

"Jalan dikit lagi mor siapa tau ada sebuah keajaiban yang tuhan kasih."

Sekitar beberapa langkah, mata amora membelak dan begitu berbinar melihat ada sebuah api unggun didepan sana.

"Wahh terimakasih tuhan, Bunda Ayah sepertinya mora ga jadi mati." Amora kemudian berlari sempoyongan ke arah api unggun itu, namun seketika dirinya berhenti.

"Tapi gimana kalo itu sebuah jebakan, bisa aja seorang pemburu, atau mungkin binatang buas?". Lihat Amora, terlalu banyak menonton film membuat nya berasumsi buruk padahal melihat pun belum, dan dimana ada binatang yang bisa membuat api unggun?

"Ga, ga mor usir pikiran buruk lo itu, mungkin aja itu api unggun yang ditinggal sama pendaki, iya! pendaki!" Amora mulai kembali berjalan dan membuang pikiran buruknya dan berpikir positif bahwa di sana bukan lah orang jahat.

JENGGALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang