03. Aneh

72 22 5
                                    

Aeres berjalan tak tenang. Setelah diberitahu untuk menemui pemilik sekolah, Aeres tiba tiba merasa lemas dan takut seakan akan dirinya akan dibunuh, padahal Aeres tidak tahu mengapa dirinya dipanggil.

"Mau kemana, Aeres??"

"Mau ditemenin ngga?"

"Sama aku aja ya, sama aku mah aman"

Aeres tidak menggubris ucapan dari kakak kelasnya. Tanpa menoleh sedikitpun Aeres terus berjalan melewati kakak kelasnya yang sedang duduk di depan kelas mereka.

"Sombong banget, awas nanti keenakan sama genjotan gue"

"Mana mau dia sama kontol Lo, kecil"

"Sekarang aja sok jual mahal, nanti di gangbang malah keenakan"

Aeres tidak mempedulikan ucapan itu, meskipun ucapan itu terdengar melecehkan, tapi Aeres sudah terbiasa mendengar nya. Selanjutnya Aeres hanya perlu berhati-hati menjaga diri.

Aeres menutup matanya lega ketika sudah melewati kumpulan kakak kelasnya itu. Sekarang Aeres sudah sampai di depan ruangan pemilik sekolah.

Tiga kali Aeres mengetuk pintu, dan pintu itu langsung terbuka menampilkan pria berusia 50 tahun yang tersenyum melihat kedatangan Aeres. Aeres tersenyum menyapa kepala sekolah yang ternyata kebuka pintu tersebut.

"Masuk, nak" ucap kepala sekolah itu mempersilahkan Aeres masuk ke dalam ruangan.

Aeres mengangguk dan berjalan mengikuti langkah kepala sekolah. Sedikit mengintip, Aeres dapat melihat seorang pria yang cukup Aeres takuti karena aura milik pria itu terasa sangat kuat.

"Aku ingin berbicara dengan Aeres, bisakah anda keluar?" Putus itu berucap dingin menatap pria yang lebih tua.

Aeres menelan ludahnya kasar, apa yang akan terjadi selanjutnya jika hanya ada Aeres dan pemilik sekolah berdua di dalam ruangan?

Kepala sekolah itu mengangguk dan keluar dari ruangan tersebut yang sekarang hanya menyisakan Aeres dan pemilik sekolah tersebut.

Suasana kini semakin hening karena hanya ada mereka berdua di dalam. Aeres tidak berani untuk menatap pemilik sekolah, katanya terus menatap ke arah lantai. Aeres sangat tidak menyukai suasana ini.

"Hai Aeres, bagaimana kehidupanmu disini?" Tanya pemilik sekolah itu yang berjalan menghampiri Aeres.

Aeres mendongak mendapatkan pertanyaan tersebut. Terdengar sangat aneh bagi Aeres. "Sa-saya baik" jawab Aeres seadanya. Aeres bingung dengan situasi yang terjadi saat ini.

"Keindahan Aphrodite benar benar menurun kepadamu, aku yakin banyak hal yang telah kamu lalui. Pasti banyak manusia yang memiliki tabiat iblis sering mengganggumu, bukan?" Tanya pemilik sekolah itu lagi membuat Aeres terdiam.

Aeres sedikit paham dengan apa yang diucapkan oleh pemilik sekolah, namun Aeres tidak bisa berkata apa-apa.

"Apakah anakku sering sekali menggagumu?" Tanya pemilik sekolah itu sambil mengangkat dagu Aeres, membuat Aeres mendongak menatap kedua mata biru milik sang pemilik sekolah.

Aeres takut, mengapa suasanya terasa begitu mencekam dan menyeramkan? Pemilik sekolah terlihat seperti orang aneh ketika mengatakan hal hal yang tidak Aeres pahami.

"Ah... Kau bahkan lebih indah dari Aphrodite"

***

"Ahhh hahh hahhh"

"Aeres, Lo ngga apa-apa?" Tanya Helen yang berlari ke tempat tidur milik Aeres. Telapak tangan Helen mengusap kepala Aeres yang berkeringat "Mimpi buruk lagi?" Tanya Helen menatap Aeres khawatir.

Aeres DaphneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang