Makan malam keluarga Oziran selesai dengan suasana yang cukup damai, meskipun ketegangan sempat menghampiri di antara Jaemin, Renjun, dan Duke Yuta. Duchess Winwin, dengan kebijaksanaan yang dimilikinya, berhasil menengahi perdebatan yang nyaris memuncak. Sebelum para anggota keluarga kembali ke ruang masing-masing, Duchess memanggil Jaemin dengan suara lembut.“Jaemin, bagaimana keadaanmu sekarang?” tanyanya, penuh perhatian. “Maafkan Baba karena belum sempat menjengukmu. Kediaman Oziran begitu sibuk akhir-akhir ini,” lanjut Duchess, matanya dipenuhi rasa kasih sayang.
Jaemin menatapnya dengan ekspresi datar, seolah ia telah terbiasa dengan perhatian semacam ini. “Saya baik-baik saja, Duchess. Anda tidak perlu khawatir,” jawabnya, suara yang tenang dan terukur. “Saya pamit untuk kembali ke kediaman, jika tidak ada hal penting lagi untuk dibicarakan,” tambahnya, lalu berbalik dan melangkah keluar dari ruang makan, meninggalkan Duchess bersama para pelayan kediaman keluarga Oziran.
Duchess memperhatikan kepergian Jaemin dengan tatapan cemas. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Saat Jaemin melangkah menjauh, ia memanggil pelayan kepercayaannya, seorang wanita berusia paruh baya yang setia dan bijaksana.
“Jaemin begitu aneh setelah sakit,” ujar Duchess dengan nada prihatin. “Tolong carikan dokter terbaik untuknya,” titahnya, tegas namun tetap lembut.
“Baik, Duchess,” jawab pelayan tersebut, segera pergi untuk melaksanakan perintah.
Setelah pelayan itu pergi, Duchess terdiam sejenak, memikirkan keadaan Jaemin. Ia merasa khawatir, tidak hanya karena kondisi fisik Jaemin, tetapi juga karena sikapnya yang kian menjauh dan misterius. “Apa yang sebenarnya terjadi pada anak ini?” gumamnya pelan, harapannya agar Jaemin segera kembali ke keadaan semula.
***
Setelah kembali ke halaman pribadinya, Jaemin segera masuk ke dalam kamarnya. Dia memastikan untuk mengunci seluruh pintu dan jendela, membuat ruang itu sepenuhnya tertutup dari dunia luar. Sebelum memulai, ia memberikan titah kepada Chu, “Pastikan tidak ada yang menggangguku, termasuk kau sendiri.” Chu mengangguk patuh, lalu meninggalkannya dengan cepat.
Jaemin menghela napas panjang dan menggenggam kalung yang berbentuk Jantung berwarna merah darah yang tergantung di lehernya. Kalung itu pemberian gurunya, Chanyeol. Dengan hati-hati, dia memejamkan mata, dan dalam hatinya memanggil sang guru. Seakan memenuhi panggilan tersebut, tak lama kemudian, sosok Chanyeol tiba di hadapannya. Tatapan malas terpancar dari mata gurunya yang tampak sinis.
“Ada apa kau memanggilku?” suara Chanyeol terdengar datar, penuh nada bosan yang membuat Jaemin hampir saja memutar bola matanya. Dalam hati, ia kadang sulit percaya kalau orang ini benar-benar utusan Hades. Sebenarnya, jika ia tahu siapa sosok di depannya sesungguhnya—bahwa yang selama ini menjadi gurunya adalah Hades itu sendiri—Jaemin mungkin tak akan terlalu terkejut.
“Guru, selama sebulan ini, aku sudah melatih elemen dasar tubuh ini. Aku juga telah memperkuat fisikku. Aku rasa aku sudah siap kembali dan menemui ‘peliharaanmu’ untuk menyingkirkan racun yang masih mengendap dalam tubuhku,” ujar Jaemin. Dalam kalimat itu, tersirat rasa frustasi yang selama ini ia pendam. “Namun, bagaimana aku bisa meninggalkan kediaman ini untuk waktu yang lama? Aku tahu proses ini akan memakan waktu,” lanjutnya, nada suaranya terdengar resah.
Chanyeol mendengus pelan, menatap muridnya dengan tatapan dingin namun penuh rencana. “Kau tidak memerlukan waktu sebanyak saat pertama kali kau belajar, Jaemin. Yang perlu kau lakukan adalah menghilangkan racun di tubuhmu dan memperkuat pondasi energi yang dimiliki tubuh barumu ini,” ucapnya. Ada ketenangan dalam suaranya, membuat Jaemin merasa lega.
Lalu, dengan sedikit senyum misterius, Chanyeol menambahkan, “Agar kau tidak dicurigai, aku akan mengirim Dantalion, iblis seribu wajah, untuk menyamar sebagai dirimu. Dengan begitu, kau bisa berlatih dengan tenang. Begitu kau tiba di tempat peliharaanku, iblis itu akan langsung datang menggantikanmu di sini.”
Rasa lega menyelimuti hati Jaemin mendengar rencana itu. Setidaknya, dia tidak perlu repot-repot mencari cara untuk meninggalkan kediaman ini tanpa menimbulkan kecurigaan.
“Oh iya, Guru,” Jaemin mendadak teringat pada kalung di lehernya. “Aku merasa kalung ini begitu familiar. Apakah kau pernah memberikannya padaku sebelumnya?” tanya Jaemin sambil menunjukkan kalung tersebut. Kalung itu tampak gelap dan memiliki aura aneh, seolah menyimpan kekuatan misterius.
Chanyeol tersenyum tipis, ekspresinya berubah penuh kebanggaan. “Kalung itu… Tentu saja kau merasa familiar. Itu adalah jantungmu,” ujarnya dengan nada bangga, seolah berbicara tentang suatu karya seni. “Aku mengeringkannya di neraka. Hebat, bukan?”
Jaemin menatap Chanyeol dengan pandangan datar, sambil dalam hati mencoba menekan kejengkelannya. Jawaban itu sungguh tidak diduga. Gurunya ini memang benar-benar berbeda dari siapapun yang pernah ia temui. Dan kenyataan bahwa orang inilah yang membuatnya tak lagi memiliki hati… Ya, hanya Chanyeol, atau mungkin Hades, yang akan melakukan hal itu tanpa keraguan sedikitpun, harusnya memang Jaemin tidak terkejut toh yang mengurus nya sedari kecil hingga menjadi penjahat adalah sang guru.
***
Pagi itu, Jaemin berdiri tegak di halaman kediaman Oziran, dengan perbekalan yang sudah disiapkan semalam. Hari ini adalah hari di mana ia akhirnya akan menyingkirkan racun yang merongrong tubuh barunya, mengembalikan kekuatan lamanya yang sempat hilang. Dalam hatinya, Jaemin telah menyusun serangkaian rencana balas dendam yang tak sabar ia laksanakan, mulai dari pangeran Jeno hingga siapapun yang telah berbuat jahat kepada Jaemin Aphrodite Oziran.
Sebelum pergi, ia memanggil Dantalion, iblis seribu wajah yang akan menyamar sebagai dirinya. Iblis tersebut muncul di hadapannya dalam sekejap, sosoknya yang gelap dan penuh aura suram berdiri membungkuk, menanti instruksi dari Jaemin.
“Hei, iblis jelek. Ingat, jangan membuat masalah selama aku pergi,” ucap Jaemin dingin, menatap Dantalion dengan sorot mata tajam. “Kau cukup menyamar sebagai aku untuk sementara waktu. Jika kau macam-macam, saat aku kembali nanti, aku akan membakarmu tanpa sisa.” Kata-kata itu bukan sekadar ancaman, tetapi janji yang ia sampaikan dengan penuh kesungguhan.
Dantalion hanya menunduk patuh, tak berani mengelak. “Baik, saya mengerti,” balasnya cepat. Ia tahu betul bahwa ancaman Jaemin bukanlah hal sepele, dan lebih dari itu, Dantalion takut akan kemarahan Hades, guru Jaemin yang bahkan mampu memerintah iblis sepertinya tanpa keraguan.
Setelah memastikan semuanya tertib, Jaemin meninggalkan kediaman Oziran, memulai perjalanan panjang menuju tempat peliharaan gurunya. Jalan yang ia tempuh bukanlah jalan biasa—melalui hutan gelap dan daerah terlarang yang jarang diinjak oleh manusia biasa. Di kejauhan, kabut pekat membayangi, dan semakin jauh ia melangkah, semakin sunyi suasana sekitar, seolah menyambut kedatangan sosok seperti dirinya.
Di tengah perjalanan, di ujung jalan berbatu yang curam, Jaemin akhirnya tiba di tempat yang dimaksud—sebuah gua besar, gelap, dan dipenuhi aura yang menggetarkan nyali. Di depan gua, sosok raksasa muncul dengan sorot mata tajam yang terpantul di tengah kegelapan. Ceberus, anjing berkepala tiga, penjaga peliharaan sang guru, menggeram memperlihatkan taring tajamnya.
Catatan author
Hello everyone semoga suka sama update an aku ya, oh iya perjalanan Jaemin untuk menghilangkan racun beserta mengembalikan kekuatan nya, gak akan aku tulis ya, karna inti dari cerita ini, bukan tentang itu, semoga kalian gak kecewa 🫶🏻
![](https://img.wattpad.com/cover/351844361-288-k105651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Villain's
FantasyJaemin El Fargo, penjahat nomor satu di kerajaan Yugoslavia harus berakhir di tangan Pangeran Jeno Caspian Arthur. Namun, siapa yang menyangka bahwa jiwa Jaemin, si penjahat, malah memasuki raga Jaemin Aphrodite Oziran, anak bungsu dari Duke Yuta Oz...