24. Pasutri

695 137 33
                                    

Nahla sudah beristirahat di ruang pengantin. Merebahkan tubuhnya ke sofa dengan wajah menghadap ke atas. Kedua matanya terpejam. Mimisan di hidungnya sudah berhenti.

"Serius nggak mau cek ke rumah sakit?" tanya Regan duduk di bibir sofa.

"Lo bukan orang baru yang kenal gue. Sudah tau kalau gue mimisan berarti imun gue lagi turun. Beberapa hari terakhir kegiatan yang kita lakukan menguras energi gue." Nahla membuka mata. Ia menegapkan punggungnya, mengerjap gugup karena posisinya begitu dekat dengan Regan.

"Bener sanggup sampai malam? Kalau lo drop gimana?"

"Nggak. Lagi pula sayang untuk dilewatkan. Masih ada beberapa jam sebelum acara malam. Dan acaranya nggak seformal seperti tadi. Jadi bisa santai."

Regan mengangguk. "Gue mau temuin beberapa tamu almarhum Papa. Lo gue tinggal gak papa?"

Nahla mengangguk. "Banyak orang di sini. Lo pergi aja."

Setelah Regan pergi, Nahla menggunakan waktu yang singkat untuk beristirahat. Ia tidur selama dua jam dan terbangun pukul enam sore. Persiapan acara malam akan di mulai. Nahla sudah duduk di kursi rias, kali ini riasan wajahnya terasa lebih ringan dan simple. Rambut di kuncir ala bun hair, yaitu dengan cepolan di bagian atas belakang rambut.

Nahla membuka handphone melihat ada berita apa yang belum ia tahu. Sambil makan potongan melon, Nahla membalas pesan Zoya yang bertanya dimana dirinya saat ini.

"Selesai, tinggal ganti baju,"

Nahla melihat tampilan make up dirinya di cermin. Ia tersenyum lalu mengangguk. "Makasih ya,"

Tidak lama kemudian Regan masuk, ia menarik kursi dan duduk di samping Nahla. "Lo nggak upload foto pernikahan kita kan?"

"Ya nggak lah, gila aja. Tercemar nama gue." Nahla tertawa kecil.

"Kenapa tercemar? Lo harusnya bangga."

Nahla meletakkan garpu ke piring. "Sudah Regan, gue malas berdebat sama lo." Nahla bangkit dan bersiap untuk berganti baju. Meski acara akan di mulai jam delapan malam, sesi pemotretan sebentar lagi akan berlangsung.

Regan juga mengganti bajunya. Sebelum memulai party, keduanya berfoto dulu di lobby hotel. Berbagai macam pose dilakukan.

Satu jam lebih pemotretan, keduanya kini melihat hasil dari jepretan kamera di layar komputer.

"Gue suka ini. Bisa kirim?" Regan menunjuk salah satu foto dimana dia dan Nahla sedang tersenyum bebas. "Nanti cetak besar."

Usai pemotretan, keduanya bersiap untuk party. Para tamu yang hadir tidak lebih dari tiga puluh orang. Hanya kerabat dan teman terdekat yang hadir.

Acara ini digelar bebas. Semua orang menikmati, menyanyi, menari dan bermain game. Suasana keakraban sangat terasa, tawa bahagia begitu terpancar di bawah purnama. Nahla dan Regan ikut berdansa bersama pasangan lainnya.

"Bakat lo selain buat gue frustrasi ternyata emang menari."

Nahla menjulurkan lidahnya. Duduk di sofa di ikuti Regan. Tidak lama, Kananta, Akalanka dan Alister mendekat.

"Jadi, gimana perasaan lo berdua setelah sah?" goda Alister memberikan minuman pada Nahla.

"Biasa aja." Nahla meneguknya.

"Maunya lo ngikutin rencana Regan," ujar Kananta menggeleng. "Sama aja kembali membuka lembaran masa lalu."

"Ya namanya juga masih sama-sama cinta," kata Akalanka disetujui oleh Alister. "Ini takdir. Lo perhatikan, tiba-tiba Aluna mundur dan Nahla maju. Gila, takdir emang sebercanda itu."

Regan & NahlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang