Gemini terus menerus berlari melewati jalanan yang licin akibat hujan turun. Pakaiannya basah sementara dirinya menutupi wajahnya dengan topeng berwarna merah.
Orang-orang banyak yang berjalan melewatinya. Mereka tidak peduli siapa Gemini dan mengapa memakai topeng lalu kenapa ada beberapa polisi mengejar, kebanyakan orang sibuk dengan urusan pribadi seperti bisnis hingga tidak sempat menoleh ke sana ke mari.
"Gue harus sembunyi," Katanya terus berlari walaupun hampir terpeleset akibat jalanannya digenangi air.
Meliat ada sebuah gang kecil dengan pencahayaan redup Gemini beranjak lari memasuki gang tersebut. Minimnya pencahayaan membuat Gemini kesulitan melangkah sampai-sampai ia tersandung tong sampah, Gemini terjatuh, untung wajahnya tidak terkena kotoran. Topengnya melindunginya.
Gemini bangkit lagi lalu mulai berjalan dengan hati-hati.
"ITU DIA, TAHANAN YANG KABUR GEMINI NORAWIT!" teriak salah satu personil polisi yang datang dari arah belakang membawa sebuah senter menyinari dirinya.
"Sial mereka cepet banget." Gemini berlari lagi. Tangannya berkali-kali mengenai tiang listrik tapi hal itu tidak menghentikan langkahnya demi menghindari polisi polisi di belakangnya.
Gemini melihat ada sebuah pintu kecil di salah satu rumah di gang tersebut, kemungkinan besar tidak dikunci. Lagipula siapa yang tinggal di tempat buruk seperti ini.
Tidak ambil lama Gemini lantas bersembunyi di sudut bangunan sampai polisi-polisi itu menjauh baru Gemini keluar dan berlari untuk membuka pintu kecil yang diliat tadi.
BRAKK!
Pintu berhasil Gemini tutup. Dia lalu bersandar pada pintu dan merenungkan diri, Gemini baru merasa luka di tangan berdenyut nyeri.
"Arrhh..." Erang Gemini menahan sakit, bibirnya digigit.
"Siapa itu?" Suara yang datang dari arah sebuah ruangan di dalam rumah.
Gemini terkejut mengambil ancang-ancang, mengeluarkan pisau kecil yang tidak sengaja di dapat sebagai pertahanan. Gemini menarik nafas kuat.
Seorang pria baru saja keluar dari ruangan tersebut dengan tangannya terus menempel pada dinding. Tatapannya tidak dapat diartikan, bahkan tidak menoleh sama sekali. Gemini berusaha menahan nafas, dia was-was takut tiba-tiba pria itu menyerang.
Gemini tidak menguda jika rumah kecil yang baru saja dimasuki berpenghuni.
"Halo... Ada orang?" Orang itu bertanya sekali lagi.
Gemini langsung kebingungan dan mulai menyadari jika pemilik rumah buta. "Dia beneran buta atau ga ya? Tapi kayak buta beneran, tapi bisa juga cuma akal-akalan."
"Kamu terluka?" Tanya pria itu.
Gemini lagi-lagi kaget, bagaimana pria itu bisa tau sedangkan dia buta. Gemini langsung mendekat dan mengarahkan pisau tepat ke leher pria itu, aneh, pria itu tidak menunjukkan reaksi apapun. Hanya berdiam diri di tempat.
"Lo beneran buta?"
"Menurut kamu?" Dia bertanya balik membuat Gemini semakin di landa kebingungan.
"Darimana lo tau gue terluka?" Tanya Gemini.
"Aku nyium bau aneh dan ya... Gue denger ada suara netes ke lantai rumah." Jawabnya simpel.
"Gimana lo bisa denger sedangkan suara darah gue yang netes pasti ketutup hujan deres atau lo emang pura-pura buta terus nelpon polisi." Gemini hendak melukainya.
"Aku emang bisa tau, ini rumahku jadi aku tau ada yang terjadi di rumahku, dan ya... Kamu kriminal?"
"Bukan!" Jawab Gemimi reflek.
Pria itu hanya mengangguk pelan lalu beranjak pergi membuat Gemini bertanya-tanya dalam hati.
"Kotak p3k nya ada di laci deket TV, dulu pacar aku naruhnya di situ." Ucapnya lalu menghilang dari pandangan Gemini.
Gemini tidak tahu apakah ia harus percaya atau tidak tapi saat ini tangannya terluka. Akan sulit jika dia terluka lalu ada polisi datang. Pada akhirnya Gemini mengikuti apa yang telah pria tadi ucapkan.
Gemini mengobati lukanya dan memperban agar tidak semakin terbuka. "Tuh cowok kenapa biarin gue? Aneh." Gemini langsung pergi ke arah pria itu menghilang dan menemukan dirinya memasuki sebuah kamar antik dengan jam besar di sudut ruangan.
Di sudut ruangan lain ada lelaki tadi yang duduk di kursi tanpa melakukan apapun. Rasanya ngeri.
"Lo biarin gue ngobatin luka gue?"
"Iya, pasti sakit jadi harus diobatin dulu."
"Lo ga takut gue bakalan apa apain lo?" Tanya Gemini heran.
"Aku ga takut. Aku mati atau hidup juga ga ada bedanya lebih baik diam sambil nunggu gimana seseorang mati, dan mungkin hari ini aku mati. Aku ga bisa liat dan miskin tentu aja dapetin sial terus."
Gemini meletakkan tangan di depan dada. Niatnya untuk membunuh diurungkan. "Jadi lo nganggep hidup dan mati ga ada bedanya? Kenapa?" Gemini tertarik.
"Karena aku tetep ga bisa liat apa apa." Dia tersenyum kecil.
"Siapa lo?"
"Fourth... Fourth aja." Sahutnya, Fourth. "Kamu?"
"Umm... Nora, Noraya." Jawab Gemini asal. Dia tidak bisa membongkar identitas nya apalagi situasi yang sekarang ia hadapi membuatnya pusing dan was-was.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND || FourthGemini
FanficGemini Norawit seorang kriminal baru saja melarikan diri dan kabur ke sebuah desa terpencil hingga pada akhirnya ia bertemu dengan sesosok pemuda buta yang dapat ia manfaatkan.