Hati hati ada kata kata kasar
.
.
.
.Kini hari yang ditunggu adnan tiba, dimana ia akan meninggalkan rumah untuk sementara dan tak melihat nenek lampir yang setiap hari menyiksanya itu.
"Yeyey pindah pindah!" Ucap girang adnan sembari memasukan baju bajunya ke dalam tas ransel milik abangnya
"Yee seneng amat pindah, btw tas ransel gua jangan dirusak" Abang adnan bernama jenka itu masuk dan duduk di ranjang
"Hehe iya, kan gua gabakal disiksa lagi" Balas adnan
"Halah, gua makin disiksa. Tega lu" Balas jenka
"Makanya nge kost, kan ayah ngijinin juga?"
"Malas ah, gua belum bisa cuci baju"
Adnan hanya menertawakan perkataan sang abang, kini ia selesai menyiapkan baju. Beralih menyiapkan peralatan sekolah nya
"Ini harus dibawa gak sih bang?" Tanya adnan dengan buku diary di tangannya
"Ga juga, tapi kalau mau bawa silahkan"
Balas jenka"Em.."
"Bawa aja etdah, ribet" Jenka mengambil buku itu dan memasukkannya ke dalam tas sang adik.
"Oke deh, yukk otw!" Adnan berlari kecil meninggalkan sang jenka yang masih meneliti kamar milik adik
~~~~
Kini adnan dan ayahnya berada di mobil, perjalanan ke kost dari rumah sedikit memakan waktu lama. Jadi adnan ingin mengajak sang ayah mengobrol sebelum ia pergi
"Ayah udah tau?" Adnan yang awalnya nenatap keluar jendela kini alih alih menatap sang ayah yang menyupir
"What do you mean? Ngomong jangan setengah setengah" Balas sang ayah
"Yeh, ayah udah tau sifat mamah selama ini?" Tanya kembali adnan
"Wah. Kamu anggap dia ibumu? Keren"
"Setelah bertahun tahun hidup dengan siksaan kamu masih menganggapnya? Yes, of course i know"
Adnan terdiam sejenak, ia tak pernah menyangka sang ayah yang tahu tentang istrinya hanya diam seperti orang tak tau apa apa
"Lalu, mengapa ayah tak pernah membelaku?"
"Maaf nak, ayah bukan tak mau membela mu. Namun ini demi kebaikanmu sendiri" Balas ayah kini membuat adnan menggigit bibir
"Ibumu akan membunuhmu jika sekali kali saya berani membelamu. Maafkan saya" Ayah kini memberhentikan mobilnya sejenak di area pinggir
Menatap adnan dengan matanya yang berkaca kaca, "Apakah saya gagal untuk menjadi ayah yang baik? Nak?"
"Ayah, adnan ga ngerti keadaan, adnan ga ngerti apa apa. Adnan selalu mikir bahwa ayah gapernah tau soal ini, tapi ayah menyembunyikannya dan seolah olah menjadi orang bodoh, apakah selemah itu ayah sampai tak bisa melawan? Bukankah ayah bilang ayah akan melakukan apapun demi keselamatan anaknya? Lalu aku apa? Apakah aku bukan anakmu sampai kamu mengabaikan ku? kau tau bertahun tahun aku menahan rasa sakit ini, namun kau tak berani bertindak? AYAH MACAM APA KAU!" kini adnan meluapkan emosi nya didepan sang ayah, dengan air mata yang kini berlinang di antara pipi, kemudian di usap pelan oleh sang ayah, "Adnan anak baik, maafkan ayahmu yang lemah ini. Tampar ayah, luapkan emosimu kepada ayah, ayah salah. Tolong maafkan ayah" Keduanya kini saling menatap, membuat adnan membuang muka dan menghadap ke balik jendela. Dengan hati yang hancur sang ayah menancap gas dan melaju menuju rumah baru adnan
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Tujuh. [HYUCKREN]
Short StoryArga As Haechan Adnan As Renjun "Kamar tujuh itu akan menjadi saksi kisah cinta kita selama ini, nan." - arga