Chapther 7

7 3 0
                                    

"Sudah pulang, Nak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah pulang, Nak?"

Deg !

Raina memejamkan matanya sambil meringis dengan posisinya sekarang yang masih menghadap ke pintu. Ia belum berani membalikkan badannya. "I-iya, Ibu." jawabnya dengan terbata.

Perlahan, Raina memutar badannya dengan kepala yang menunduk. Setelahnya, ia mencoba memberanikan diri membuka mata dan mendongakkan kepalanya.

Spontan Raina menautkan alisnya.

He? Di mana Ibunya yang baru saja bertanya itu?

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ternyata Ibunya berada di sofa ruang tamu. Beliau sedang duduk bersandar sembari memejamkan matanya.

Raina menghembuskan napas lega. Hatinya sudah jedag jedug, tapi ternyata Ibunya saat ini sedang duduk santai di sofa. Ia mendekat ke arah Ibunya, kemudian duduk di sebelah Ibunya dan berkata, "Ibu capek?" tanya Raina sembari memijat pelan salah satu lengan Ibunya.

"Iya," ungkap Ibunya. "Tapi meski begitu, Ibu senang karna mendapat pesanan yang banyak. Rasa capeknya tidak setara dengan kebahagiaan Ibu karna sudah berhasil menghasilkan uang yang lumayan banyak hari ini." sambungnya menjelaskan pada Raina dengan mata yang masih terpejam.

Bukan tanpa alasan Ibunya mengatakan hal itu. Sebagai single parent, ia diharuskan menjadi kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah. Ayah Raina memang masih memberikan uang kepada anaknya. Tapi itu hanya cukup untuk uang jajannya saja.

Jadi, untuk kebutuhan pokok seperti bahan makanan dan lain-lain, Ibunya lah yang harus bisa mencari semua itu sendiri. Tidak mudah, sebenarnya. Tapi, ini sudah menjadi takdirnya menjadi seorang single parent.

Ibu Raina menegakkan badannya saat ia mengingat sesuatu. "Oh iya, Nak. Apa tadi kamu kehabisan bensin, di jalan? Maaf ya, Ibu lupa untuk mengingatkan kamu mengisi ulang bensinnya."

Raina masih diam, ia bingung harus menjawab apa jika nanti Ibunya menanyakan di mana sepeda motornya sekarang? Kalau ia mengatakan yang sebenarnya, apakah ada yang bisa menjamin keadaan Raina kedepannya bagaimana?

"Nak...?" panggil Ibunya lagi.

"Enggak kok, Bu. Aman." jawab Raina penuh kebohongan. Dengan harapan, ia selamat sampai besok. Sampai sepeda motornya bisa kembali lagi ia pakai dan berharap Ibunya tak kembali bertanya atau pun menaruh rasa curiga.

"Ya sudah, Ibu mau ke kamar ya... mau istirahat." pamit Ibunya, lalu beliau beranjak dari sana menuju kamarnya.

Raina mengangguk, "Iya, Bu."

Raina bisa bernapas lega sekarang. Untung saja Ibunya itu tidak bertanya lagi dan lagi, yang menyebabkan Raina harus berulang kali berbohong.

Untungnya... bumi masih berputar ~

Eh, malah bernadya. CUT! CUT!

Untungnya Ibunya langsung percaya dengan jawaban yang ia berikan.

Sekarang Raina aman, tapi tidak tahu nanti bagaimana?

***

Sore harinya, Ibunya Raina menyapu halaman rumahnya yang memang sudah menjadi rutinitasnya setiap hari. Di tengah aktifitasnya, tiba-tiba ada tetangganya yang datang padanya.

"Sore, Bu Silva." sapa tetangga itu pada Ibunya Raina.

"Sore juga, Bu Wanda." balas Ibunya Raina menghentikan kegiatan menyapunya.

"Bu Silva, pacar Raina ganteng sekali, Bu. Sudah mirip orang bule saja. Kenal di mana? Temannya di sekolah, ya?" cerocosnya menanyakan pertanyaan bertubi-tubi.

Ibu Silva, Ibunya Raina, ia hanya diam sembari menautkan alisnya. "Pacar?" tanyanya dalam hati. Sejak kapan anak gadisnya itu memiliki pacar?

Tidak mendapat jawaban dari  pertanyaan yang ia tanyakan tadi, ia kembali berucap, "Kenalin juga dong, Bu. Biar anak saya juga bisa punya pacar ganteng. Ya... siapa tahu pacarnya Raina itu punya teman yang sama gantengnya." cerocosnya lagi lalu terkekeh setelahnya.

Karna rasa penasarannya yang tinggi, Ibu Silva bertanya pada tetangganya, "Tahu dari mana, Bu?"

"Tadi saya lihat Raina diantar pulang sama cowok ganteng itu. Pasti pacarnya." jawabnya.

"Ibu mungkin hanya salah lihat saja. Anak saya pulang sendiri pake sepeda motornya." sangkal Ibu Silva.

"Beneran atuh, Bu. Saya teh nggak mungkin salah lihat. Jelas-jelas cowok ganteng tadi siang itu, berhenti di depan rumah Ibu Silva. Coba aja Ibu tanya sama Raina." cerocosnya lagi.

Ibu Silva mengangguk setuju dan tetangganya itu langsung pamit pulang. Ibu Silva tak langsung ke dalam untuk menanyakan hal itu pada Raina, tapi ia mengecek terlebih dahulu ketempat biasa mereka menaruh kendaraan roda duanya.

Hasilnya? Tidak ada!

Hanya ada sepeda motornya sendiri yang terparkir di sana.

Ibu Silva langsung tersulut emosi. Bisa-bisanya anak gadisnya yang selalu berkata jujur, sekarang sudah bisa membohonginya. Bahkan, ia juga sudah berani boncengan dengan lawan jenis, yang jelas-jelas sudah dilarang dan diwanti-wanti oleh Ibu Silva.

Dengan langkah cepat, Ibu Silva masuk ke dalam rumahnya. "RAINA... RAINA...." teriaknya sembari terus melangkah masuk dan celingukan ke sana kemari mencari keberadaan Raina. 

Mendengar Ibunya berteriak, Raina berlari dari dalam kamarnya, menuju Ibunya. "Iya, ada apa Bu?" tanya Raina saat sudah berada di depan Ibunya.

"Jawab yang jujur!"

Satu kalimat dari Ibunya itu berhasil membuat Raina menelan ludahnya sendiri. Jantungnya kembali jedag jedug.

"Kamu pulang sekolah sendiri atau diantar orang?" sambungnya bertanya setelah tadi menjeda sebentar.

Raina terkejut bukan main. Kenapa tiba-tiba Ibunya bisa semarah ini dan menanyakan pertanyaan itu lagi?

"S-sendiri, Bu." ucap Raina kembali berbohong dengan pandangan ke bawah.

"Nggak usah bohong! Ibu sudah tahu!" bentak Ibu Silva pada Raina.

Sontak Raina mendongakkan kepalanya dan menanti kelanjutan kalimat dari Ibunya.

"Pulang sama siapa tadi? Terus sepeda motor kamu di mana, sekarang?" cecar Ibu Silva.

"Itu, Bu... em, sepeda motor Raina tadi tiba-tiba berhenti pas berangkat sekolah. Untungnya ada teman Raina yang lewat di jalan yang sama. Dia bantu bawa ke bengkel dengan menelepon orang bengkel langganannya. Jadi, Raina bareng sama dia, karna takut keburu telat ke sekolahnya." jelas Raina panjang lebar.

"Terus, sepeda motornya sekarang masih di bengkel?" tanya Ibu Silva lagi dengan nada yang masih tinggi.

"I-iya Bu. Katanya, selain kehabisan bensin, olinya juga sampai kering karna tidak rutin di ganti."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Am I Fine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang