27

321 44 2
                                        

Matahari telah tenggelam di balik bukit dan angin malam mulai berembus perlahan menggoyangkan api unggun hingga cahayanya menari-nari di tengah malam. Kabut tipis menyelimuti hutan di sekitar mereka, pohon-pohon yang menjulang tinggi hanya tampak sebagai siluet hitam yang samar-samar terlihat karena terhalang oleh kabut putih yang pekat.

Di depan tenda, makanan sudah tersusun rapi di atas piring-piring sederhana. Aroma daging panggang yang terletak di atas daun pisang masih memenuhi udara, sementara embusan angin sesekali membawa aroma itu lebih jauh.

Di sekeliling api unggun, Yunho, Seonghwa, Yeosang, Jongho, Mingi, Wooyoung, dan San duduk melingkar. Nyala api unggun memantulkan bayangan mereka di tanah.

Namun bukan hanya mereka. Ada beberapa orang lain yang turut bergabung, wajah-wajah asing yang bercampur dengan suasana kebersamaan serta suara tawa kecil dan bisikan pelan terdengar di sela-sela percakapan.

"Jadi, kalian bukan berasal dari Mysthaven?" tanya seorang wanita tua sambil mengupas ubi rebus di tangannya. Tatapannya bergantian mengamati setiap orang di lingkaran itu.

Yunho menggeleng. "Bukan. Kami berasal dari tempat yang berbeda. Awalnya, kami tertarik ke sini melalui sebuah portal. Saat kami tersadar, kami benar-benar kebingungan mencari jalan keluar. Tapi... setiap langkah yang kami ambil seakan membawa kami semakin jauh dari tempat asal."

Keheningan sejenak menyelimuti mereka sebelum seorang pria tua, yang duduk agak jauh di pinggir lingkaran, bergumam dengan nada rendah, "itu sihir..."

San mengangguk setuju, "Ya, itu pasti sihir. Kami ditarik ke sini hanya karena alasan itu. Mungkin... dia ingin mengambil sesuatu dari kami."

"Dia? Kalian tahu siapa yang membawa kalian ke sini?" tanya pria tua itu dengan nada serius.

Mingi mendengus, "Warlock, pesulap sialan-" kata-katanya langsung terputus ketika Yunho dengan cepat menepuk bahunya.

"Jangan bicara kasar," tegur Yunho pelan.

Namun semua yang duduk di lingkaran tampak terkejut, lebih dari yang diharapkan. Seperti ada sesuatu yang baru saja mereka sadari atau mungkin ada sesuatu yang mereka tahu namun enggan untuk diungkapkan.

"Ada apa?" Seonghwa menatap bingung ke arah orang-orang di sekitarnya

Wanita tua itu mulai berdoa pelan, tangannya yang keriput tertaut erat di pangkuannya. "Dewaku... lindungilah mereka dari kegelapan yang mengintai."

Kebingungan melanda mereka semua. Wajah Yunho tampak khawatir, sementara San dan Wooyoung saling bertukar pandang.

"Bisakah kalian menjelaskan apa yang sedang terjadi?" Jongho bertanya sambil mengupas kulit kentang rebus di tangannya. Dia membelah sepotong kecil dan menyuapkannya pada Yeosang yang duduk di sebelahnya. "Itu sedikit... menakutkan, sejujurnya."

Pria tua itu menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada berat, "Jika memang benar dia yang menarik kalian ke sini, maka kalian semua berada dalam bahaya besar. Dia suka mempermainkan korbannya terlebih dahulu. Dia akan membuat kalian merasa aman sebelum benar-benar menjebak kalian dalam cengkeramannya."

Suasana semakin mencekam, api unggun seolah-olah menyusut oleh dinginnya malam dan kata-kata itu.

Yunho menggigit bibir, rasa takut mulai menjalari hatinya. "Mempermainkan kami?" tanyanya dengan suara rendah.

"Maaf harus mengatakannya, tapi kalian sudah tergantung pada tali nasib yang dirajut oleh kekuatannya. Kalian bisa saja menjadi pion dalam permainannya."

"Apakah itu benar-benar seburuk itu?" Yunho kembali bertanya.

Pria itu menatapnya dalam-dalam, tatapan yang sulit diartikan. "Aku tidak tahu," jawabnya dengan pelan.

URBAN ARCANA [Ateez BXB] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang