Balai Kota

0 0 0
                                    

Malam itu di ruangan bawah tanah yang lembap dan gelap, ketujuh anggota Tujuh bayangan berkumpul di sekitar meja panjang dengan cahaya redup yang memancar dari lampu gantung tua. Di tengah meja, terbentang peta kota dengan lingkaran merah besar di tengahnya itu berarti tanda bahwa target mereka malam itu adalah jantung kekuasaan, Balai Kota. Ki sang pemimpin berdiri di ujung meja, tatapannya penuh ketenangan mematikan.
: sudah waktunya
Ucap Ki dengan suara rendah, namun cukup untuk membuat seluruh ruangan terasa lebih sempit.
: rencana ini sudah lama kita siapkan, kita akan mulai malam ini

Semua mata tertuju pada Camelia " sang perakit " yang membuka laptopnya dengan cepat. Di layar ia menunjukan peta jaringan listrik dan komunikasi kota.
" Dalam waktu dua jam, seluruh jaringan akan kami ambil alih. Pemadaman akan terjadi pukul 23.00. Balai kota akan menjadi buta, tuli dan lumpuh
Katanya tanpa ekspresi, jarinya menari di atas keyboard, seolah-olah ia mengendalikan seluruh kota dengan satu klik

Bima " sang algojo " meggeram rendah, senyumnya menyingkap gigi taringnya yang tajam.
: kalau begitu, setelah mereka kehilangan penglihatan, aku akan membuat mereka merasakan sakit yang yang nyata

Ki mengangguk
: tidak ada kesalahan!!! Hantam mereka dengan keras, cepat, tanpa ampun. Kita hanya punya waktu sedikit.

Yasa " sang hantu " sudah mengenakan topeng hitamnya, siap beroperasi dalam kegelapan.
: aku akan berada di dalam sebelum listrik padam, tidak akan ada yang melihatku tapi mereka pasti tau aku ada di sana.
Bisiknya sambil memutar belati kecil di jarinya. Dia-lah bayangan yang mampu menyelinap melalui pintu-pintu yang bahkan terkunci, menghabisi siapapun yang mencoba menyalakan alarm.

Lalu giliran Gama " sang alkemis " yang membuka tas besar di meja. Di dalamnya terdapat tabung-tabung kaca berisi cairan berwarna kuning pucat.
: ini racun yang baru aku kembangkan
Katanya dengan suara tenang namun penuh bahaya.
: menghirup satu tetes saja paru-paru akan berhenti bekerja dalam hitungan menit, tidak terdeteksi oleh sensor gas atau alat apapun. Kita bisa menyebarkannya melalui ventilasi efeknya cepat, diam dan tak terhindarkan.

Angel " sang pendeta " tersenyum tipis, seolah menemukan sesuatu yang memuaskan dari kekacauan yang akan datang
" Aku sudah siapkan pembicaraan dengan media dan pihak keamanan setelah ini selesai. Mereka tidak akan tau siapa yang memulainya, tapi mereka akan berpikir bahwa lawan politik mereka yang bertanggung jawab. Setelah semua berantakan, kita hanya perlu duduk dan menonton mereka saling menghancurkan.

Ki menutup pertemuan dengan perintah
: "MULAI!!!

Jam menunjukkan pukul 22.58. Di dala Balai Kota, para pejabat bekerja larut seperti biasa, tidak ada yang curiga bahwa mereka akan segera pecah. Tepat pukul 23.00 lampu-lampu padam. Seluruh kota mendadak gelap gulita, hanya di terangi kilatan petir yang jatuh dari langit.

Di detik yang sama Camelia menekan satu tombol pada laptopnya. Sistem keamanan Balai Kota tiba-tiba berhenti bekerja, kamera pengawas, alarm, semuanya lumpuh total.

Di sudut lain, Yasa sudah berada di dalam gedung. Dengan senyap, dia menyelinap melalui koridor gelap, menghabisi satu persatu penjaga dengan gerakan cepat, membuat mereka jatuh tanpa suara. Belatinya bekerja dengan efisien mengerikan, sementara tubuh-tubuh tak bernyawa mulai berjatuhan di lantai tersembunyi dalam bayang-bayang.

Sementara itu, Bima dan pasukannya sudah berada di luar menunggu sinyal untuk menyerbu masuk. Ketika Gama memasukan gas racunnya ke dalam sistem ventilasi para pegawai di dalam mulai batuk, terhuyung-huyung dan jatuh satu persatu. Beberapa mencoba berlari keluar tetapi Gama dan pasukannya menyambut mereka dengan tembakan peluru yang berdesing di udara.

Kekacauan total menyelimuti Balai Kota. Para pejabat tinggi yang tak sempat melarikan diri mulai menggeliat di lantai, wajah mereka memucat, paru-paru mereka seperti tertutup oleh zat yang tak terlihat. Sementara itu, Yasa dengan dingin mengunci semua pintu, memastikan tak ada yang keluar hidup-hidup.

Di tengah kekacauan itu, Ki berdiri jauh di tempat kejadian, memantau dari jarak yang aman. Di layar ponselnya, semua berjalan sesuai rencana. Dengan tenang dia mendekatkan teleponnya ke telinga, berbicara dengan kepada seorang kontak di pemerintahan yang telah di susupi oleh Angel.

" sudah selesai
Katanya singkat.
: kau tau apa yang harus di lakukan selanjutnya bukan.

Pemerintah dan politik mengira ini adalah serangan teroris dari kelompok lawan. Tujuh bayangan akan tetap bersembunyi, tak terlihat, sementara kekuasan mereka tumbuh lebih kuat dalam kegelapan.

Dimalam itu, kota terdiam dalam ketakutan.

TUJUH BAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang