Sore itu sudah mulai gelap ketika Jake Shim masuk ke rumahnya. Dia masih mengenakan seragam sekolah, dengan ransel yang tersampir di bahunya. Pintu rumah tertutup dengan lembut di belakangnya, suara kakinya yang melangkah menggema pelan di lantai kayu.
Di ruang tengah, terlihat kakek Jake, Shim Chilsung, duduk di sofa dengan tenang sambil membaca sebuah buku. Wajahnya yang sudah menua penuh dengan garis-garis kehidupan.
Shim Chilsung adalah pensiunan tentara yang sekarang menikmati hari-hari tuanya dengan damai di rumah kecil yang sudah penuh kenangan. Buku-buku sejarah, album foto, dan memorabilia dari masa dinas militernya tersusun rapi di rak di dekatnya.
Jake melepas sepatunya perlahan, mencoba untuk tidak mengganggu ketenangan kakeknya. Meski begitu, Shim Chilsung sudah terbiasa dengan setiap gerak-gerik cucunya.
Tanpa mengangkat pandangannya dari halaman buku, Shim Chilsung berkata dengan nada datar namun hangat, "Kau sudah pulang, Jaeyoon?"
"Baru saja," Jake menjawab, suaranya lembut. Dia mendekati sofa dan meletakkan tasnya di meja kecil di depan kakeknya. "Kakek sedang baca apa lagi kali ini?"
Shim Chilsung tersenyum tipis, akhirnya menurunkan buku yang sedang dibacanya. "Hanya buku sejarah lama. Kau tahu aku selalu menikmati bacaan seperti ini."
Jake mengangguk. Sejarah adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup kakeknya, seorang pensiunan tentara yang telah mengabdi selama puluhan tahun. Meskipun Jake tidak terlalu paham dengan minat kakeknya pada buku-buku sejarah, dia selalu mendengarkan dengan penuh perhatian setiap kali kakeknya berbicara tentang masa lalu.
"Bagaimana harimu di sekolah?" tanya Shim Chilsung, menatap cucunya yang sekarang sudah duduk di sebelahnya.
"Seperti biasa," Jake tersenyum kecil, "Tidak ada yang spesial."
Kakeknya menepuk bahu Jake pelan, "Yang penting kau tetap belajar dengan baik. Hidup tak selalu penuh dengan hal-hal luar biasa, tapi setiap hari adalah kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru."
Jake mengangguk pelan. Meski kakeknya selalu berbicara dengan bijak, ada saat-saat ketika rasa rindu kepada orang tuanya menyeruak di hati Jake.
Kedua orang tuanya, ayah dan ibu, tinggal jauh di Australia. Mereka tinggal di sana karena pekerjaan, meninggalkan Jake bersama kakeknya di Korea. Jake yang awalnya berada di Australia mulai pindah ke sini sejak umur 9 tahun, tepat setelah neneknya meninggal dunia.
Sosok kakek yang selalu ada untuknya. Kakek yang penuh cinta, meskipun cara menunjukkan kasih sayangnya tidak pernah berlebihan. Setiap tahun, Jake tahu bahwa kedua orang tuanya pasti akan datang ke Korea saat liburan Natal tiba. Itu menjadi momen yang selalu dia nanti-nantikan.
Shim Chilsung menatap buku yang dipegangnya sambil sesekali melirik Jake yang sibuk membuka kulkas. Jake mengambil mangkuk besar yang berisi galbitang, yaitu sup iga sapi yang dibeli kakeknya. Ia menaruhnya di atas meja dapur dan memindahkannya ke panci kecil. Suara kompor yang menyala memenuhi keheningan ruangan saat Jake mulai menghangatkan sup itu.
"Aku tak tahu kapan terakhir kali makan galbitang," gumam Jake sambil sesekali mengaduk isi panci.
"Aku baru saja membelinya tadi sore sebelum kau pulang, seharusnya masih enak," sahut Shim Chilsung tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
Jake tersenyum tipis. Meskipun suasana rumah itu tadak ramai, dia merasa nyaman. Kakeknya selalu memastikan semua hal di rumah berjalan dengan baik. Saat aroma sup mulai tercium dan kuahnya mendidih, Jake mematikan kompor. Dia menyiapkan semangkuk nasi di sampingnya, siap untuk makan malam di tengah kehangatan rumah bersama Shim Chilsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Me in Summer 1999 | ENHYPEN x IVE | 2024
FanfictionIni adalah kisah tentang sekumpulan lima teman yang tumbuh bersama di tahun 1999. Dalam perjalanan hidup mereka, terdapat pelajaran berharga tentang kehidupan, persahabatan, dan cinta. Setiap momen yang mereka habiskan bersama dipenuhi dengan tawa...