2

3 0 0
                                    

Zera menatap dua keponakannya yang tertidur lelap di ruang keluarga. Pemakaman Rama baru saja selesai beberapa jam lalu. Saat ini, Zera sedang mengumpulkan keberanian untuk menghubungi kakaknya, Zarah.

"Apa kabar kak?" Tanya Zera begitu telepon di angkat oleh Zarah.

"Baik dek, kenapa? Kakak lagi-lagi buru-buru nih."

"Gak papa kak, cuma mau ngasih kabar anak-anak kakak."

"Mereka baik-baik aja kan? Kita lanjut nanti ya, ini udah telat!"

"Kak! Kali ini Zera minta waktunya sebentar. Lima menit!"

"Zer, kakak udah telat. Nanti aja lagi. Kakak telepon balik."

"Kak, Rama meninggal!" Ujar Zera. "Kemarin siang. Karena kanker jantung."

Tak ada suara di seberang sana. Namun telepon masih tersambung. Kemudian terdengar suara benda jatuh.

"Kak!"

"Gimana si kembar?"

Zera sedikit tersenyum. Akhirnya Zarah menanyakan kabar anaknya.

"Mereka udah gede, lagi kuliah jurusan manajemen semester tiga."

"Zer, mereka gak benci sama ibunya ini kan?"

"Gak! Gak mungkin mereka benci sama ibunya sendiri."

"Mereka udah lama kakak tinggalin Zer..."

"Mereka gak benci sama kakak. Mereka cuma kesal karena kakak gak pernah ada kabar sama mereka."

"Kakak pulang besok. Kabarin mereka ya?"

"Siap! Mereka pasti seneng banget dengar kakak pulang!"

"Udah dulu ya, Zer! Kakak mau beberes."

"Kerjaan kakak gimana?"

"Udahlah... Udah ada yang hendle kok."

Zera melirik pada si kembar yang masih tertidur pulas. Dia tersenyum sendu. Akankah mereka menerima kehadiran orang tuanya setelah sepuluh tahun?

Awalnya Zera pikir kisah keluarga kakaknya akan seindah film drama Korea yang sering dia tonton. Bahagia dengan keluarga kecil mereka di satu rumah. Nyatanya hanya angan-angan.

Zarah menikah dengan seorang pria asal Korea Selatan, Park Gwang-Ho. Mereka saat ini bekerja di negara yang berbeda. Zarah sendiri mengurus perusahaan milik keluarga suaminya yang ada di Boston, Amerika. Sedangkan suaminya sendiri ada di Daejeon, Korea Selatan.

"Gi, tadi..."

"Iya tahu. Aku denger kok." Timpal Gigi.

"Boleh tante tanya sesuatu?"

"Aku benci mama atau gak?" Gigi balik bertanya sembari menatap Zera. "Iya." Ujar Gigi. Dia berlalu ke kamarnya.

Zera mengehela napas panjang. Apakah ini wajar? Mungkin memang sudah seharusnya wajar.

Gigi membuka ponselnya. Dia melihat beberapa foto yang di kirim oleh Candra, teman dekat Rama. Saat ini mereka masih sibuk dengan acara konser. Acara yang seharusnya Rama menjadi bintang utama.

Beberapa saat setelah Gigi membuka foto-foto itu, panggilan masuk dari Candra.

"Ya, bang?"

"Gimana Rama? Udah baikan? Yudha gak ngomong apa-apa sama kita. Nomornya gak aktif sejak kemarin." Tanya Candra di seberang sana.

"Bang, selesai konser kapan?" Gigi mengubah topik pembicaraan.

"Oh... Udah kok. Ini kita mau balik ke Jogja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2GIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang