Prolog.

33 5 0
                                    

Malam itu begitu sunyi. Di sudut sebuah garasi yang remang, seseorang berjalan perlahan. Tap, tap, tap, suara langkah kakinya menggema di ruangan kosong. Ia bergerak dengan tenang, mengambil beberapa peralatan, lalu mengutak-atik mesin mobil dengan gerakan cepat. Senyum licik menghiasi wajahnya ketika selesai.

"Davin Neandra dan Gissel Elvara... selamat tinggal," bisiknya penuh kebencian.

Tanpa suara, ia segera pergi, meninggalkan mobil yang telah dipersiapkannya untuk sesuatu yang kelam.

**

Di tempat lain, Camella kecil berseru kegirangan, "Mahh! Pahh! Ayo cepat! Aku nggak sabar mau ke rumah nenek buat ulang tahunku yang ke-5!"

Orang tuanya, Gissel dan Davin, tersenyum bahagia melihat antusias putri mereka. Malam itu, mereka bersiap-siap untuk perjalanan panjang ke pedesaan. Davin memanaskan mobil, tak menyadari bahaya yang menanti.

"Papah, sabar ya! Ini Mamah dan Camella lagi bawa barang!" seru Camella sambil menarik koper yang terlalu berat.

Davin tertawa kecil, "Maaf ya, Papah lupa bantu."

Dengan penuh suka cita, mereka berangkat. Camella terus tertawa sepanjang perjalanan, merasa bahagia. Namun, tiba-tiba, Davin merasakan ada yang salah. Rem mobil tak berfungsi.

"Rem kita blong! Pegangan kuat-kuat!" teriaknya dengan penuh rasa takut dan khawatir.

Gissel mencoba meraih Camella, namun mobil itu terguling dan akhirnya menabrak pohon. Gissel, terluka parah, bangun dalam keadaan lemah dan melihat Davin dengan keadaan pingsan. Asap mulai memenuhi mobil. Dengan tenaga yang tersisa, ia mencoba menyelamatkan Camella, namun pingsan sebelum sempat melakukan apapun.

Tiba-tiba, seseorang datang, memecahkan kaca mobil, dan menarik Camella keluar tepat sebelum mobil itu meledak. Dalam malam yang penuh kekacauan itu, hanya Camella yang berhasil selamat, tak menyadari hidupnya telah berubah selamanya.

**

Di rumah sakit, Camella terbaring dalam keadaan kritis. Di samping tempat tidurnya, seseorang berdiri, menatapnya dengan tatapan tajam.

"Benar-benar kebetulan ya? Darahmu cocok dengan darahku... Jadi aku bisa menyelamatkanmu," gumamnya pelan.

Strong Without an EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang