1| MOTHER'S FRIEND

28 5 0
                                    

Tap tap tap...

Langkah kaki seorang gadis cantik terdengar di sekitar taman, di bawah sinar bulan yang dikelilingi bintang-bintang kecil. Suasana malam yang sejuk membuatnya merasa tenang.

"Emang ya, taman malam-malam gini bikin hati tenang," batin Camella sambil menatap langit dengan senyum. Ia menyimpan ponsel jadulnya, yang sebelumnya digunakan untuk mendengarkan musik, dan kini teralih pada keindahan malam.

Ia berhenti di tengah taman, melihat bangku kosong dan segera duduk sambil menikmati kopi dari cangkir yang baru saja dibelinya di kedai terdekat. Aromanya menyebar, menambah kenyamanan malam itu.

Namun, itu tak berlangsung lama. Camella yang tadinya merasa tenang kini teringat ayah dan ibunya yang telah tiada sejak 13 tahun lalu. Rasa hampa perlahan merayapi hatinya, seperti bayangan masa lalu yang tak pernah benar-benar hilang. Kenangan-kenangan itu kembali menghantui, meninggalkan luka yang belum sepenuhnya sembuh.

"Baru aja ke kuburan papa dan mama, tapi kenapa ya rasanya aku selalu kangen? capek banget hidup tanpa pelukan mereka," batin Camella, sambil meneteskan air mata.

Ia terdiam sejenak, berusaha menenangkan pikiran agar tidak larut dalam kesedihan. ia menggelengkan kepala, berusaha mengusir perasaan yang dapat menganggu mentalnya.

Ketika melihat jam di ponselnya, ia sontak terkejut. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.34 malam.

"Astaga, udah jam segini? Harusnya aku pulang dari tadi, besok kan ada ujian, yaampun." gumamnya, terkejut melihat waktu dan segera bergegas pulang, mengingat besok ada ujian harian.

---

Pagar kayu tua itu berderit, suara 'kreeeek' memecah keheningan malam saat ia mendorongnya perlahan. Pagar itu terlihat seperti saksi bisu dari banyak kenangan di rumahnya.

Camella akhirnya sampai di rumah.

"Yah, walau rumah ini udah tua, tetep aja masih kerasa hangat walau nenek udah nggak ada," gumam Camella sambil tersenyum melihat rumah neneknya yang sedikit rapuh

Ia segera membersihkan diri dan membuka buku belajarnya sejenak sebelum ujian besok. Setelah menyelesaikan tugasnya, ia menyetel alarm dan bersiap untuk tidur.

Tiba-tiba...

Tok... Tok... Tok...

Tok... Tok... Tok...

Camella berdiri dari kasurnya, terkejut mendengar suara ketukan pintu di tengah malam.

"Malam-malam begini, siapa yang bertamu? Eh, jangan-jangan maling!" gumamnya, ketakutan mulai menyelimuti dirinya.

Ia berjalan ke arah pintu, tetapi memastikan dari jendela terlebih dahulu. Rasa tidak percaya langsung menyergapnya saat ia melihat siapa yang berdiri di depannya.

"Eh, Tante? Kenapa Tante malam-malam begini datang ke rumah?" tanya Camella, terkejut sekaligus senang, langsung mengajak Naomi masuk.

"Tante ke sini mau bawa makanan dan sedikit oleh-oleh, baru pulang dari luar negeri," jawab Naomi sambil tersenyum hangat.

Naomi adalah sahabat Gissel Elvara, ibu Camella. Sejak kecil, Camella sudah tidak asing lagi dengan Naomi yang biasa ia panggil "Tante Naomi".

Di ruang tamu, Camella berkata, "Aku buatkan teh dulu ya, Tante. Tunggu sebentar, ya?" Ia melangkah ke dapur dengan senyuman.

Naomi memanfaatkan waktu itu untuk berkeliling di ruang tamu, melihat foto-foto keluarga Camella yang tertata rapi di dinding.

"Kalau saja kamu masih ada, Gissel, pasti kamu bakal senang lihat anakmu yang sudah sebesar ini. Tapi, anakmu malah sengsara karena kehilangan kedua orang tuanya," batin Naomi sambil memegang foto ibunya Camella.

Camella kembali membawa teh, meletakkannya di atas meja.

"Tante, sini duduk. Tehnya masih hangat, loh," ucap Camella.

Naomi pun meminum teh tersebut sembari mengobrol dengan Camella.

"Gimana sekolahmu, Camella? Baik-baik aja kan?" tanya Naomi.

"Tante nggak usah khawatir, aku baik-baik aja kok," ucap Camella dengan senyum yang menutupi masalahnya.

"Oh, gitu ya," balas Naomi sambil tersenyum pada Camella sambil meminum tehnya.

"Eh, makasih ya Tante hadiahnya. Sebenarnya Tante nggak usah repot-repot kasih hadiah," ucap Camella merasa tidak enak.

Namun, karena waktu sudah menunjukkan pukul 23.47, Naomi bergegas pulang karena anaknya sudah menunggu lama di mobil.

"Tante Naomi pulang dulu ya, anak Tante udah nunggu. Takutnya dia bakal marah kalau kelamaan," ucap Naomi sambil tertawa.

"Kalau gitu, aku antar Tante sampai depan, ya," ucap Camella.

Camella pun mengantar Naomi ke luar untuk memastikan Naomi diantar oleh anaknya. Namun, Camella tidak bisa melihat wajah anak Naomi dengan jelas karena ia memakai topi dan menutupi wajahnya.

Naomi melambaikan tangan dari mobil, dan Camella membalas dengan senyum lembut serta lambaian tangan. Namun, ia merasa penasaran dengan wajah anak Naomi karena sepertinya tidak asing.

"Eh, cowok itu kok kayak nggak asing ya?" gumam Camella dalam hati, merasa penasaran.

Namun, ia memilih untuk tidak memikirkannya lebih jauh dan masuk ke dalam rumah, lalu mengunci pintunya. Setelah itu, ia pergi ke kamar dan membuka hadiah yang diberikan Naomi.

"Eh...? Dress? Mewah banget. Kenapa Tante kasih ini ke aku? Ah, nggak tahu deh. Mending sekarang aku tidur," ucap Camella, sambil menguap.

---

Di dalam mobil, anak Naomi berkata dengan nada dingin, "Cewek kampungan kayak gitu aja, segala dikasih hadiah."

Bersambung...

Strong Without an EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang