prolog. 03

16 5 0
                                    

𝗛𝗔𝗟𝗟𝗢 𝗥𝗘𝗔𝗗𝗘𝗥𝗦
𝗜𝗙 𝗬𝗢𝗨 𝗟𝗜𝗞𝗘 𝗧𝗛𝗘 𝗦𝗧𝗢𝗥𝗬 𝗪𝗥𝗜𝗧𝗧𝗘𝗡 𝗕𝗬 𝗠𝗘
𝗬𝗢𝗨 𝗖𝗔𝗡 𝗛𝗘𝗟𝗣 𝗩𝗢𝗧𝗘 𝗠𝗬 𝗦𝗧𝗢𝗥𝗬

𝗔𝗡𝗗 𝗜𝗙 𝗬𝗢𝗨 𝗗𝗢𝗡'𝗧 𝗟𝗜𝗞𝗘 𝗜𝗧,
𝗬𝗢𝗨 𝗖𝗔𝗡 𝗧𝗘𝗟 𝗠𝗘 𝗧𝗢 𝗙𝗜𝗫 𝗜𝗧
•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•

Apakah kalian pernah berpikir bahwa hidup kalian sangat ama sempurna, bahkan di saat kalian sedang di serbu cukup banyak masalah dan kekurangan? Mungkin, hal itu yang sedang di rasakan oleh seorang pria yang bernama Arshen.

Gian Arshenio Purnamatha

Anak kecil yang sangat aktif itu kini telah berubah menjadi pria remaja. Namun sifat aktif masih saja seperti dirinya yang dulu. Ia dapat memberikan energi positifnya kepada orang-orang dengan sifat nya yang bisa di bilang 'Kekanak-kanakan' dan juga 'Dewasa' Arshen juga orang yang tidak percaya pada takhayul atau hal-hal yang tidak masuk akal seperti takdir atau peramal masa depan, anak aktif itu memiliki kepribadian ganda.

Arthur. Adalah nama panggilan ketika sifatnya sedang serius, marah, menjadi seorang pendiam, dan ketika sedang bermain sepak bola.

Asep. Adalah nama panggilan dia ketika sedang tidak waras, kayang, sikap lilin, jamet, muka joker, dan lainnya.

Hobinya selalu di dukung oleh sang ibu, dari ia sangat suka menulis lirik lagu, melukis, menggambar, dan bermain sepak bola.

Ia merupakan seorang anak laki-laki yang memiliki cukup banyak kekurangan. Namun, kelebihannya dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang ada dalam dirinya. Hampir semua hal dapat ia lakukan sendiri, tanpa bantuan dari siapapun. Ia adalah laki-laki mandiri yang mendapat didikan yang sangat baik dari ibunya, ibunya selalu mendidiknya agar menjadi orang yang baik, ramah, mandiri, pintar, dan lainnya. Sehingga membuatnya tidak dengan mudah untuk patah semangat, terlebih karnah hal-hal kecil.

Walaupun selalu mendapat didikan oleh sang ibu, ia tidak pernah di paksakan oleh ibunya untuk bisa melakukan suatu hal yang ia mungkin tidak bisa. Kecerdasannya dapat membuat sang ibu turut bangga kepada dirinya, karna pria tampan itu selalu mendapatkan beasiswa dari hal tersebut. Tak pernah ia mengeluh sedikit pun kepada ibunya, karna sejujurnya ia sangat suka menyibukkan dirinya terlebih dalam menggambar, melukis, dan mencoba melakukan hal-hal baru yang sebelumnya belum ia coba.

Sesekali laki-laki itu berlari karna tidak ingin terlambat ke sekolahnya, karna ini adalah hari ia menjadi siswa kelas 10. Jujur saja, ia sangat tidak sabar untuk melanjutkan kehidupannya di kelas 11 nanti.

"Hai, Regina! " ucap pria manis itu kepada teman sekelas sekaligus teman sebangku nya, wanita manis yang sedang memainkan ponselnya pun menoleh ke arah sumber suara yang ada di dekatnya.

"Owh. Halo, Arshen! " balasnya sambil mematikan lalu memasukan ponsel nya kedalam saku seragam miliknya seraya tersenyum sumeringah. "EH IYA, KAMU UDAH TAU BELUM? " tanya nya sembari berdiri antusias. Arshen pun tersenyum tidak kalah sumeringah dari Regina. "Kenapa? " tanya nya kembali kepada Regina, dengan cepat Regina mengambil salah satu tangan Arshen lalu menariknya agar duduk di sampingnya. "SINI DUDUK DULU! "

Setelah duduk. Arshen lalu menaruh atensi penuh menatap Regina. "Kenapa si, kok kayanya kamu antusias banget? " tanyanya. "ITULOH," Regina menarik nafas panjang. "Kamu jadi peringkat pertama lagi di sekolah ini tau! Sumpah kamu keren banget bisa pertahanin peringkat pertama dalam dua semester! " senyum Regina semakin melebar.

"IYAKAH!? " ucap Arshen yang masih tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Regina tadi. "Siapa dulu dong partner nyah? " ucap Arshen dengan senyum tengil khasnya dan juga menaik turun kan alisnya seraya terkekeh.

Senyum Regina semakin melebar karna mendengar pujian dari Arshen. "Aihh, bisa aja si jamet tantrum. " gumamnya tersipu malu yang masih dapat terdengar oleh Arshen. Gadis itu mendorong pelan bahu Arshen karna ingin menyembunyikan pipinya yang sudah memerah seperti tomat.

"Makasih yaaaa, karna udah mau jadi partner tantrum nya akoeh yang ganteng ini. " ucapnya sembari berpose jamet, pd banget yak? Tp emng dia ganteng sih.

"Dihh, mulai jamet nya keluar. " dan hanya di balas tatapan sinis oleh Arshen.

Lingkungan sekolah yang bagus, teman-teman yang ramah, rumah yang hangat, dan prestasi yang ia dapatkan. Sungguh sempurna bukan? Kehidupan ini sudah sangat cukup bagi Arshen. Hidupnya sudah sangat sempurna baginya.

Namun, apakah kehidupan yang sangat sempurna ini akan berubah?

Menjadi lebih baik?

Atau buruk..

Lantas bagaimana kelanjutan hidupnya?

*
*
*
*
*






The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang