reaksi

15 2 0
                                    

Ledakan di fasilitas Yuzhnouraksk menyebar seperti api liar, radiasinya merambat cepat ke seluruh penjuru kota.

Dalam hitungan jam, berita tentang bencana ini sampai ke Kremlin, tempat Presiden Vladimir Zenov memimpin rapat darurat.

Suasana ruang komando dipenuhi ketegangan, sementara para penasihat militernya saling bertukar pandang dengan kecemasan.

Di tengah situasi itu, Mayor Jenderal Viktor Sorokin, seorang pria dengan temperamen yang meledak-ledak, berdiri di ujung ruangan.

Sorokin adalah seorang yang dikenal karena pendekatannya yang agresif dalam perang.

Dengan wajah merah penuh amarah, ia menatap Zenov dan para penasihat lainnya.

"Ini serangan langsung, Tuan Presiden! Ukraina dan sekutu-sekutunya jelas terlibat! Mereka tidak akan berhenti sampai kita runtuh!"

suaranya menggema, hampir menantang siapa pun di ruangan itu yang tidak setuju.

Sorokin mendekat ke meja, tangannya mengepal keras.

"Kita harus menghantam mereka dengan segala kekuatan yang kita miliki, termasuk senjata nuklir! Ini bukan saatnya bermain-main atau
bersikap sabar. Mereka sudah memulai perang, sekarang giliran kita yang menyelesaikannya!"

Para penasihat lain saling melirik, beberapa tampak setuju dengan amarah Sorokin, sementara yang lain tampak ragu.

Suasana menjadi semakin panas, dan semua mata beralih pada Presiden Zenov, yang sejak tadi mendengarkan dengan tenang.

Wajahnya tetap tenang, tapi matanya penuh pertimbangan.

"Aku mengerti kemarahanmu, Viktor," kata Zenov, suaranya rendah tapi tajam,

"Tapi kita tidak bisa bertindak gegabah."

Ia menatap lurus ke arah Sorokin, seolah menantang prajurit itu untuk berpikir lebih jernih.

"Menyerang balik dengan nuklir hanya akan membawa dunia pada kehancuran total. Apa kau siap menghadapi akibatnya? Apa kita mau mengulangi kesalahan yang sudah pernah terjadi?"

Sorokin menggeram, tak mampu menyembunyikan kemarahannya.

"Tuan Presiden, kita sudah terlalu lama bersabar! Mereka sudah melanggar semua batas! Jika kita tidak menyerang sekarang,
kita akan tampak lemah di mata dunia. Mereka akan terus menyerang!"

Zenov memejamkan matanya sejenak, menghela napas dalam. Ia tahu betul, satu keputusan salah bisa memicu bencana global yang tak terkendali.

"Aku tidak akan membiarkan dunia jatuh ke dalam kehancuran hanya karena emosi," ujarnya tegas.

"Kita akan menyerang balik, tapi dengan cara yang tepat. Kita tidak akan menggunakan nuklir, setidaknya tidak sekarang."

Sorokin menatap Zenov dengan tatapan penuh ketidakpuasan, tetapi ia tidak berani menentang lebih jauh.

"Tuan Presiden, mereka tidak akan berhenti sampai kita memusnahkan mereka," katanya lagi,

lebih rendah kali ini. "Kita harus tunjukkan bahwa kita tidak akan gentar."

Zenov menatap Sorokin tajam, lalu berbicara dengan nada dingin.

"Kita akan menunjukkan kekuatan kita, tapi bukan dengan kehancuran yang tidak perlu. Serangan balik kita akan brutal, tapi terkendali." Zenov berdiri dari kursinya, tangannya menekan meja di depannya.

"Mereka akan merasakan kekuatan Rusia, tapi kita tidak akan menghancurkan dunia untuk itu. Ini perintahku, dan aku tidak akan mengulanginya."

Sorokin terdiam, meskipun masih terlihat jelas ia menahan amarah. Para penasihat lainnya tetap bungkam, menyadari bahwa Presiden telah mengambil keputusan.

Zenov, tetap berdiri tegak, memandang ke arah layar besar yang menampilkan peta pertempuran dan target strategis.

Suasana ruangan berubah, dan semua orang tahu-perang akan berlanjut, tapi dengan kepala dingin dan tangan kuat yang memegang kendali.

Sementara serangan balasan brutal diluncurkan, Zenov menatap ke langit di luar jendela.

Ia tahu bahwa keputusan ini bukan akhir dari masalah, tetapi hanya langkah pertama dalam menghadapi bencana yang lebih besar.

Dan meskipun dunia mengingat Chernobyl sebagai luka yang tidak pernah sembuh, Zenov bertekad untuk tidak membiarkan Rusia-atau dunia-jatuh dalam kehancuran yang sama.

Space Life: The Freezing Of Earth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang