Hari ini cukup cerah, angin berhembus, mentari bersinar. Lalu, bagaimana kabar Kim Cookies di samping toko bangunan?
Orang - orang memilih toko barang - barang sebagai usaha mereka sejak awal tahun di mana tempat ini baru dibuka, namun Kim Seokjin memilih untuk membuka toko kue. Dengan modal usaha tidak main - main sebagai orang kaya, Kim Seokjin juga menyewa seorang karyawan muda. Park Jimin namanya.Pagi ini Jimin datang tiga puluh menit lebih awal, membawa bahan - bahan pribadinya seperti tepung terigu, telur juga susu. Sebab Seokjin akan membuka cabang baru di luar kota, Jimin pasti akan sendirian di toko utama ini. Cabang tak sampai sepuluh saja, Seokjin sudah sibuk ke sana ke mari karena beberapa karyawannya tak pandai membuat kue.
"Ahh Park Jimin, berhentilah merusak dapurku!" keluh Seokjin setelah satu jam berlalu, dapur yang kemarin Jimin bersihkan kini sudah kembali berantakan.
Melihat atasannya baru saja datang, Jimin dengan raut tanpa bersalah menghampiri lalu menyodorkan secangkir kopi. Seokjin jelas tidak bisa menolak, adik tingkatnya semasa kuliah dulu adalah yang terbaik dalam urusan minuman ; Park Jimin.
Setelah menjadi seorang yatim piatu, Jimin memang hidup di bawah kebaikan seorang Kim Seokjin. Meskipun pria itu seringkali bermain wanita, Jimin tidak keberatan karena dia adalah atasannya. Bagi Jimin, apapun yang dilakukan Seokjin sudah benar asalkan tidak melibatkan dirinya.
"Nanti aku bereskan dapurmu, hyung lapar tidak?"
Seokjin mengalihkan pandang, memperhatikan dapurnya yang berantakan lalu mengangguk - anggukan kepala sebelum akhirnya meneguk kopi buatan Jimin."Aku sudah makan. Eh Jimin, kemana Hoseok?" tanyanya, menoleh kanan - kiri guna menemukan sosok yang tengah dicarinya.
Jung Hoseok adalah karyawan bidang kasir, seringkali datang terlambat bahkan tidak datang sama sekali. Bukan karena malas atau sebagainya, dia memiliki pekerjaan lain. Jimin juga tahu itu, tetapi sebagai seseorang yang senantiasa menjaga rahasia untuk menghormati rekannya, dia lebih memilih tidak mengurusi urusan Hoseok atau membocorkan pekerjaannya yang ganda.
"Belum datang. Katanya semalam mengadakan siaran langsung sampai larut, mungkin belum bangun," jelas Jimin, menyodorkan biskuit yang baru saja selesai di panggang.
Seokjin mengangguk-angguk, meraih satu biskuit dari atas loyang, memperhatikan bentuknya lalu bersiap untuk mencicipi. Untuk informasi, makanan itu dibuat oleh Jimin, sedangkan bagi Seokjin ; Jimin adalah seorang yang tidak pandai memasak, bahkan apapun itu kalau diciptakan oleh Jimin hasilnya selalu tidak bagus.
"Umh, enak. Hanya saja kurangi garam sedikit, kau ingin menikah? Tidak ada kue yang rasanya seperti air laut begini," ujarnya, menaruh kembali kue bekas gigitannya ke atas loyang lalu menepuk bahu Jimin pelan, "sudahlah tidak apa - apa, semua orang butuh proses. Kamu tidak perlu memaksa dirimu sendiri, lagipula aku hanya butuh jasamu di sini, tidak harus pandai memasak atau menguasai ilmu dapur. Cukup tunggu saja, lalu sapa pelanggan yang baru datang ke sini dengan wajah manis dan keramahanmu. Sudah dulu ya!" Seokjin menyambar jaket kulitnya yang tersampir di pintu toko, melambaikan tangannya pada Jimin sambil melenggang pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ㅡcookies! || yoonmin [oneshoot✓]
FanficSenikmat susu, sehambar tepung terigu, nyatanya telur juga tidak bisa mengukur bagaimana cintamu menggebu. note: gabut doang gajelas, gak tau lah.