02. Arranged marriage

87 14 0
                                    

Pagi kini telah tiba, ruang makan dengan nuansa elegan terlihat begitu senyap, hanya terdengar detingan suara alat makan yang menggema, tapi tidak dengan manik mata seorang pria berjas hitam dengan tampilan dasi yang rapih, matanya mengedar dan memperhatikan sang anak yang sedang fokus berjalan menuruni anak tangga dengan pakaian nya yang masih kusut dan belum terkancing dengan sempurna.

"Mom! Dad! Aku pergi dulu." Elea berujar demikian tanpa memperhatikan jikalau kedua orang tua nya kini menatap dirinya dengan tatapan yang membunuh-- oh ya, garis bawahi hanya sang Daddy yang menatap dirinya dengan tatapan yang membunuh, sedang kan mommy nya hanya terkekeh saat melihat wajah sang suami yang mulai mendatar.

"Tunggu!! Jika kau berani keluar dengan pakaian seperti itu, daddy pastikan kepala mu besok sudah terputus dari leher nya." Tegas dan menakutkan, itulah nada yang paling di takuti oleh anak tunggal nakal nya.

"Oh ayolah dad, ini fashion, kenapa kau melarang ku untuk memakai pakaian seperti ini, seolah-olah kau mengira bahwa aku akan menjual diriku seperti seorang jalang." bukan Elea jika tidak mengelak omongan dari sang Daddy, sedang kan sang daddy kini hanya tersenyum tipis seraya melihat bibir tebal sang anak yang mulai di majukan, oh ayolah ia juga tau jika anak nya sekarang sedang kesal, namun tetap dimata nya Elea seperti seorang anak kecil yang sedang merajuk (ngambek).

"Kau harus ketahui fakta Elea jika daddy mu sangat posesif pada dirimu, dan mommy harap never do all trivial things in a hurry, biasa kan untuk tidak melakukan segala hal dengan terburu-buru." Tegur nya pada sang anak, sedang kan Elea yang di nasehatin oleh mommy nya hanya tersenyum dengan cengiran yang melebar.

"Tetap ingin memakai baju seperti itu?" nada tegas dengan raut muka yang sangar sontak membuat Elea langsung bergidik ngeri, Sungguh ia sangat takut dengan raut muka tegas sang Daddy.

"Ya, memang kenapa? Lagipula aku suka dengan baju nya." Walau ia takut dengan sang Daddy tapi tak dipungkiri jika dirinya memang menyukai fashion terbuka seperti ini.

Sang daddy yang diketahui namanya adalah Gavian winathan shim kini hanya menatap sang anak dengan tajam, ukiran matanya terus bergerak melihat sang anak dari ujung kaki Hingga kepala, sedang kan orang yang dipandangi kini terlihat begitu resah tatkala melihat raut muka sang Daddy.

Dengan cepat kini Gavian melepaskan jas miliknya lalu segera mendekat kearah sang anak seraya memakaikan jas nya kepada tubuh Elea, tak lupa baginya untuk menautkan satu persatu kancing jas nya.

"Shut up Elea!!" Tegas Gavian seraya melihat bibir sang anak yang kini sudah sedikit terbuka untuk mengeluarkan aksi protes nya, Elea yang diberi perintah untuk diam dari daddy nya kini hanya menatap kesal kearah Gavian, sungguh ia kesal pada daddy nya itu tapi jika ia melawan akan semakin runyam masalahnya.

"selesai pemotrettan segera pulang, kita akan melakukan makan malam bersama dengan kerabat Daddy." mata nya kini melirik kearah Elea yang sedang sibuk dalam mengaitkan satu-persatu tali sepatu nya.

"mengapa aku harus ikut?"

"lakukan saja jangan banyak bertanya." jika sudah begitu jawabannya maka Elea tidak akan bertanya lagi dan memilih untuk mengangguki ucapan daddy nya barusan.

_______________________________________

Restoran dengan ukiran Mewah dan elegan kini menjadi tempat pertemuan antar keluarga, hanya Suara detingan alat makan yang terdengar, aura nya begitu mencekam di sertai raut datar yang terukir jelas diwajah Daviran mahawira lee, matanya melirik sekilas kepada wajah seorang pria dengan balutan kemeja kantornya, Daviran sedikit menggeram saat melihat pria dihadapan nya kini memandangi dirinya dengan tatapan membunuh.

"Aku tidak punya banyak waktu, jadi cepat katakan lah." sarkas Gavian, raut mukanya kini berubah menjadi lebih dingin.

"ck, aku ingin menjodohkan anak ku dengan anak mu." ucapan nya begitu jelas di ikuti dengan geraman yang tertahan.

"kau yakin ingin menjodohkan anak mu dengan anak musuh mu sendiri? Apa kau sudah gila?" Kekehan keluar dari mulut Gavian, namun kekehan yang keluar tetap tak akan bisa merubah raut datar nya.

"Jika bukan karena ayahku yang sangat menginginkan seorang cucu, aku juga tak akan mau menjodohkan anak ku dengan anak mu, dan aku pun tak tau jika kerabat yang kutemui malam ini adalah kau." dingin nya nada yang dikeluarkan oleh Daviran sontak mengalihkan perhatian Gavian.

"keputusan nya ada di tangan anak ku." Tak selang dua menit dari ucapan nya tadi, kini Elea telah tiba dengan ukiran senyuman manis yang terlihat begitu menarik, postur tubuh nya yang membentuk sontak memperlihatkan sekurus apa pinggangnya.

"Dad, mom, I'm so sorry, aku telat."

"tidak usah permasalahkan soal ketelatan mu, sekarang dimana jas nya?" Gavian bangkit dari duduk nya dan menatap wajah Elea dengan tatapan bertanya.

"Gerah, aku gerah jika harus menggunakan jas mu terus daddy." rengekan yang keluar dari bilah bibir nya malah menambah kesan lucu dimata sang daddy.

"Dasar nakal."

"Mommy!! Aku gerah bukan nakal."

"Ya terserah mu saja." mommy nya terkekeh lucu saat melihat wajah sang anak yang cemberut, tak mau menghabiskan waktu banyak kini Elea sudah diseret sang Daddy untuk duduk dibangku nya.

"Kau akan di jodohkan."

"oh hany- APA!!" suara nya begitu menggema, raut muka nya kini terlihat begitu kaget dengan tatapan matanya yang menajam.

"Aku tidak mau!! Permisi." Lanjut nya lagi, dan dengan cepat ia mengambil tas nya lalu hendak pergi dari restoran bernuansa mewah tersebut.

Kini total kedua lelaki berbeda marga itu terdiam, ruangan restoran yang sudah mereka booking tersebut langsung senyap seketika saat melihat kepergian Elea.

"Kerja sama."

"apa?"

"ayo kita kerja sama antar perusahaan." lanjutnya saat mendengar pertanyaan dari Gavian, sedang kan orang yang diberikan penjelasan kini hanya terdiam sembari mengernyitkan dahi nya.

"Boleh saja itu akan menjadi keuntungan untuk ku, tapi aku berpikir jika kau melakukan kerja sama perusahaan hanya sekedar untuk menjodohkan anak ku dengan anak mu." Ucapnya dengan nada yang terdengar santai.

"Jadi?"

"Baiklah."

"Bujuk anak mu sampai mau dijodohkan dengan anak ku." nada nya terlihat begitu sarkas namun sedikit mengancam.

"Tenang saja." setelah berujar demikian Gavian lantas bangkit dari tempat duduk nya dan langsung pergi membawa sang istri keluar dari ruangan restoran tersebut.

_______________________________________

Note for you :
Bunga mawar merah yang indah.
Di tanam dengan sempurna.
Di rawat dengan sepenuh hati.
Namun bunga mawar akan layu jika tidak diberikan pupuk dan air.
Bunga yang sudah layu tetap akan layu.
Sama dengan kita yang memiliki semangat hidup namun tak memiliki penyemangat.

Thank you for reader, see you next chapter.

Crazy Idiot Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang