Awal Segalanya

4 0 0
                                    

Di kota kecil yang damai, di mana jalanan berliku-liku dan pepohonan rindang mengelilingi, dua anak laki-laki tumbuh bersama. Mereka adalah Noah Walker dan Liam Anderson, sahabat yang tidak terpisahkan. Sejak hari pertama mereka bertemu di taman bermain, saat mereka berdua berusaha mencapai puncak ayunan tertinggi, kedekatan mereka terjalin dengan cepat. Dalam pandangan Noah, saat itu adalah awal dari segalanya.

Noah adalah seorang anak yang pemalu, dengan rambut cokelat keriting dan mata biru yang bersinar penuh rasa ingin tahu. Sementara Liam, dengan senyum menawannya dan rambut pirang yang selalu berantakan, adalah sosok yang penuh energi dan keceriaan. Kepribadian mereka bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda, tetapi itulah yang membuat persahabatan mereka begitu kuat. Liam, yang selalu berani mengambil risiko, mengajak Noah keluar dari cangkangnya, membawa mereka dalam petualangan tak terlupakan.

Setiap sore, mereka menghabiskan waktu di luar, menjelajahi hutan di sekitar kota, berlarian tanpa arah, dan tertawa hingga perut mereka sakit. Mereka menemukan tempat-tempat rahasia yang hanya mereka tahu, seperti gua kecil di tepi sungai yang mereka sebut "Kota Rahasia". Di sana, mereka berbagi impian dan harapan, menatap langit luas yang membentang di atas kepala mereka. Di setiap momen itu, Noah merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar persahabatan di antara mereka.

Saat mereka tumbuh, kedekatan itu hanya semakin dalam. Mereka berbagi segalanya, dari rahasia kecil hingga mimpi besar. Noah mengagumi Liam bukan hanya karena kepribadiannya yang ceria, tetapi juga karena keberaniannya. Liam selalu mendorong Noah untuk berani mencoba hal-hal baru, membuatnya merasa berani meski di dalam hatinya, dia merasakan kegelisahan. Mereka mulai merencanakan masa depan yang penuh petualangan dan keajaiban, berbicara tentang tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi dan hal-hal yang ingin mereka capai.

Namun, saat mereka memasuki masa remaja, perasaan itu mulai berubah. Noah mulai merasakan ketertarikan yang lebih besar terhadap Liam, perasaan yang sulit dijelaskan. Dia sering kali menatap Liam saat mereka berbaring di rumput, melihat bintang-bintang berkelap-kelip di langit malam, dan merasakan jantungnya berdebar-debar. Setiap senyuman dari Liam membuatnya merasa hangat di dalam, tetapi dia juga tahu bahwa mengungkapkan perasaannya bisa merusak segalanya.

Hari itu, saat mereka berjalan pulang dari sekolah, Liam tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menunjuk ke langit. "Lihat, Noah! Ada pesawat!" teriaknya dengan gembira, mata birunya berkilau.

Noah menengok ke atas, melihat pesawat kecil melintas. "Aku ingin terbang jauh," ucap Noah, mencoba menutupi perasaannya yang mendalam.

"Suatu hari nanti, kita akan terbang ke tempat-tempat yang kita impikan. Kita akan menjelajahi dunia," jawab Liam penuh semangat, menepuk bahu Noah.

Noah hanya tersenyum. Impian itu terasa menyenangkan, tetapi ada bagian dari dirinya yang meragukan apakah mereka akan bisa mewujudkannya. Saat mereka semakin dewasa, harapan dan kenyataan seolah berlawanan.

Malam itu, mereka berdua duduk di atas atap rumah Noah, memandangi bintang-bintang yang bersinar di langit gelap. Angin malam berbisik lembut, membawa aroma segar dari pepohonan di sekeliling. Noah mengalihkan pandangannya dari langit dan melihat Liam, yang tengah mengagumi panorama malam. Wajah Liam diterangi cahaya bulan, membuatnya tampak lebih menawan dari sebelumnya.

"Liam," panggil Noah pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Pernahkah kamu berpikir tentang masa depan? Tentang di mana kita akan berada nanti?"

Liam tersenyum, wajahnya cerah dengan antusiasme. "Tentu saja! Kita akan menjelajahi dunia bersama, berkeliling ke tempat-tempat yang belum pernah kita lihat. Mungkin kita bisa pergi ke luar negeri!"

Noah tersenyum, meskipun hatinya sedikit tertekan. "Iya, itu pasti menyenangkan."

Tetapi dalam benaknya, dia merasa takut. Takut akan kehilangan Liam, takut akan perasaan yang tidak terbalas, dan yang paling menakutkan, takut bahwa suatu hari nanti, bintang-bintang yang mereka lihat bersama tidak akan bersinar untuk mereka lagi.

Malam itu berakhir dengan gelak tawa dan cerita-cerita tentang petualangan yang akan datang. Namun, saat Noah berbaring di tempat tidurnya, dia tidak bisa menghilangkan perasaan kosong yang mengisi hatinya. Rasa cinta yang ia pendam terhadap Liam adalah rahasia terbesarnya, dan saat itu, dia bertekad untuk menjaga rahasia itu tetap tersembunyi.

Dia memejamkan mata, berusaha mengalihkan pikirannya, tetapi bayangan Liam tidak pernah pergi. Di setiap sudut pikirannya, ada tawa, senyum, dan kenangan manis yang menempel erat. Satu hal yang selalu menghantuinya adalah bagaimana Liam bisa melanjutkan hidup tanpa tahu betapa pentingnya dia dalam hidup Noah.

Hari-hari berlalu, dan seiring waktu, Noah merasa bahwa perasaannya akan semakin sulit untuk disembunyikan. Dia sering kali melihat Liam berinteraksi dengan gadis-gadis lain, dan rasa cemburu yang tak tertahankan mengisi hatinya. Dia tahu bahwa Liam tidak pernah melihatnya lebih dari sekadar teman, tetapi harapan selalu ada di sudut hatinya.

Satu malam, saat mereka berdua duduk di "Kota Rahasia," Noah merasa dorongan untuk mengungkapkan perasaannya semakin kuat. "Liam," dia memulai, suaranya bergetar. "Aku ingin memberitahumu sesuatu yang penting."

Liam menoleh, ekspresi penasaran di wajahnya. "Apa itu, Noah?"

Noah terdiam sejenak, kata-kata yang ingin dia ucapkan terasa berat. Dia ingin mengatakan bahwa dia mencintai Liam, tetapi rasa takut dan keraguan menghalanginya. Akhirnya, dia hanya berkata, "Tidak ada, itu tidak penting. Hanya saja, aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama."

Liam tersenyum lebar, tetapi Noah bisa merasakan hatinya hancur sedikit demi sedikit. Malam itu, dia menyadari bahwa mengungkapkan perasaan mungkin akan mengubah segalanya, dan dia belum siap untuk menghadapi kemungkinan itu.

Tetapi, saat waktu berlalu, Noah tahu bahwa dia harus menghadapi kenyataan. Dia harus membuat keputusan: apakah akan terus menyimpan perasaannya yang terpendam atau mengambil risiko dan mungkin kehilangan Liam selamanya? Ketika bintang-bintang berkelap-kelip di atas mereka, Noah berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu hari, dia akan menemukan keberanian untuk mengungkapkan cintanya, terlepas dari apa pun yang akan terjadi.


tbc

Beneath the Stars We LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang