Bayangan yang Menghantui

2 0 0
                                    

Minggu-minggu berlalu dan musim semi mulai menghangatkan kota kecil itu. Bunga-bunga mekar di setiap sudut, dan pepohonan tampak lebih hijau dari sebelumnya. Namun, di dalam hati Noah, musim semi tidak dapat menghapus kerisauan yang terus menghantuinya. Setiap hari adalah perjuangan untuk menyembunyikan perasaannya terhadap Liam, yang semakin tumbuh seiring dengan kedekatan mereka. Ketika dia melihat senyum di wajah Liam, Noah merasa seolah-olah ada cahaya yang bersinar di dalam hatinya, tetapi bayangan ketakutan akan kehilangan sahabatnya terus menghantuinya.

Sekolah menjadi tempat di mana ketegangan itu semakin meningkat. Di kelas, Noah duduk di samping Liam, tetapi perasaannya membuatnya merasa seperti terjebak dalam kegelapan. Liam, yang selalu ceria, semakin sering dikelilingi oleh teman-teman baru, dan setiap tawanya terasa menyakitkan bagi Noah. Dia merasa terasing di dalam persahabatan yang dulu begitu nyaman. Setiap kali mereka berjalan bersama, Noah merasakan kedekatan itu, tetapi di saat yang sama, rasa sakit akan apa yang mungkin hilang jika dia mengungkapkan perasaannya membuatnya cemas.

Suatu hari, di tengah pelajaran sejarah, guru mereka, Ibu Hartman, mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan perjalanan sekolah ke museum. "Ini adalah kesempatan yang bagus untuk belajar tentang sejarah kita," katanya dengan antusias. "Kalian semua diharapkan untuk ikut serta!" Keriuhan memenuhi kelas saat teman-teman mereka mulai merencanakan apa yang akan dilakukan di museum. Mereka berbicara tentang pameran seni yang akan mereka lihat, serta permainan dan aktivitas yang bisa mereka lakukan setelah itu.

Liam, yang duduk di samping Noah, menoleh dan berkata, "Kita harus mengambil foto di sana! Dan mungkin kita bisa menggambar pemandangan di taman museum setelah itu."

Noah hanya tersenyum, meskipun di dalam hatinya, dia merasa cemas. Dia tahu bahwa perjalanan itu bisa menjadi peluang untuk lebih dekat dengan Liam, tetapi juga bisa memperburuk perasaannya. "Tentu! Itu terdengar menyenangkan," jawab Noah, berusaha untuk tidak menunjukkan keraguannya.

Hari perjalanan tiba, dan suasana gembira menyelimuti bus sekolah. Noah duduk di samping Liam, tetapi perasaan yang mengganggu kembali muncul. Mereka berbicara tentang berbagai hal—film terbaru, musik, dan bahkan rencana masa depan. Namun, setiap kali Noah melihat senyum Liam, dia merasakan beban yang semakin berat di hati. Tawa Liam seolah-olah menyimpan segudang harapan yang tak terjangkau, dan setiap tawa itu menggigit hati Noah.

Di museum, mereka berkeliling melihat berbagai artefak bersejarah. Setiap kali mereka berhenti di depan benda bersejarah, Noah berusaha untuk menikmati momen itu, tetapi pikirannya selalu kembali pada perasaannya yang terpendam. Ketika mereka sampai di bagian pameran seni, Liam berdecak kagum. "Lihat lukisan ini, Noah! Begitu indah!"

Noah tersenyum dan mengangguk, tetapi matanya tidak bisa lepas dari wajah Liam yang bersemangat. Dalam momen itu, dia merasakan dorongan kuat untuk memberi tahu Liam tentang perasaannya. Namun, saat melihat teman-teman mereka yang lain, ketakutan menyergapnya kembali. "Bagaimana jika dia tidak merasakan hal yang sama? Bagaimana jika aku kehilangan sahabatku?" pikiran itu terus menghantuinya.

Setelah menghabiskan waktu di museum, mereka beristirahat di taman museum. Makanan siang dibagikan, dan semua orang mulai bercanda. Noah duduk berhadapan dengan Liam, dan saat mereka tertawa, Noah merasa seolah dunia di sekitarnya menghilang. Dalam tawa itu, dia merasakan kehangatan yang luar biasa, tetapi ada juga rasa sakit yang tak tertahankan. Semua kebahagiaan itu tampak sementara dan rapuh.

Di tengah tawa, Liam tiba-tiba memandang Noah dengan serius. "Hey, Noah, apa kau pernah berpikir untuk pergi ke luar negeri? Seperti ke Eropa atau Jepang?"

Noah terkejut dengan pertanyaan itu. "Tentu saja! Aku selalu ingin melihat menara Eiffel di Paris atau mengunjungi kuil di Kyoto," jawabnya, berusaha terdengar antusias.

Beneath the Stars We LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang