Persimpangan Takdir

2 0 0
                                    

Hari-hari setelah pembicaraan itu berjalan lambat. Noah merasa seperti hidup dalam ketidakpastian. Meskipun Liam masih menjadi sahabatnya, ada ketegangan yang tidak bisa mereka abaikan. Setiap tawa dan senyuman terasa seperti pengingat akan apa yang telah mereka ungkapkan. Saat mereka bersama, suasana di antara mereka terasa berbeda. Ada kehangatan, tetapi juga jarak yang tak terkatakan. Noah terus berusaha mencari cara untuk mengembalikan kedekatan mereka, tetapi setiap upaya tampaknya sia-sia.

Saat di sekolah, Noah berusaha untuk bersikap normal, tetapi saat dia melihat Liam berbincang dengan teman-teman lainnya, rasa cemburu kembali muncul. Dia merasa seolah-olah terasing dalam dunia persahabatan yang sama, tetapi dengan perasaan yang semakin dalam. Di satu sisi, dia ingin melihat Liam bahagia, tetapi di sisi lain, dia juga merindukan kedekatan yang mereka miliki sebelumnya.

Suatu hari, saat istirahat, Noah duduk sendirian di bangku taman, meresapi pikiran dan perasaannya. Dia memperhatikan Liam yang sedang tertawa dengan kelompok teman-teman baru. Melihat senyuman itu, hatinya terasa bergetar. "Apa yang salah dengan diriku?" pikirnya. "Mengapa aku tidak bisa bersikap normal? Dia adalah sahabatku."

Liam menoleh dan melihat Noah duduk sendirian. "Hey, Noah! Kenapa kau tidak bergabung dengan kami?" teriaknya, suara ceria yang mengundang.

"No, aku baik-baik saja di sini," jawab Noah, berusaha untuk terdengar santai meskipun hatinya bergejolak.

Liam tampak ragu, tetapi akhirnya kembali ke kelompoknya. Noah menatap mereka dari kejauhan, merasakan keinginan yang mendalam untuk menjadi bagian dari kebahagiaan itu. Namun, rasa sakit di dalam hati menghalanginya. Saat melihat Liam tertawa, Noah merasa ada bagian dari dirinya yang hancur. Dia tidak ingin mengganggu kebahagiaan sahabatnya, tetapi perasaannya tidak bisa diabaikan.

Hari-hari berlalu, dan saat malam tiba, Noah sering kali terjaga, memikirkan apa yang harus dilakukan. Dia ingin mengembalikan keadaan seperti semula, tetapi bagaimana? Apakah dia harus berbicara lagi dengan Liam? Semakin dia memikirkan hal itu, semakin bingung perasaannya. Ketika dia memikirkan masa depan, ada ketakutan akan kehilangan yang menghantuinya. "Apa yang akan terjadi jika dia memilih untuk menjauh?" gumamnya pada diri sendiri.

Suatu sore, saat berjalan pulang dari sekolah, Noah menemukan dirinya terjebak dalam kerumitan perasaannya. Dia berhenti sejenak di taman dan duduk di bangku. Di sana, dia bertemu dengan seorang gadis bernama Mia, yang kebetulan juga berada di taman. Mereka mulai berbincang, dan Noah merasa sedikit lebih baik. Mia adalah gadis yang ceria dan penuh semangat.

"Apa kau baik-baik saja? Kau tampak berpikir keras," tanyanya sambil tersenyum.

"No, aku hanya memikirkan beberapa hal," jawab Noah, merasa sedikit canggung.

"Kadang-kadang, berbagi bisa membuat segalanya lebih mudah. Apa ada yang ingin kau bicarakan?"

Noah merasa ada ketulusan dalam tawaran Mia. "Aku hanya... memiliki beberapa masalah dengan teman dekatku."

Mia mengangguk, menunjukkan empati. "Kadang, komunikasi itu penting. Jangan biarkan perasaanmu terpendam, terutama jika itu tentang orang yang kau sayangi."

Noah tertegun mendengar kata-kata Mia. "Ya, kau benar. Aku hanya takut kehilangan dia."

Mia tersenyum lembut. "Keberanian itu bukan hanya tentang mengungkapkan perasaan. Terkadang, itu juga tentang menjaga hubungan. Cobalah berbicara dengan dia lagi."

Noah merasa terinspirasi oleh kata-kata Mia. Mungkin, dia harus berbicara dengan Liam lagi. Mungkin, saatnya untuk menyingkirkan semua keraguan dan ketakutan yang menghalanginya. "Terima kasih, Mia. Kau memberi perspektif baru," ucap Noah, merasa lega.

Setelah berbincang-bincang dengan Mia, Noah merasa lebih bersemangat untuk mencoba sekali lagi. Dia memutuskan untuk mengundang Liam ke rumahnya pada akhir pekan untuk menonton film dan bersantai. "Mungkin itu bisa menjadi kesempatan untuk berbicara," pikirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beneath the Stars We LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang