Bagian - 1

240 41 8
                                    

COWBOY LIKE ME | NOREN

Written by Luvrruby - 2024






Selamat membaca~







***

Mentari masih malu-malu menampakan diri, tetapi Jeno sudah tiba di kantornya.

Suara langkahnya menggema di sepanjang lorong menuju ruangannya. Matanya menyusuri setiap ruangan yang dia lalui; bilik-bilik kerja yang dipenuhi notes warna-warni, lampu indikator komputer yang sesekali berkedip, deru mesin pendingin ruangan.

Dan di antara semua itu, tidak terdengar olehnya, desah tarikan nafas manusia selain miliknya.

Jeno terbiasa datang ke kantor sebelum jam kerja dimulai. Dia sengaja melakukannya supaya dapat tempat untuk mengamati setiap detail kecil perusahaannya, tanpa ada suara-suara yang menganggu konsentrasinya.

Ada kesenangan tersendiri ketika ia tenggelam dalam kesunyian. Sesuatu yang membuat pikirannya mengalir bebas, berpadu dengan kejernihan udara, yang nantinya menghasilkan buah pemikiran yang mungkin berguna bagi masa depan perusahaan.

Jeno mendorong pintu ruangannya. Kedatangannya disambut dengan kegelapan, dan segaris cahaya yang menemukan celah untuk memaksa masuk ke ruangannya dari balik gorden yang tak ditutup sempurna. Diraihnya remot kontrol yang diletakan di meja kecil di dekat pintu. Seketika itu pula, ruangan yang semula miskin cahaya, kini silau sempurna.

Detak jarum jam tak lagi sendirian, kini ruangannya mulai riuh dengan deru mesin pendingin ruangan. Jeno berdiri menghadap jendela kaca besar itu, mulai tenggelam dalam pengamatannya akan dunia luar dari balik kaca.

Kota baru saja menggeliat, mempersiapkan alat tempur mereka untuk berjuang menghadapi hari yang panjang. Awan-awan kelabu menghias cakrawala, berusaha menutup celah sang mentari yang ingin mengulurkan cahayanya pada setiap makhluk bumi. Dengan tangan yang masuk ke dalam saku celana, Jeno memejamkan matanya, menarik nafasnya beberapa kali, lalu menghembuskannya dengan seluruh doa serta harapan.

Hari ini akan berjalan panjang, seperti biasa. Tapi Jeno, harus tetap baik-baik saja.

Tak berselang lama kemudian, pintu ruangannya terbuka perlahan. Nyaris tanpa suara, tapi Jeno tahu siapa yang datang. Dia tidak perlu repot untuk berbalik badan. Sebab tidak ada lagi orang yang bebas keluar masuk ruangannya; orang kedua, setelah dirinya yang selalu datang lebih pagi, selain sekretarisnya.

"Selamat pagi, Pak. Anda datang lebih awal lagi hari ini," suara itu menyapanya dengan lembut.

Jeno bisa merasakan sesuatu yang layu dalam dadanya kembali tumbuh begitu mendengar suara itu.

"Selamat pagi juga, Renjun," jawabnya, tanpa berbalik badan.

Renjun menaruh berkas-berkas di atas meja kerja Jeno, "Jadwal hari cukup padat, Pak. Mau saya bacakan?"

"Silahkan."

Renjun mulai mengeja, "Rapat dengan dewan direksi pukul sepuluh, makan siang dengan Mr. Park..." Renjun menjeda ucapannya, menatap punggung Jeno yang masih setia memperhatikan hiruk-pikuk jalanan di luar gedung. "....presentasi dengan investor baru, jam tiga."

cowboy like me | norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang