02. Ucapan Terimakasih.

131 22 7
                                    

'Astaga, Aku lupa mengucapkan terimakasih kepadanya!'

-----------------------

Kring!!! Kring!!!!

Bel yang telah berbunyi tersebut membuat siswa-siswi lainnya berbondong-bondong untuk keluar dari kelas.

Dan sekarang ada Sunghoon yang berdiri dengan letih seperti kekurangan gizi.

“Suntuk banget lo hari ini, Hoon,” ucap Jake ketika menyadari bahwa Sunghoon seperti manusia yang kekurangan darah. Tadi gizi, sekarang darah. Ada-ada aja.

“Gak tau, gak biasanya juga begini,” sahutnya sambil berjalan keluar kelas, namun saat sampai di ambang pintu, Sunghoon terlihat terdiam disana mengakibatkan Jake yang ikut bingung karena tiba-tiba Sunghoon terhenti.

Jake hampiri Sunghoon yang terdiam di sana, terlihat juga laki-laki manis yang berdiri dihadapan Sunghoon.

“Loh, Jay? Tumben kesini,” sapa Jake.

Jay menoleh ke arah Jake dan tersenyum kecil, “Ah, ini.. aku ingin memberikan sesuatu kepadamu, euh.. Sunghoon?”

Jay menyodorkan sebuah tempat yang berisikan dengan Kue Tiramisu kepada Sunghoon sembari tersenyum.

“Ini, untukmu. Tolong terima, ya!”

Sementara Sunghoon mematung, jantungnya berdetak kencang, wajahnya sedikit memanas.

'Tidak tidak tidak! Ada apa dengan ku?!'

Eum? Sunghoon?”

Setelah mendengar panggilan dari Jay, Sunghoon pun tersadar dan menjawab dengan terbata-bata, “A-ku. Itu, baik. Terimakasih.” Sunghoon menerima sebuah kotak makanan yang diberikan oleh Jay.

“Tidak, tidak. Seharusnya aku yang berterima kasih,” kata Jay, “Terimakasih ya, Sunghoon,” lanjut nya sembari tersenyum lebar.

Sunghoon melebarkan matanya, jantungnya semakin berdebar kencang dan wajahnya semakin memanas menimbulkan sedikit merah-merah.

“Ekhem ekhem. Astaga, wajah lu merah banget, Hoon.” suara Jake menginterupsi interaksi mereka. Sunghoon yang mendengar nya spontan menundukkan kepalanya, terlampau malu.

Jay hanya terkekeh gemas. Ia tatap Jake juga yang berada di samping Sunghoon, “Oh iya, aku akan segera pergi. Sampai jumpa!” seru Jay sembari melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.

Jake juga melambangkan tangannya, sekiranya punggung mungil itu sudah menjauh, Jake tatap lagi Sunghoon yang masih terdiam sembari memegang kotak makanan tersebut.

“Ekhem, ekhem. Cie, salting ya?” goda Jake lalu dibalas oleh tampolan dari Sunghoon.

“Sok tau lu, fuck lucu banget,” sanggah Sunghoon, namun pada tiga kata terakhir sengaja ia pelankan agar tidak terdengar. Sunghoon berjalan meninggalkan Jake.

“Eh, woy! Tungguin!” pekik Jake segera berlari menghampiri Sunghoon.


Sementara itu diposisi Jay.

Jay berjalan ditengah ramainya lorong, matanya menelusuri tiap sudut hanya untuk menemui seseorang. Ketemu! Segera Jay pekikan namanya lalu hampiri dirinya.

“Jungwon!”

Seketika yang dipanggil menoleh, “Kak Jay!” seru Jungwon.

“Hai, adek. Gimana belajarnya?” tanya Jay sembari melipat tangannya di depan dadanya.

Sang empu yang ditanya tersenyum lebar sembari mengangguk, “Seru! Tadi kami bermain games hihi.”

Sederhana, namun dapat membuat Jay terkekeh kecil. Ia angkat tangannya dan daratkan di atas kepala sang adik. “Good then. Kamu ada uang jajan, kan?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Boy Is Mine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang