"Dunia terlalu kejam untuk aku yang selalu sendirian, tuhan"
-Zayyan Alfaro archandra
𝗛𝗮𝗽𝗽𝘆 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗶𝗻𝗴
Gelapnya malam yang di penuhi oleh gemerlap bintang kini telah terganti menjadi sinar cahaya yang menyinari dunia serta isinya. Burung-burung seakan-akan bersenandung dengan indah saat melihat matahari terbit dengan indah.
Jam masih menunjukan pukul 5 pagi tapi zayyan sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia sudah 2 hari tidak masuk sekolah karena kejadian waktu itu.
Selesai sholat subuh dan berganti pakaian zayyan segera berlari kecil menghampiri sang nenek di dapur yang sedang memasak.
"Ajay bantuin boleh?," tanya zayyan dengan suara lembut nan lucu memasuki gendang telinga ratna.
Ratna mentap cucu satu-satunya itu dengan lembut, "enggak susah, udah mau selesai kok," balas ratna, membuat zayyan menganggukkan kepalanya.
Ia kemudian sedikit berlari kecil menuju meja makan miliknya sambil menatap buku fisika miliknya. Sudah tiga hari zayyan tidak masuk sekolah karena hal menyedihkan waktu itu, ia juga ketinggalan ulangan harian.
Sekarang ia harus belajar untuk ulangan susulan fisika nya, "ajay, jangan terlalu kecapean ya. Dari semalem loh nenek liat belajar terus, sampe tengah malam pula," Ujar ratna khawatir, zayyan menggeleng, "enggak papa, nek, seharusnya nenek yang jangan terlalu kecapean," Jawab zayyan lembut.
"Nenek udah tua sedangkan zayyan masih muda, masih dalam masa-masa pertumbuhan jadi jarang cape," Ujarnya lagi.
"Tapi zay-,"
"Enggak papa, nek. Nenek yang seharusnya jaga kesehatan jangan kerjain pekerjaan rumah sendirian ya? Biar ajay aja yang kerjain pas pulang sekolah nanti," Ucap zayyan di iringi dengan senyuman manisnya.
Ratna tersenyum tulus, anak itu selalu saja tidak mau merepotkan orang lain. Namun ia tidak sadar bahwa tubuh rapuh miliknya itu harus istirahat juga. Bukan hanya tubuhnya tapi hatinya juga.
"Iyaa, nenek enggak akan ngerjain pekerjaan rumah sendiri kok,"
Zayyan tersenyum puas.
"Nenek nanti sisirin rambut zayyan ya!," Antusias nya, yang langsung di angguki oleh ratna.
etelah sarapan, sesuai janji ratna ia kemudian duduk di atas sofa dengan zayyan yang duduk di bawahnya sambil membaca-baca buku yang ia pegang. Benar-benar anak ambis.Dengan lembut ratna kemudian merapihkan rambut zayyan yang mulai memanjang itu. Zayyan sungguh menikmati, kemudian ingatan masa kecil tentang dirinya dan sambil bunda kembali terulang.
Zayyan kemudian menutup buku yang ada di tangannya, "nenek?," Panggil zayyan.
Ratna berdehem untuk menganggapi panggilan dari zayyan.
"Nenek jangan cepat-cepat ya, kaya ayah sama bunda," Tutur zayyan dengan tangan yang sedikit meremat celana abu-abu nya.
"Kenapa memangnya?," Tanya ratna, masih setia merapihkan setiap helai rambut zayyan.
Zayyan menghela nafas, lalu tersenyum. "Biar zayyan enggak iri kalau misalnya temen-temen zayyan pada membanggakan orang tua mereka. Zayyan kan bisa banggain nenek, hehe," Jawabnya di akhiri dengan kekehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Philocalist [Zayyan]
FanfictionTentang seorang anak yang hidup seorang diri karena ayah dan ibunya meninggal saat di perjalanan pulang ke rumah. Akhirnya zayyan di rawat oleh sang nenek yang sudah amat tua. Hidup zayyan sangat suram, dan jauh dari kata sempurna. Ia selalu di bul...