11.

453 73 6
                                    

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

Hari ini rasanya bisa dinobatkan sebagai hari paling menyebalkan sehidup Nadikta, karena sejak pagi ada aja hal yang bikin dia kesel. Udah mah dia ini gampang emosian, eh isi dunianya kek tai semua. 

Pagi tadi dia bangun kesiangan gara-gara semalam begadang, salah sendiri sih sebenarnya dan yang lebih bodohnya adalah dia lupa bawa buku tugas mata pelajaran sosiologi. Dan ada tugas yang harus dikumpulkan, mana pelajaran pertama pula, ditambah gurunya galak nyebelin. 

Gimana Nadikta gak uring-uringan, jadilah pagi ini dia kena omel dua kali. Pertama dirumah sama Bundanya, terus di sekolah sama guru Sosiologi. Tahukan rasanya diomelin depan orang banyak gimana? Malu, marah pokoknya campur aduk gitu. 

"Eh, udah dong nangis nya Na."

Benar Nadikta sampai nangis sendiri karena rasanya kesalnya, bikin Dhimas sama Arjuna kalang kabut nenangin dia. Ini sudah pukul 10.00 udah waktunya istirahat pertama. Tinggal beberapa orang lagi yang ada dikelas, sisanya paling ke kantin. 

"Kok nangis?" tanya Rajevan pelan pada Arjuna. 

"Ya lo liat aja tadi, Bu Yuli gak ada ampun banget marahin nya."

Keduanya menyingkir memberi ruang pada Rajevan, cowok gede itu langsung berjongkok disamping bangku yang diduduki Nadikta. "Cantik," Panggil Rajevan dengan lembut tapi tak kunjung dapat jawaban. Si cantik masih betah menyembunyikan wajah rupawan nya dilipatan tangan. 

"Gue sama Dhimas beliin dia makan dulu ya Jev," Pamit Arjuna dan diangguki Rajevan.

Kini di ruang kelas hanya ada mereka berdua dengan Rajevan yang kini mendudukkan diri disamping si cantik. "Coba liat gue dulu, Na." Dengan lembut kedua tangan Rajevan bergerak untuk mengangkat wajah Nadikta. 

Ekpresi wajah nya terlihat sedih dan kesal, lengkap dengan air mata yang masih menggenang ditambah alis yang mengerut kesal. Gemes sih, bikin Rajevan gak bisa nahan senyum. 

"Apa sih ah!"

"Aduh, aduh. Iya gak senyum, gak senyum. Kenapa nangis hm? Sakit hati karena dibilang gak punya otak sama Bu Yuli? Atau ada hal lain?" 

Bibir si manis manyun siap merengek, "Sakit hati! Huhu, gue kan lupa beneran kenapa musti dikatain gak punya otak sih... Hari ini juga kek tai banget, dari pagi banyak keselnya." 

Rajevan mengangguk mendengarkan cantiknya sambil jari nya gak berhenti mengelus pipi Nadikta guna menghapus air matanya, "Anjing lah, tai, kentut," umpatan terus Nadikta keluarkan diselangi isakan kecil. 

Afeksi-afeksi penenang terus Rajevan berikan hingga Nadikta kembali tenang, isakan tangis juga gak keluar lagi. Kini dia tengah mengatur nafasnya. 

"Do you want a hug?" Rajevan membuka lengannya. 

Nadikta berkedip melihat itu, tapi dia bergerak masuk ke dekapan Rajevan; menerima tawaran manis tersebut. Rajevan jelas tersenyum lebar sambil mengelus punggungnya, "Jangan diambil hati ya cantik, Bu Yuli ngomong gitu biar kita jera aja." Nadikta hanya mengangguk kecil. 

Playboy Bucin | nomin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang