PROLOG

4 2 0
                                    

Aku melangkahkan kaki ke sekolah yang tak pernah sekalipun aku melihatnya.


"kamu baris disini ya, tunggu disini! Nanti dipanggil sama panitia"


Hari ini adalah hari pertamaku memulai ceritaku.

Aku duduk dibangku yang sudah disediakan, menatap tempat yang sangat tak biasa bagiku.

Melihat sekelilingku, tak ada satupun orang yang ku kenal disini.

Aku tak bisa berhenti mengelupasi kulit bibirku yang kering, sampai tak sadar bibirku berdarah.

Lalu menatap tanganku yang berteteskan darah karna hal yang baru saja kulakukan.

Aku sontak terkaget, aku sangat takut dengan darah dan aku segera menghampiri wastafel dekat dari tempatku duduk lalu mencuci tangan dan bibirku.

Selang aku melakukan kegiatanku, terdengar suara yang begitu asing bagiku menyebut namaku. Spontan, aku langsung menengok, menatap seseorang yang tak pernah kutemui itu.
Itu adalah panitia lomba disekolah ini.

Aku mengikuti petunjuk panitia, dengan arah-arah kelas dimana tempat aku mengikuti lomba.

Aku membuka pintu, dan melihat kelas yang ramai.


.
.
.


30 menit sebelum lomba, aku menutup kepalaku dan hampir tertidur karena bosan.

kelas itu terdengar sangat bising, membuat kepalaku sakit seperti terbentur keras.

Tak tahan mendengar, aku melihat sekitarku dipenuhi dengan anak-anak lain seusiaku dengan didampingi orangtuanya.

Lalu aku menatapnya dengan jeli, melihat mereka tersenyum dengan bahagia.


Mataku tertuju pada satu anak yang tampan, tampak mejanya yang dipenuhi dengan permen, tempat bekal dan botol minum yang indah berwarna hijau tosca yang adalah warna favoritku.

Hatiku pilu, bahkan aku sendiri tak memiliki barang yang warnanya adalah warna favoritku sendiri.

Aku melihat kembali menghadap depan, menatap tak ada orang yang menghampiriku saat ini.

Ingin menangis, tapi tak bisa.

Aku bukan anak yang mudah menangis, hal seperti ini adalah hal biasa bagi diriku.

Terdengar suara pintu yang terbuka yang memecahkan lamunanku, memperlihatkan panita yang datang dan duduk. lalu panitia meminta semua orang yang bukan peserta lomba untuk keluar dari ruangan.

"mama keluar dulu ya nak. Nanti kalau udah selesai mama kesini lagi, goodluck sayang!"

"nanti kalau menang, gue beliin mini figure superman yang ori deh"

"hah yang bener? ASIK!!"

"makanya, kerjain yang bener. Kakak sama mama keluar dulu ya!"


Aku hanya bisa melihat, dan tak akan pernah bisa merasakan hal seperti itu.

Aku memang dilahirkan, untuk melakukan semuanya sendirian.

.
.
.

Selesai dari lomba itu, aku merasa hatiku sangat lega, aku merasa bebanku terlepaskan.

Ini adalah lomba pertamaku, disekolah orang lain.

Lomba cerita pendek.

Yang sudah selesai, diperkenankan untuk keluar dari ruangan, dan akupun keluar. Mencari-cari anak seusiaku yang menggunakan seragam sepertiku juga.

Ya, maksudku adalah, teman-temanku.

Aku menghampiri anak yang baru saja tak sengaja saling bertatapan denganku.

"apa kamu lihat orang yang menggunakan baju batik sepertiku?"

Anak itu tak menjawab.

Aku menghela nafasku dihadapannya, aku ketakutan dan merasa malu untuk bertanya lagi.

Aku merasa terdapat sentuhan dipundakku, dan aku segera mengalihkan pandanganku melihat siapa dibelakangku.

Itu adalah kepala sekolah! aku sangat bersyukur langsung bertemu dengannya saat ini.

"Senja, kamu berani sekali. Keren loh kamu ini nak berani bertanya dengan orang baru. Ayo kita makan siang, kamu lapar kan?"

senyumnya terjulur diseluruh wajahnya,
aku sangat tenang melihatnya.

"hehe, iyaa.."

Saat itu,

Kumelihat orang yang mengapresiasi kepada diriku, yang tak pernah aku rasakan lagi sebelumnya.

Walaupun, dengan orang yang tak dekat denganku, justru itu adalah semangat baru bagiku.

.
.
.

"KEBAHAGIAAN"

adalah judul dari cerita pendekku, cerita kehidupanku yang ingin kutulis.

Cerita yang kuambil dari impianku, sebagai anak kecil yang menginginkan kasih sayang dari kedua orangtua.

Rain Of GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang