2

471 53 15
                                    

Nulis panjang dikit karena akan hiatus lama 3 minggu aja kok,mau fokus exam(bagi author aja sih nulisnya panjang)

*⁠.⁠✧Happy reading 。⁠*゚⁠+

Keesokan harinya Fourth kembali datang ke tempat kemarin yang ia kunjungi buat interview kerja ,pasalnya jika ingin terus menuju sang rumah majikan ia tidak di kasih tau alamat rumahnya .Dasar duda!fikir fourth kesal.

Setelah turun dari bus, Fourth melangkah menuju restoran yang memang terletak dekat stasiun. Dari kejauhan, ia melihat seorang anak kecil duduk mencangkung di depan pintu masuk restoran. Itu adalah Luka, sendirian di sana. Aneh, pekerja-pekerja di sekitar hanya melihat anak majikan mereka tanpa berbuat apa-apa, seolah sudah terbiasa dengan tingkahnya.

Mungkin mereka sudah melarangnya agar tidak bersendirian di situ namun si balita yang ngeyel dan kekeh ingin tetap berada disitu,daripada balita itu tantrum mending mereka membiarkan saja.

"Woi cil,lu ngapain cangkung disini?,bapak lo udah bangkrup kah sampe lo udah jadi gelandangan"ujar Fourth tanpa beban.

Luka yang sedari tadi menunduk karena asik bermain dengan mobil mainannya kini mendongak untuk melihat ke arah suara yang ia kenali.

"Luka dicini kalena nungguin kakak lah"jawab luka sembari tersenyum manis.

"Lo takut gue gak datang ya,duh makasih gue terharu cil"Fourth berpura-pura mengelap air mata ghaib nya

"Tapi lain kali gak usah nungguin gue disini,panas.lagian kalau gue gak datang karena kecelakaan gimana?tau-tau gue udah jadi hantu aja"

Ucapan Fourth kali ini entah mengapa membuat balita itu terdiam. Matanya menatap kosong ke depan, seolah pikirannya melayang entah ke mana. Ia menggigit bibir bawahnya perlahan, sementara kedua tangannya menarik-narik ujung bajunya dengan gemas.

Emang mau terberak ya?

"Gue gak salah ngomong ,kan?"batin Fourth.

"Hantu..."gumam Luka dengan perkataan akhir sang kakak cantiknya,sepertinya ada sesuatu yang ia lupakan tapi apa ya?.

Sontak keningnya berkerut kecil, dan ia mulai mengetuk-ngetuk jarinya di dagu, persis seperti kebiasaan orang dewasa yang pernah ia lihat. Matanya sesekali melirik ke arah Fourth, lalu kembali jatuh pada lantai di bawah kakinya, seolah-olah jawabannya tersembunyi di sana.

"Ohoo,Lo lagi mikir soal kehidupan seterusnya sebagai gelandangan ya? ,atau lo lagi mikirin utang negara ?" godanya sambil mencondongkan badan, mendekat ke wajah Luka.

Namun, si balita tetap bergeming, keningnya berkerut tajam seolah-olah membawa beban pikiran seorang ahli filsafat.

Fourth menghela nafas panjang "Ya ampun, kecil-kecil udah kayak profesor! Nih kalau lama-lama gini, jangan-jangan otak lo bakal ngebul, terus keluar asap , bisa -bisanya gue harus manggil pemadam api tau"kata Fourth lagi,sejujurnya ia sudah meremang takut si balita ini kerasukan sama roh Albert Einstein.

Pemuda itu bersuara lagi untuk menyedarkan si balita ,meneka lagi apa yang berada di dalam otak nya.

"Oh gue tau!lo lagi mikir gimana ikan naikin sepeda?!"

Sekali lagi tidak digubris oleh Luka,bahkan balita itu mendesah pelan, hampir menyerah, tetapi tiba-tiba sekilas memori muncul di benaknya seakan mentol ghaib menyala di atas kepala si balita.

Ia sudah mengingat tujuan awal mengapa dirinya menunggu Fourth di depan ini.lalu secara mengejut si balita itu berdiri menatap Fourth dengan wajah yang cukup serius.

"Kakak cantik!tolong lukaa"

"W-whaeyo?"

"Daddy ditampeli mbak kuntii!"

Babysitter?[GEMINIFOURTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang