Bab 3: Bunuh aku.

5 3 0
                                    

Zale dan hiromi selesai bermain di lautan. Baju zale dan hiromi basah kuyup, dan saat itu sudah jam 23.00, zale mengajak hiromi ke rumahnya sebentar

"Hiromi, ikut ke rumah ku bentar ya" ucap zale dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah tampannya.

"Uhh?? Kenapa?" Hiromi

"Ikut sajaa" Zale mengandeng tangan Hiromi. Hiromi merona karena baru pertamakali merasakan hal ini.

Sesampainya di rumah Zale, Zale memberikan baju ibunya untuk Hiromi agar tidak kedinginan.

"Tidak apa aku memakai baju ini?" Hiromi melihat baju yang diberikan oleh Zale sangatlah bagus dan terlihat mahal.

"Tidak apa, ibuku sudah tidak memakai baju itu. Jadi... Ambillah baju itu, oke?" Ucap Zale yang ramah. Hiromi tersenyum.

Akhirnya Hiromi pun memakai baju itu di kamar mandi. Saat Hiromi keluar dari kamar mandi, Zale terpesona dengan kecantikan Hiromi. Ya... Zale akui ia sangat mirip dengan ibunya... Begitu cantik dan anggun.

"Zale.. boleh aku pulang??" Tanya Hiromi sambil tersenyum manis. Lamunan Zale buyar karena Hiromi yang bertanya pada Zale.

"Ah.. kau boleh pulang Hiromi. Apa kau mau aku antar?" Tawar Zale. Hiromi menggelengkan kepala dengan pelan sambil tersenyum.

"Tidak perlu repot-repot... Aku bisa pulang sendiri kok."

Zale mengantarkan Hiromi sampai ke depan rumahnya, lalu Hiromi melambaikan tangannya sambil tersenyum. Zale pun melambaikan tangannya pula sambil tersenyum... Indah seperti rembulan senyum Hiromi.

Hiromi perjalan sendiri, firasatnya tidak enak.. tiba-tiba langit mengeluarkan gerimis. Hiromi berlari supaya lebih cepat pulang kerumahnya dan bajunya tidak basah.

Sesampainya di depan rumah, Hiromi membuka pintu rumahnya, dan terlihat kedua orang tua nya sedang menunggu Hiromi. Bukan karena rasa khawatir atau peduli. Hiromi tau apa yang akan dilakukan oleh kedua orang tuanya itu.

"Habis darimana kau? Kau ingin menjadi anak nakal?!" Ucap ibunda nya.

"Itu sepertinya bukan bajumu, kau habis memuaskan nafsu seseorang ya? Memalukan." Sang ayahanda sudah siap untuk memukul Hiromi habis habisan.

Hiromi hanya bisa menunduk, dia benar-benar muak dengan kehidupan ini... Mengapa? Orang tua nya begitu kejam. Apa salah hiromi? Ia sungguh membenci keluarga ini.

"KAU BISA TIDAK? KAU HANYA PERLU BERSIKAP SEMPURNA DI DEPAN ORANG-ORANG. APA ITU SUSAH? KELUARGA KITA HANCUR HIROMI! HANCUR! LALU KAU MAU MENJADI JALANG SUPAYA KELUARGA KITA TERLIHAT JELEK? BODOH!!" Ayah Hiromi menampar pipi putih nan mulus Hiromi hingga memerah akibat tamparan yang sungguh keras.

Malam penuh darah seperti... Tubuh Hiromi di pukul habis habisan dengan sabuk hingga berdarah. Ayahnya membenturkan kepalanya Hiromi hingga berdarah. Lalu ibunya? Mengambil silet lalu melukai gusi anaknya sendiri.

"Bunda... Ayah.. JIKA INGIN BUNUH AKU, BUNUH SAJA LANGSUNG! TIDAK BEGINI CARANYA! SAKIT BUNDA! AYAH! KALIAN TAK BISA MENGERTI KESAKITAN KU HAH? Sakit.. jika ingin bunuh Hiromi langsung saja... Jangan siksa hiromi begini."

Entah.. hati mereka langsung sakit.

"Bacot anak iblis." Ayah Hiromi mencekik Hiromi hingga tubuhnya terangkat keatas. Sesak... Sakit, tubuhnya mati rasa.

Lalu dengan kasarnya Hiromi dihempaskan saja ke dinding. Darah bercucuran dari kepala dan mulutnya. Rasanya benar-benar perih, sakit.

Lalu kedua orang tuanya meninggalkan Hiromi di ruang tamu.

"Haah... Malang sekali hidup mu kakak ku sayang~" Ya.. itu suara adik lelakinya.

"Angkasa gak nyangka deh tadi emang seseru itu liat kamu. Bagaimana? Sakit ya? Pfttt!" Adik nya yang bernama Angkasa tertawa terbahak-bahak.

Hiromi diam seribu bahasa. Itu benar.. sakit.

"Tenang saja kakak~ aku akan selalu di atas mu. Ahaha! Soalnya kamu pengecut! Ayah dan bunda kan paling sayang dengan aku" Hiromi sudah terbiasa dengan sifat Angkasa sang adik. Angkasa memang suka merendahkan kakaknya sendiri, karena Angkasa hanya ingin menjadi anak satu satunya yang sangat di sayang oleh ibunda dan ayahnya.

"Hoamm.. duh Kasa ngantuk banget nih, soalnya tadi habis nonton bioskop gratis. Ahaha kasihan."

Kasa berjalan ke tangga, dia ingin menuju kamarnya.

"Dadah kakak sialan!"

...

Sakit... Rasanya ia ingin mengakhiri hidupnya dilautan. Ia ingin mengakhiri hidupnya di lautan yang sangat indah.

Hiromi berjalan dengan pincang untuk ke kamar. Kaki nya begitu sakit saat di injak dengan orang tua nya sendiri.

Hiromi segera mengunci pintu kamarnya.

"Kenapa..? Hidupku sial begini."

Hiromi menangis, tepat hujan deras turun hingga terdengar suara petir.

Kasur Hiromi dipenuhi bercak darah karena luka dari tubuh Hiromi.























Berlanjut.


Haloo, Azio kembali! Maaf ya lama, zio kehabisan ide nih😢🙏🏻
Tapi Azio usahain untuk upload lebih cepat yaaa! Maaf ya ceritanya aneh banget.

Good bye guys!

Vote yaaaa :3
Terimakasih..~

Biarkan Lautan Membebaskan muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang