Chapter 15 : The Mistress (Bizarre Love Game of Juno pt. II)

50 6 6
                                    

Cross my heart and hope to die
I'ma keep you up at night
Wish you'd never met me, yeah, yeah
I'm that bitch, I do the most
Haunt you everywhere you go
Making you believe in ghosts, yeah, yeah

Fletcher - Last Laugh

~~Happy Reading~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meanwhile, Juno...

Far far away in wonderland...

"Kau punya jerawat," kata psikiater, pria paruh baya tampan kepala empat yang berusaha keras menutupi usianya dengan cara mengecat semua uban menjadi hitam kecoklatan yang sangat cocok untuk ketampanannya. 

Juno sengaja memilih yang tampan, sosok yang bisa diterima oleh matanya.

Oh ya, perkara jerawat, Juno berharap tidak ada yang memperhatikan.

"Kau terus memencetnya," lanjut Ronan Oakley, si psikiater tampan.

Padahal Juno sudah sengaja bangun pagi-pagi buta--pagi sekali, agar bisa datang ke janji temu ini--lalu di perjalanan, jerawat pengganggu sudah mencapai tahap penantian berat yang membuatnya ingin sekali dicekal. Jerawat itu sangat ingin dilepaskan. Juno sangat gemas ingin membebaskannya dari kubah putih kecil itu, memencetnya hingga darah mengalir, sampai dia merasa puas. Intinya, Juno melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mengenyahkan jerawat ini.

"Kau terus-terusan memencet jerawatmu daritadi," ulang Ronan. Kenapa ya dia? Kenapa sangat tertarik dengan detail kecil di pori-pori Juno? Oh ya! Tentu saja, dia dibayar untuk memperhatikan Juno.

Juno memutuskan menganggukkan kepala. Soalnya pria itu bakalan terus membicarakannya sampai Juno setuju dengannya. Makanya dia mengangguk.

"Punya pacar?" tanya Ronan.

Juno juga mengangguk.

"Ada masalah dengan pacar?" Itu sebenarnya bukan pertanyaan, dia pasti sudah mencari tahu latar belakang Juno, melakukan riset kecil-kecilan bodohnya. 

Karena Juno memutuskan absen dari pertanyaan terakhir, Ronan akhirnya berdiri dan keluar dari balik mejanya untuk menghampiri Juno yang duduk bersila di sofa, dengan santai melipat kedua kakinya di sofa dan nangkring tanpa malu-malu seolah-olah di rumah sendiri. 

ONE OF THOSE GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang