01. Namun Dia Tidak Mungkin Ingkar

8 2 0
                                    

>>> Setelah Pergi Barulah Dihargai <<<

“Karena luka yang tak terawat akan membuatmu menjadi seorang bangsat.”

⋇⋆✦⋆⋇ 

“Seorang pegawai Alfamart berinisial S ditemukan tergeletak bersimbah darah di depan sebuah ruko yang tak jauh dari tempatnya bekerja. Para saksi mengatakan kalau mereka mendengar suara minta tolong, namun belum sempat melihat apa yang terjadi, korban sudah ditusuk berkali-kali di dada, para pelaku mengambil dompet dan ponsel korban.”

Berita itu terdengar dari radio mobil seorang lelaki yang matanya memerah, setetes air turun pelan dari matanya, bergelayut di pipi, membuat lelaki itu merasakan sensasi geli. Namun, meskipun ada niat hati ingin menepis—menyapunya, tetapi tangannya tak bisa digerakkan.

Nahasnya, lelaki itu terjebak macet. Entah hari sial apa ini, di depan ada kecelakaan beruntun! Di dalam rasa sedih itu, otaknya hampir tak dapat digunakan. Tetapi untungnya, sesuatu terpikirkan di otaknya, membuat lelaki itu bergegas mengambil ponsel yang tergeletak di dekat paha. Menge-chat seseorang.

Anda

Andro, kakak kalian masuk
rumah sakit, tolong kalian
ke sana lebih dulu, saya terjebak
macet, nggak bisa datang tepat
waktu

Dan hanya centang dua abu-abu, terkirim. Semenit  dua menit menunggu, centangnya tak kunjung membiru. Lelaki itu berdecak kesal, menge-chat seseorang lagi.

Anda

Andre, kakak kalian ada di
RS Merpati, tolong  kalian ke
sana

Saya terjebak macet, nggak bisa
sampai sana cepat-cepat

Lagi-lagi hanya centang dua abu-abu, enggan membiru. Kali ini hanya bisa menghela napas panjang. Sedari tadi, sedetik pun batinnya tak alpa untuk mengangkasakan doa, berharap orang yang lelaki itu cinta tak meninggalkannya. Kali ini, ia coba untuk menge-chat satu orang lagi, harapan terakhir.

Anda


Ndra, kalian di mana, sih?
Sekar ada di rumah sakit

Dia lagi butuhin kalian, kalian
itu adeknya

Kenapa pada ngilang gini?
Ya Tuhan...

Mematikan ponselnya, ketiga adik Sekar biasanya tak begini. Setidaknya salah satu dari mereka akan membalas chatnya, atau sekurang-kurangnya membaca chat itu. Namun entah apa yang terjadi, satupun dari mereka tak ada yang mau menanggapi.

“Apa mereka udah di rumah sakit, ya?” Berpikir demikian tak ada salahnya. Ya, mungkin saja Andro, Andre, dan Andra tengah panik dan menuju ke Rumah Sakit Merpati seperti yang lelaki itu lakukan. Makanya tak sempat membalas chatnya.

Dengan berpikir positif seperti demikian, setidaknya membuat lelaki itu sedikit tenang. Di otaknya kembali terngiang, suara Puspita yang mengabarkan sesuatu yang membuatnya menangis sesak untuk yang kedua kali, kali pertama adalah ketika kematian ayahnya.

“Bil, cepetan ke RS Merpati! Sekar kena rampok, kata warga sekitar dompet sama ponselnya yang diambil. Tapi yang terpenting adalah nyawa Sekar, aku sama suamiku menuju ke sana, kamu ke sana juga! Cepet jangan pake lama!”

Suara itu mengiang-ngiang di otak Nabil. Ya, nama lelaki itu Nabil, berumur 29 tahun. Lelaki gila mana yang menunggu perempuannya siap menikah hingga umurnya hampir menginjak kepala tiga? Lelaki gila itu Nabil, Nabil Alkarani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setelah Pergi Barulah DihargaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang