Oktober 13 1997
Setelah masalah itu sudah reda, Cahaya mulai fokus pada kuliahnya. Ia juga bekerja sampingan untuk mencukupi kebutuhannya. Hari ini ia libur kuliah. Ia memutuskan untuk pergi ke pasar untuk membeli beberapa kebutuhannya.
Pasar sangat ramai dengan kegiatan tawar-menawar. Cahaya mencoba mencari barang-barang yang ia butuhkan. Ia ingin membeli beras sebanyak 10 kg. Namun, ia terkejut melihat harga beras yang sangat mahal. Padahal, bulan lalu harga beras masih tergolong murah.
"Kenapa harga semakin mahal, Pak?" tanya Cahaya pada bapak penjual beras itu.
Bapak itu menatap Cahaya dengan wajah yang sedikit lesu.
"Saya tidak tahu, Mbak," jawab bapak itu dengan nada pasrah.
Cahaya merasa sedih melihat keadaan ini. Kenapa rakyat kecil selalu jadi korban? Sedang mereka yang kaya selalu hidup nikmat.
ahaya keluar dari pasar itu. Ia merasa lelah setelah berbelanja. Saat ia keluar dari pasar, seorang copet menabraknya dengan kasar. Copet itu langsung memaki dan menyalahkan Cahaya.
"Bajingan!" teriak copet itu dengan nada yang kasar.
Copet itu langsung dihakimi oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka memukuli copet itu hingga babak belur. Satpam pasar mengamankan pria itu dan membawanya ke kantor satpam.
Cahaya membersihkan pakaiannya yang kotor akibat tabrakan itu. Ia memungut belanjaannya yang berantakan. Seorang wanita mendekati Cahaya.
"Makasih ya, Mbak. Ini buat Mbaknya," ucap wanita itu sambil menyerahkan uang kepada Cahaya.
Wanita itu mencoba memberikan uang itu sebagai tanda terimakasih karena Cahaya telah membantu mengamankan copet itu. Namun, Cahaya menolaknya.
"Tidak usah, Mbak," jawab Cahaya dengan nada yang sopan.
Cahaya langsung berjalan meninggalkan pasar. Namun, wanita itu terus mengikuti Cahaya.
"Mbak, tolong terima ini," ucap wanita itu dengan nada yang meyakinkan.
Cahaya menerima uang itu dengan enggan. Wanita itu kemudian pergi.
Cahaya berjalan di jalan khusus pejalan kaki itu. Namun, jalan khusus pejalan kaki ini malah digunakan untuk berjualan oleh pedagang kaki lima dan pengemis. Cahaya merasa kesal.
Cahaya duduk di halte bus, menunduk. Ia mencoba menenangkan diri setelah peristiwa di pasar tadi. Matanya memandang kendaraan berlalu-lalang dan menunggu bis yang akan membawanya pulang.
Saat bis yang ia tunggu datang, Cahaya bergegas menaiki bis itu. Namun, bis itu sudah penuh. Cahaya memutuskan untuk berdiri. Ia berpegangan pada stang dan mencoba menenangkan diri.
Saat ia berdiri dan fokus pada pikirannya sendiri, sebuah tangan mencoba menggenangi pantatnya. Cahaya terkejut dan langsung menatap pria yang berada di sampingnya.