2. Terbukanya Luka Lama

3 2 0
                                    

Guyuran air hujan yang deras berhasil mengalihkan fokus seorang remaja yang masih setia memandang keluar jendela menatap langit gelap yang berwarna abu disertai dengan derasnya hujan sore ini. Suasana ramai didalam kelasnya tak membuatnya teralihkan dari pemandangan yang dirinya lihat.

Jam tepat menunjukkan pukul 5 sore. Kelas mereka biasanya akan berakhir di jam 7 malam. Masih tersisa 2 jam lagi untuk kembali pulang dan kemudian berbaring untuk tidur atau kembali duduk dengan setumpuk buku yang akan mereka kerjakan.

Hujan disore hari mengakibatkan suasana hati salah satu orang yang ada diruang kelas itu menjadi buruk. Pandangannya lurus menatap tepat pada aula luas dengan beberapa bangku dan meja yang basah akibat guyuran hujan sedari tadi. Pohon-pohon yang tadinya berdiri tegak, berakhir dengan meliuk-liuk mengikuti arah mata angin berputar, dengan sesekali mengibaskan dahannya akibat kibasan angin yang sesekali bertiup dengan kencang. Hujan kali ini tidak disertai dengan kilat maupun petir, membuat suasana semakin indah untuk dinikmati. Berbeda jika kilat dan petir ikut andil dalam hujan ini. Sudah dapat dipastikan, suasana ramai ini akan bertambah ramai akan teriakan kaged dari semua orang yang menuntut ilmu di sini.

" Hanan... Lo gak papa? " tanya Reno khawatir pada sahabatnya ini. Bukannya bagaimana, tapi sedari tadi, setelah hujan turun Reno melihat sahabatnya ini hanya melamun dan pandangannya terfokus pada satu titik.

" Hm... Gua gak papa... Yah, hanya ingin bersantai sesaat, " jawabnya tanpa mengalihkan pandanganna.

Hanan sedikit menarik sudut bibirnya mendengar perkataan Reno. Hanan sedari tadi menyadari bahwa Reno memperhatikannya. Dirinya tidak ingin Reno merasakan suasana hatinya. Yang bisa dirinya lakukan hanya menjawabnya dengan jawaban bohong. Yah walau Reno mengetahuinya, setidaknya dirinya sudah memberikan jawaban atas pertanyaannya.

Hanan terus menatap ke luar jendela, seakan-akan pemandangan diluar sangatlah indah. Dengan taman bunga yang bermekaran, tumbuhan rumput liar yang melintang memenuhi taman tersebut. Anak-anak yang berlarian saling kejar mengejar dan beberapa permainan anak-anak yang mereka mainkan. Kenyataannya, dirinya hanya memandang hujan deras yang mengguyur beberapa pohon besar yang ada dihalaman depan kampus mereka.

Reno tetap duduk disamping Hanan. Dirinya juga mengikuti kemana arah pandangan Hanan. Walau sedikit membosankan, Reno tetap memandang hujan yang terus turun seakan-akan tidak akan berhenti sampai airnya benar-benar habis tak tersisa.

" Pantes lu suka suasan hujan disore hari Han, " batin Reno dengan pandangannya tetap menatap hujan yang masih setia mengguyur disore hari ini.

Detik demi derik selalu terisi dengan suara hujan yangjatuh tepat diatas gedung membuat beberapa irama yang tak beraturan. Angin sore yang sesekali berhembus membuat dahan-dahan pohon itu menari-nari bersama. Serangga-serangga kecil yang selalu terlihat bertebanhan dari satu pohon ke pohon lain tidak terlihat untuk saat ini. Ya, bisa dipastikan serangga-serangga itu harus melindungi diri dari keganasan hujan ini.

" Ren, kenapa gua tertawa dengan begitu keras, tapi kenapa gua gak bisa ngehapus air mata ini Ren? "

.
.
.
.
.
.
.

" Oi! Ngapain? "

" Ngeliatin hujan, biasanya si Hanan kalau hujan suka kayak gini... " ujarnya dengan mempraktikkan apa yang sering Hanan lakukan kala hujan turun.

" Apa faedahnya lu ngelamun? Dari pada kaga ada faedahnya ikut gua aja yuk, " ajak Bara pada sahabat seperti gilaannya ini.

" Kenapa? " tanya Jingga heran.

" Kemana goblok! " koreksi Bara pada perkataan Jingga yang terbilang bolak balik tidak beraturan.

" Iya, kemana maksudnya? " tanya Jingga lagi setelah perkataannya dibenarkan oleh Bara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Life 2 (Second Life) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang