2. SENTUHAN
•
•
•
•
•
Pagi menjelang dengan lembut, menciptakan suasana tenang di dalam kamar seorang pemuda berkulit cokelat. Cahaya matahari yang hangat merayap masuk melalui celah tirai, menyoroti debu-debu kecil yang menari dalam udara. Suara burung berkicau di luar jendela, tetapi semua itu tampak hampa bagi Varel yang terbenam dalam tidur nyenyaknya.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Suara nyaring alarm mendadak membangunkan Varel dari lamunannya, mengusik kedamaian yang selama ini ia nikmati. Dengan gerakan refleks, ia meraih jam weker di samping tempat tidurnya dan melemparkannya ke arah pintu, menimbulkan bunyi pecahan yang nyaring menggema di seluruh ruangan.
"Fuck..." gumamnya pelan, sambil mengusap wajahnya, berusaha menghilangkan rasa kantuk yang masih menyelimuti.
Setelah beberapa saat, ia berhasil bangkit dari tempat tidur, tubuhnya terasa berat. Ia duduk di tepi ranjang, membiarkan sinar matahari menyinari wajah tampannya. Dalam keheningan, Varel memikirkan peristiwa kemarin, saat pandangannya bertemu dengan sosok yang kini mengusik pikirannya-Leona Maeva. Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuatnya merasa tertarik dan terpesona, meski ia berusaha untuk tidak memperdulikannya.
Tak lama kemudian, suara notifikasi pesan masuk memecah lamunannya. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat, seolah merasakan sesuatu yang penting. Di layar ponselnya, tersaji informasi yang telah ditunggunya tentang Leona, gadis yang membuatnya merasakan efek aneh. Dengan penuh rasa ingin tahu, Varel membuka pesan tersebut dan membaca setiap detil yang tertera.
'Full name: Leona Maeva
Nicknames: Leo, Ona (A term for loved ones)
Age: 19 years old
Habits: reading, studying, enjoying alone time in the library...'Informasi itu mengalir bagaikan aliran sungai, mengisi pikirannya dengan gambaran baru tentang Leona. Ia membayangkan sosok gadis itu, tenggelam dalam buku-buku di sudut perpustakaan, dikelilingi aroma kertas dan tinta. Varel merasakan ketertarikan yang semakin mendalam.
Mendapati bahwa Leona juga dikenal dengan panggilan manis, seperti Leo dan Ona, semakin membuatnya penasaran. Siapa gadis ini yang mampu membuat perasaannya bergetar? Apa yang menjadikannya istimewa hingga bisa mengubah rutinitasnya yang monoton?
Dengan berbekal informasi awal tersebut, Varel menyadari bahwa ia tidak bisa berhenti sampai di sini. Ia bertekad untuk menggali lebih dalam, meretas setiap lapisan kehidupan Leona, hingga ia bisa memahami sosok yang kini menghuni pikirannya. Dalam hati, ia berjanji untuk menemukan setiap rincian, setiap kebiasaan, bahkan rahasia yang tersembunyi di balik senyuman lembut gadis itu.
^^^^
Saat suasana pagi di SMA Cakrawala mulai ramai, pintu gerbang sekolah terbuka, dan seorang pemuda melangkah masuk dengan penampilan rapi. Varel, memasuki halaman sekolah dengan sikap tenang. Pemuda itu mengenakan seragam putih yang bersih, dipadukan dengan celana panjang abu yang juga tampak sempurna. Dengan dasi yang terikat dengan rapi di leher, ia memancarkan aura kesopanan dan disiplin.
Semua itu hanyalah..., topeng. Kacamata bulat besar di wajahnya bukan sekadar aksesori, mereka adalah bagian dari citra yang ia ciptakan untuk menutupi sifat aslinya.
"Selamat pagi, Bu," ucapnya ramah saat berpapasan dengan salah seorang guru.
Varel melangkahkan kaki dengan tenang menuju perpustakaan, bangunan yang selalu menarik perhatiannya. Di sepanjang perjalanan, ia menikmati suasana sekolah yang ramai, di mana murid-murid bercengkerama, tertawa, dan membicarakan berbagai hal. Namun, pikiran Varel tidak sepenuhnya teralihkan oleh keramaian tersebut. Dia masih teringat pada Leona Maeva, gadis ramah yang kemarin berjalan di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VARELLEO
RomanceVarelius Davindra Pranajaya tidak pernah benar-benar memikirkan tentang cinta atau pun tentang cinta pandangan pertama, sampai sebuah momen singkat mengubah segalanya. Hanya hembusan angin di halaman sekolah, sekejap yang berlalu ketika angin membaw...