Jakarta, 5 Juli 20xx
Mahaprima High School, atau yang akrab dipanggil MHS, adalah salah satu SMA elit dengan lulusan terbaik di Indonesia. Hanya orang-orang kelas menengah ke ataslah yang dapat bersekolah di sini sebab dengan fasilitas yang unggul, tentu biaya yang perlu dihabiskan untuk bersekolah di MHS sebanding dengan kualitas yang diberikan. MHS menyediakaan belasan fasilitas penunjang seperti teater, lapangan tennis, lapangan golf, aula berkuda, dan lainnya. Dapat dipungkiri mengapa luas sekolah ini mencapai 23 hektar. Jelas bukan luas yang kecil bagi sebuah sekolah menengah atas, kan?
Biaya pendidikan MHS mencapai 37 juta rupiah setiap bulan, dengan tambahan bagi mereka yang berminat menyewa asrama, sebesar 2,3 juta rupiah per bulan. Meskipun menargetkan siswa dari kalangan atas, MHS tetap membuka kesempatan beasiswa bersyarat bagi mereka yang memiliki bakat luar biasa. para penerima beasiswa akan sepenuhnya dibebaskan dari segala pembayaran, termasuk fasilitas sekolah dan asrama.
Dibalik seluruh benefit yang para penerima beasiswa dapatkan, mereka diberi kekangan dengan diwajibkan untuk menandatangani perjanjian bahwasanya mereka harus tetap bersekolah di sana hingga mereka lulus, dan harus selalu memenangkan pertandingan yang menjadi bidang mereka. Para peraih beasiswa yang gagal memenangkan suatu pertandingan, akan secara otomatis dicabut beasiswanya sehingga mereka harus membayar penuh seluruh biaya yang ada. Itu sebabnya tidak banyak orang tua yang mau mendaftarkan anaknya untuk mendapat beasiswa di MHS.
📚 Kelas 95+
"Hello, welcome to Primamart! Your satisfaction is our priority."
(Halo, selamat datang di Primamart! Kepuasan anda adalah prioritas kami.)Pagi yang cerah setelah hujan terasa begitu tenang. Suara decitan pintu dan sapaan lembut dari kasir kian menambah suasana hangat di tengah dinginnya kota.
Kasananda Adjie Kusuma, seorang murid Mahaprima High School, memilih untuk membeli beberapa camilan sebelum pengumuman pembagian kelas dilaksanakan.
MHS memiliki sistem pembagian kelas berdasarkan peringkat mereka. Semakin tinggi kelas mereka, maka semakin banyak pula benefit yang mereka dapatkan, seperti dipromosikan pada universitas ternama di dunia, asrama gratis, beasiswa penuh, hingga mentoring eksklusif. Kelas tertinggi pada sistem ini adalah Kelas A, kelas yang hanya bisa ditempati oleh peringkat paralel 8 besar. Kelas ini lebih sering disebut dengan "Kelas 95+" karena hanya murid dengan nilai rata-rata diatas 95 lah yang berkemungkinan untuk masuk ke kelas A. Itu artinya, walaupun para peserta didik berhasil mendapat peringkat 8 besar, ia tetap tidak bisa masuk ke dalam kelas A bila rata-rata nilainya dibawah 95. Itu sebabnya banyak murid yang berlomba-lomba untuk meraih kelas tersebut.
Bugh!
Seseorang baru saja menyenggol bahu Kasananda. Kasananda menoleh pada si pelaku yang rupanya tak memiliki inisiatif untuk meminta maaf padanya. Ia memincingkan matanya kala mengetahui siapa pemuda itu.
"Wiratama Wijaya. Belum tobat juga ternyata. Percuma otak gede tapi ga dipake mikir," ujar Kasananda sedikit tersulut emosi.
Wiratama Wijaya, murid yang terkenal pintar namun memiliki hati setinggi langit. Ayahnya adalah salah satu pemilik brand mobil lokal terkenal. Selain itu, orang tua Wiratama Wijaya adalah salah satu donatur terbesar di MHS.
Kasananda bergeleng dan memilih untuk beranjak dari tempatnya berdiri dan segara membayar camilannya.
"Totalnya dua puluh empat delapan ratus. Ada kartu identitas, dik?" tanya seorang wanita dengan ramah.
"Harga normal aja gapapa, mbak," jawab Kasananda.
Primamart adalah minimarket milik MHS yang melayani khalayak umum. Namun, terdapat potongan harga khusus bagi murid MHS dengan syarat menunjukkan kartu identitas mereka.
Usai menuntaskan segala urusannya, Kasananda melangkah dan segera meninggalkan Primamart. Tanpa membuang waktu, ia segera mengayunkan langkah menuju sekolah yang tak berada jauh dari posisinya saat ini.
Kini Kasananda telah sampai di depan aula pertama MHS. Matanya berkeliling menatap isi aula yang memancarkan aura suram meski terdapat begitu banyak lampu terpasang di langit-langit. Ia dapat melihat seluruh peserta didik MHS berkumpul dalam gelisah. Perasaan cemas dan penuh ekspektasi terukir begitu jelas dalam raut wajah mereka. Sebagian sibuk mengobrol dengan gugup, sementara yang lain terduduk dalam diam. Mata mereka terpaku pada ponsel mereka masing-masing. Di situ lah mereka akan menemukan titik terang bagaimana nasib akademis mereka ke depannya. Di saat inilah mereka akan dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan ranking paralel mereka.
Dalam ruangan itu, tempat duduk mereka diatur berdasarkan kelas mereka masing-masing. Kelas 10 berada di bagian kiri, kelas 11 berada di tengah, dan kelas 12 di bagian kanan. Bila kalian berpikir jika aula sekolah itu begitu luas, maka dugaan kalian sangat tepat. 800 peserta didik sama sekali bukan masalah bagi aula itu.
Kasananda segera menempatkan dirinya pada salah satu kursi yang ada pada barisan kelas 10, sebelum akhirnya seorang pria dengan kemeja navy dengan mikrofon di tangan kanannya berjalan menuju tempat yang dirasanya dapat menjadi pusat perhatian para siswa.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi anak-anakku sekalian," ujarnya mengawali.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab para siswa dengan serentak.
"Baik students. Selamat datang kembali di MHS, sekolah kesayangan kita semua. Anak-anak yang bapak banggakan, sebentar lagi hasil pembagian kelas dapat kalian akses. Sebelum kelas kalian diumumkan, silakan crosscheck kembali akun kalian. Kalau ada trouble langsung angkat tangan kalian supaya bisa segera kami bantu perbaiki. Ayo students, lima menit lagi kelas kalian akan diumumkan. Pastikan tidak ada masalah di akun kalian ya," pinta si pria.
"Jalan lo bisa bener ga? Udah kayak orang buta aja jalan nyenggol-nyenggol," ujar seorang bocah laki-laki yang berhasil menyita banyak perhatian orang, termasuk Kasananda.
Haikal Adinata, salah satu murid yang sering kali dibicarakan karena kepintarannya. Banyak murid yang menduga bahwa ia akan menjadi salah satu murid yang berhasil meraih kelas A. Bagaimana tidak? Selain keahliam akademisnya yang begitu menonjol, Haikal juga begitu ahli dalam bidang olahraga tembak. Ia sudah berkali-kali menjuarai perlombaan menembak kategori Three Pos.
"Kampungan," balas Wiratama tanpa menoleh.
"Maksud lo apaan, anjing? Cari masalah lo?"
Haikal tak lagi dapat menahan amarahnya. Menyadari Haikal yang sudah menunjukkan ancang-ancang untuk membogem Wiratama dari belakang, Kasananda segera menahan bahu Haikal.
"Udahan, Kal," ujar Kasananda.
"He, he, he! Ga usah bikin masalah kalian! Duduk! Bikin ulah, saya diss kalian," sorak guru dari depan.
Merasa risih dengan keberadaan tangan Kasananda pada bahunya, Haikal menghempaskan lengannya kasar dan menarik lipatan baju di area sabuknya. Ia kembali mendudukkan tubuhnya meski rasa ketidaksenangan terpancar pada kedua matanya.
Wiratama sedikit memutarkan lehernya pada Haikal. Ia berdecih remeh sebelum kembali berjalan.
"Minggir!" titah Wiratama pada salah seorang gadis yang mendududuki kursi yang diinginkannya.
Gadis itu tampak sedikit ketakutan dan segera berpindah menuju beberapa kursi di sampingnya.
Begitulah MHS. Orang awam mungkin akan menyangka murid-murid MHS memiliki etika yang teramat tinggi, sepadan dengan kualitas pendidikan mereka yang di atas rata-rata. Namun kenyataannya, banyak di antara mereka yang nyaris tak paham apa itu etika sebab tenggelam dalam gaya hidup serba mewah yang membutakan nurani.
TO BE CONTINUED.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAS 95+ (Dangerous Ver)
Teen Fiction(Ditulis kembali karena sempat dihapus wattpad.) Kelas A adalah tingkat kelas tertinggi di Mahaprima High School. Hanya murid dengan ranking paralel 8 besar dan memiliki nilai rata-rata rapor di atas 95 lah yang berkemungkinan untuk menjadi bagian d...