[𝐁𝐥𝐨𝐨𝐝𝐥𝐮𝐬𝐭 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟎𝟏]
Genre : Fantasy - Romance
Tema : Vampire & Werewolf Hate to Love
⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠
Follow dulu, dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca♡
˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
Ayden's Room.
Aroma maskulin yang terkesan jantan memenuhi kamar mandi mewah dengan nuansa monokrom tersebut. Aroma khas Ayden Hoover. Rafellia memejamkan matanya selagi berendam di dalam bak mandi yang berada di tengah ruangan. Gadis itu cukup menikmati waktu mandinya saat ini. Karena kejadian kemarin malam cukup membuat Rafellia takut dan cemas.
Sebenarnya, kenapa Kieran mengincarku?
Rafellia menggigit bibir bawahnya. Tiba-tiba ia teringat dengan perkataan Leander Jael tentang Kieran yang pergi menyusulnya ke Blindbell City. Juga pengakuan Raveena Reverie saat menemui dan mencoba menangkap Kieran Hartwell di The Crowbar hari itu.
Mungkinkah kalau Kieran mengincar Sharpened Insignia, dan dia tahu kalau permata itu ada padaku?
Jika dipikir-pikir, sebenarnya cukup masuk akal juga. Kieran melakukan pemberontakan pada keluarganya sendiri. Dia juga bersembunyi di Kerajaan Revia dan menyamar menjadi seorang bartender. Kieran juga memata-matai Rafellia lewat kupu-kupu biru itu selama ini. Bukan tidak mungkin kalau Kieran Hartwell sudah mengetahui kalau permata itu ada pada Rafellia, 'kan? Mengingat berapa lama waktu yang dihabiskan laki-laki itu selama tinggal di wilayah Kerajaan Revia.
"Jika memang Kieran telah mengetahui tentang keberadaan permata itu ... aku harus bagaimana?"
Bingung.
Rafellia benar-benar dibuat bingung sekarang. Ia juga tidak mungkin mengatakan pada kedua sepupunya kalau permata yang diincar semua orang itu ada padanya, 'kan? Karena tidak ada siapapun yang mengetahui fakta itu selain dirinya sendiri, Creigren Brec, dan Leander Jael.
Rafellia juga percaya pada kedua kakek tersebut, karena mereka pasti akan menyimpan fakta itu rapat-rapat. Menjaga agar permata itu tidak disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Rafellia sadar, kalau ternyata masih ada orang sebaik Creigren Brec dan Leander Jael di tengah perselisihan yang terjadi di antara kedua bangsa.
Namun, Rafellia jadi sadar akan satu hal ... kalau tidak ada yang bisa melindungi permata ini selain dirinya sendiri. Ia tidak bisa percaya pada siapapun untuk saat ini.
"Hah ... semuanya akan terasa sulit setelah ini."
Gadis bernama lengkap Rafellia Reeves itu semakin menenggelamkan tubuhnya dalam bak mandi sehingga yang tersisa hanya kepalanya saja. Netra merah delima milik gadis itu bersinar terang seiring cahaya matahari yang menerobos masuk melalui sela-sela ventilasi kamar mandi. Hingga suara ketukan pintu berhasil menarik atensi Rafellia.
Tok! Tok! Tok!
"Kau sudah selesai?"
Hmm? Bukankah itu suara Ayden?
"Sebentar lagi!"
Rafellia pun menyegerakan aktivitas mandinya. Tidak enak juga jika ia terlalu berlama-lama di dalam kamar mandi. Lagipula, Ayden pasti sudah menunggunya untuk menceritakan masalah yang sebenarnya terjadi. Tetapi tentu saja, ia tetap akan merahasiakan keberadaan permata Sharpened Insignia di dalam tubuhnya.