Waktu begitu cepat berlalu. Padahal, rasanya baru kemarin Kyu berubah pikiran, lalu membuat kesepakatan dengan kedua sahabatnya tentang perayaan Halloween. Namun, hari-H itu seperti tiba-tiba muncul tepat di depan mata dan tidak memberi kesempatan siapa pun untuk memilih.
Mungkin, Kyu adalah satu-satunya siswi yang berpikiran picik pada hari ini karena berharap waktu akan berhenti di siang hari, dan malam ditiadakan, lalu langsung menjelang esok hari. Jadi, Halloween pun akan terlewatkan begitu saja tanpa dirayakan.
Seandainya saja bisa seperti itu, pikir Kyu seraya mengembuskan napas perlahan.
Lewat jendela kelas di lantai dua, gadis itu menatap langit yang sedikit gelap karena matahari terlindung awan kelabu. Dalam hati dia berharap, mudah-mudahan nanti malam turun hujan deras disertai angin kencang dan petir, dengan begitu para guru punya alasan untuk membatalkan acara.
Akan tetapi, harapan hanyalah tinggal harapan. Ketika malam menjelang, langit yang di siang hari hingga sore sempat tertutup mendung, malah semarak oleh bintang-bintang. Angin pun berembus sepoi-sepoi seolah berbisik ceria ayo bersenang-senang.
Pukul setengah delapan, Trio Pseudonym baru beranjak dari kamar karena keasyikan merias wajah sesuai kostum vanpir yang dikenakan, kecuali Kyu yang wajahnya tetap tanpa polesan. Liby serta Vie yang sangat antusias, menarik tangan Kyu dan tanpa takut tergelincir menuruni anak tangga dengan melompat-lompat.
"Pelan-pelan, dong. Itu aula nggak bakalan lari juga." Kyu protes dan berusaha melepaskan tangan dari cengkeraman keduanya, tetapi sia-sia saja. Mereka malah semakin erat mencengkeram kedua pergelangan tangannya.
"Kita udah telat, Kyu. Lihat, kompleks asrama udah sepi, tuh." Liby menggerutu sambil melongok ke bawah dari koridor lantai dua.
Kyu tidak mengatakan apa-apa lagi dan pasrah saja ketika ditarik-tarik supaya jalan lebih bergegas. Vie hanya diam saja, tetapi langkah-langkah lebarnya cukup membuktikan bahwa dia juga sudah tidak sabar.
Mengingat bahwa di aula nanti siswa dan siswi akan digabungkan, Kyu sebenarnya malah semakin enggan ke sana karena pasti akan bertemu Bara. Dia jadi berpikir alangkah baiknya jika waktu benar-benar berhenti di sini. Namun, dia harus ikhlas menghadapi kenyataan. Kenyataan bahwa dirinya tengah dipaksa terus bergerak, berlari-lari kecil untuk mengimbangi kecepatan langkah kedua sahabatnya.
Aula dan gedung sekolah adalah bangunan pemisah antara asrama putra dan asrama putri. Jadi, letaknya ada di pusat dan jarak menuju ke sana cukup jauh karena harus memutari lapangan olahraga serta beberapa bangunan lainnya.
Ketika mereka sedang melintasi klinik kesehatan, yang berarti sudah cukup dekat dengan aula, bahkan suara hiruk-pikuk dari sana pun sudah terdengar, tiba-tiba saja Reta, Asty dan Wini yang berkostum penyihir mengadang di sudut tergelap.
"Astagfirullah!"
"Astagfirullah!"
"Ya, Tuhan!"
Liby, Vie dan Kyu berseru serempak dan seketika itu juga menghentikan langkah.
Setelah itu, Liby mengomel, "Kalian ngapain, sih? Bikin orang jantungan tauk! Kagak ada kerjaan banget!"
Reta yang rambut panjangnya digerai, tergelak singkat, lalu mengutarakan tujuannya, "Di aula kagak seru, mending kalian ikut kita aja."
"Ikut ke mana? Awas, jangan aneh-aneh lu." Liby menatap Reta dan kedua sahabatnya dengan mata menyipit.
Asty tersenyum dan berkata, "Kami sudah menyiapkan pesta khusus di taman belakang."
Di mata Kyu, entah kenapa senyuman Asty, si paling jangkung di antara mereka, terasa misterius dan seperti mengandung jebakan. Dia ingin menolak ajakan mereka, tetapi harapannya tipis ketika Liby dan Vie sepertinya sudah tergoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR DI MALAM HALLOWEEN
Teen Fiction[REMAJA HOROR THRILLER] _____________________________ Liby tidak tahu bahwa ajakan untuk merayakan Halloween di taman belakang sekolah adalah jebakan. Tepat di hari H barulah dia menyadarinya, tetapi sudah tidak bisa lagi dibatalkan meskipun Kyu m...